Sejak ada pemilihan peserta pertukaran pelajar ke Amerika, saat dirinya masih di bangku SMA dulu, sebetulnya dia sudah terpilih. Namun sayangnya, program tersebut harus dibiayai sendiri, saat itu uang 40 juta, sangatlah besar nilainya. Ayah, ibunya pasti harus menjual sesuatu yang berharga, untuk bisa mendapatkan uang sejumlah itu. Akhirnya dengan berat hati dia pun membatalkan keikut sertaannya. Namun ibunya mendoakannya satu saat putrinya itu bisa mencapai impiannya untuk bisa ke Amerika.

Dian Noviana Toni Saputri, putri pertama dari pasangan Bapak Marwoto, S.Pd. dengan Ibu Sri Kartini. Keduanya kini sudah pensiun, ayahnya pensiunan guru SD, sedangkan ibunya pensiunan ASN tahun 2019, terakhir berdinas di LKH. Dian demikian panggilannya, terlahir di Yogyakarta, 20 Oktober 1982. Lulus S1 di Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, tahun 2004.

Sejak tahun 2004 mengajar di SMKN 2 Indramayu. Menjadi seorang guru adalah impian terbesar keduanya, setelah gagal menjadi staf di Kementerian Luar Negeri, yang merupakan impian terbesarnya setelah menempuh pendidikan sarjana selama beberapa semester di Undip.

Sempat mengajar mata kuliah sastra di FKIP Bahasa Inggris Universitas Wiralodra Indramayu selama 11 tahun, sejak tahun 2004 hingga 2015. Pengalamannya menjadi dosen pastilah bermanfaat dalam menambah wawasan dan khasanah pemikirannya. Tak mau ketinggalan ibu muda ini pun mulai menekuni kegiatan sebagai youtuber pada bulan Juli, 2020 ini.

Pada tahun 2007, setelah melalui serangkaian proses seleksi, Ia terpilih bersama 5 orang guru SMA/SMK se-Kabupaten Indramayu untuk pergi ke USA selama 21 hari untuk mengikuti Civic Education Training for Teachers yang di sponsori oleh US Government. Alhamdulillah, impian pertamanya tercapai sudah, untuk bisa pergi ke Amerika. Saat itu usianya baru 25 tahun, statusnya pun masih sebagai guru honorer.

Impian ke-2 terpicu saat dirinya menjadi dosen, ada salah satu mahasiswinya, yang guru, terbawa program untuk diberangkatkan ke Australia program pemerintah Jabar. Dia pun berharap dalam hati, satu saat kelak dia bisa terbawa program itu. Seperti biasa, dirinya minta dorongan doa dari ibunya. Pada tahun 2014, setelah melalui serangkaian proses seleksi, dirinya terpilih bersama satu orang rekannya di SMKN 2 Indramayu untuk pergi ke Australia Selatan selama 21 hari mengikuti Continous Program Development yang di biayai oleh PemProv. Jawa Barat

Ibu guru yang pernah menjadi Instruktur Nasional tahun 2016 dan menjadi mentor dalam kegiatan daring Guru Pembelajar 2016 itu ternyata pernah punya pengalaman pahit. Raport SMPnya sempat berhias angka merah, untuk pelajaran Bahasa Inggris dan matematika. Namun itu menjadikan dirinya merasa terlecut untuk berjuang memperbaiki diri. Sejak awal masuk SMP yang merupakan sekolah favorit, sebetulnya dia sudah sedikit minder. Karena menurutnya dia berasal dari SD kampung. Beruntunglah, ayahnya yang merupakan guru SD, saat itu, selalu menguatkannya dengan berbagai motivasi

Istri dari Pak Djoko Marianto, yang mempunyai prinsip hidup:”Hidup terlalu berharga untuk mengurusi hal yang sia-sia” ini, mempunyai kegemaran bernyanyi, membaca dan menulis puisi. Ibu muda yang memiliki 1 orang putri, dan 2 orang putra, mempunyai keinginan yang sudah lama terpendam. Yaitu menerbitkan puisi-puisi ciptaannya dalam sebuah antologi. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala berkenan mengabulkan keinginannya tersebut, Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. Semoga ya, Bu guru.

Indramayu, 6 Oktober 2020.