COACHING DALAM KONTEKS DUNIA PENDIDIKAN
COACHING DALAM KONTEKS DUNIA PENDIDIKAN
Berbicara tentang coach atau coaching, umumnya berada dalam dunia olahraga. Misal dalam iringan para atlet yang sedang berjalan dengan rapi mengelilingi pinggir lapangan dalam stadion olahraga. Baik dalam skala nasional/PON, Sea Games, Asean Games, hingga multievent sekelas Olympiade. Atau dalam perhelatan olahraga tertentu misal turnamen bulutangkis sekelas Grand Prix atau olahraga jenis lainnya. Atlet identik dengan Coach, tau sebaliknya Coach identik dengan atlet.
Dapat ditarik garis kesimpulan bahwa coach itu identiknya dengan pelatih. Dan itu ternyata tidak tepat. Sebab seorang coach ternyata berbeda dengan pelatih. Kompetensi seorang Coach ternyata dapat, bahkan bisa dimiliki pula oleh seorang pendidik (guru). Mengapa demikian? Mari kita cari benang merahnya.
Para ahli mendefinisikan bahwa coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sitematis. Sementara itu Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan itu proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini sangat seiring sejalan dengan tujuan coaching sebagai suatu proses untuk menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodrat yang dimilikinya.
Kemudian dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru tidak hanya mengajar proses transfer ilmu saja, tetapi jika memiliki kompetensi seorang coach, guru akan benar-benar mampu berkontribusi secara aktif dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila serta berperan nyata dalam transformasi pendidikan untuk terciptanya merdeka belajar.
Pelajar Pancasila adalah cerminan pelajar Indonesia yang diinginkan serta senantiasa berpikir dan bersikap terbuka terhadap perbedaan dan kemajemukan. Selain itu memiliki identitas diri senantiasa mandiri dan berinisiatif. Sehingga dengan adanya peran guru yang mampu memberdayakan dan efektif tentunya mampu mengoptimalkan potensi para murid untuk mencapai profil Pelajar Pancasila. Dalam hal ini coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin abad 21 yang perlu terus dikembangkan oleh para guru dan pendidik di negeri ini.
Selanjutnya jika lebih jauh berbicara coaching yang bertujuan untuk menuntun coachee/murid untuk menemukan ide-ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi demi mencapai tujuan yang dikehendaki, hal ini sangat seiring dengan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan pemetaan kebutuhan murid terlebih khusu dalam hal minat murid. Membantu murid dalam menyadari bahwa pentingnya motivasi untuk belajar merupakan bagian dari proses coaching.
Sebagai sebuah proses kolaborasi, maka coaching pun selaras dan memiliki benang merah yang kuat dalam hal sosial emosional yang dilakukan secara kolaborasi yang memungkinkan anak (murid) dan orang dewasa (guru) memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek-aspek sosial dan emosional untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.
===================
Cianjur, 26 Agustus 2021
===================
#th2/224
#h588
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Maksud sy, Pak. Maaf
Siapm terima kasih Pak Dede. Semoga sehat dan sukses selalu.