Dedi Saeful Anwar

Pria kelahiran Cimahi yang kini tinggal di Cianjur. Kesehariannya mengajar di SD Islam Kreatif Muhammadiyah. Menulis menjadi sebuah kegiatannya di antara rangka...

Selengkapnya
Navigasi Web
GENERASI MERUNDUK (2)

GENERASI MERUNDUK (2)

GENERASI MERUNDUK (2)

Lalai Datang Permisi pun Terbang

Fenomena orang-orang atau sekelompok orang yang sedang melaksanakan kegiatan bersama atau berkumpul tetapi masing-masing menundukkan kepalanya kini bisa ditemukan di mana saja. Bahkan kita pun pernah atau seringkali berada di dalamnya. Sementara hati dan pikiran masing-masing di antaranya entah di mana dan ke mana. Itulah generasi merunduk. Selain berkelompok sikap ini pun kerap ada dan dilakukan secara personal. Tidak hanya sedang berjalan, tetapi di dalam kendaraan umum, bahkan yang sedang mengendarai laju roda dua sekalipun.

Berkali-kali saya melihat --- berpapasan dengan, dan dilewati oleh--- generasi merunduk ini. Ketika pagi hari saat siap-siap untuk melaksanakan tugas, di depan rumah seringkali melihat beberapa pelajar --- terlihat dari baju yang dikenakan tentunya setingkat SLTP/SLTA, atau yang berpakaian bebas --- entah mahasiswa atau pekerja. Di antara mereka yang berjalan kaki menuju ke arah luar gang terlihat sambil menundukkan kepalanya. Mata dan tangannya fokus ke gawai dalam genggamannya. Seolah tidak peduli dengan apa yang mereka pijak atau apa/siapa yang dilewatinya saat berjalan.

Bagaimana mereka akan mengucapkan kata "permisi", sementara arah matanya cuma tertuju pada benda dalam genggamannya itu. Lalu, jika sudah demikian maka menguaplah sikap sopan dan santun tersebut. Sikap ramah dan rendah hati itu perlahan mulai terkikis dari jiwa generasi merunduk ini. Hal yang cukup mengkawatirkan ternya hal ini hampir dilakukan semua kalangan, tidak hanya pada generasi muda tetapi generasi yang lebih dewasa atau tua juga.

Pengalaman lainnya, ketika sedang berjalan untuk keperluan ke suatu tempat yang tidak memerlukan kendaraan. Kemudian berpapasan dengan orang yang menundukkan kepala. Saking serius dan kepalanya menunduk pada gawai digenggamnya, tak sadar bahwa di depannya ada yang berjalan dari arah yang berlawanan. Ia tetap lurus saja berjalan, sementara saya harus menghindari tubrukan. Terlihat ia tidak peduli. Masih untuk kalau yang berpapasan itu sama-sama orang, bagaimana jika tiang listrik. Apa harus tiangnya yang menghindar dan berkata, "woy, yang bener kalau jalan!"

Di lain kesempatan, misal sedang duduk di teras tetangga sekadar bercengkrama dengan pemilik rumah. Meski cukup sempit, tetapi gang di depan rumah cukup ramai dilewati orang yang berlalu-lalang, dari awal hari, hingga malam hari menjelang waktu istirahat. Lalu, ketika duduk dan bercengkrama seringkali dilewati orang-orang yang menundukkan kepala tersebut. Tanpa ada ucapan permisi atau maaf, atau punten (Sunda). Yang ada "nyelonong " saja. Tak peduli yang dilewati itu berusia lebih dewasa atau lanjut. Jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, selain mengucapkan "permisi/maaf/punten (Sunda)" itu terkadang dengan diikuti gerakan sedikit membungkukkan badan ke depan, ditambah dengan senyum manis yang tentu saja sangat membuat adem suasana hati. Sepertinya kata permisi kini telah berkurang atau mungkin menguap dan terbang seiring kepala semakin menunduk.

Cianjur, 2 Maret 2020/7 Rajab 1441 H

====================

Tantangan Hari ke-48

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

02 Mar
Balas

Terima kasih, Bu Nanih Solihat.Salam Literasi.

04 Mar



search

New Post