BELIEVE IT OR NOT
BELIEVE IT OR NOT
Kamis (19/3) merupakan hari keempat masa karantina anak sekolah di daerah kami. Sebagai orangtua yang memiliki anak masih duduk di bangku sekolah dasar tentu masa-masa belajar di rumah seperti sekarang ini ada plus-minusnya. Namun demikian hal ini bukan sesuatu untuk diperdebatkan. Sebab hal ini semua di luar kehendak dan rencana manusia. Keadaan ini yakin atas skenario-Nya. Manusia hanya berikhtiar dan menjalankan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Usai mendampingi anak belajar dan mengerjakan tugas dari gurunya ---kebetulan istri tidak dapat meninggalkan tugasnya--- saya pun berangkat ke sekolah untuk hal yang harus dikerjakan, meski bukan jadwal piket. Kebetulan di sekolah tempat mengajar diberlakukan jadwal piket guru setelah keputusan belajar di rumah 16 Maret lalu.
Baru saja roda dua melaju beberapa meter, saya bertemu dengan seorang tetangga dan sejenak mengobrol. Awalnya basa-basi dan menyapa karena jarang bertemu, namun percakapan akhirnya memakan waktu beberapa menit sementara kendaraan roda dua masih menyala. Sekalian saja sambil memanaskan mesin motor, demikian terlintas dalam benak. Awalnya percakapan seputar pekerjaan masing-masing, akhirnya ada hal yang cukup membuat dahi mengernyit dan membuat bulu kuduk bergidik.
Sebut saja Kang Fulan. Perawakannya sedikit kurus tapi cekatan dan selalu memakai celana pendek serta jaket kulit. Perangainya yang mudah dan enak diajak ngobrol selalu mengundang rasa penasaran untuk bertukar kata. Meski sejenak. Ia baru saja menarik angkot yang biasa ia lakukan sebagai supir. Wajahnya tampak lesu dan menjelaskan baru pulang dari sebuah rumah sakit. Saya kaget. Dikira ia baru mengantar pasien yang terkena Covid-19.
Saya pun kian terpancing dengan ceritanya, bahwa ia baru saja mengantar orang yang sudah sakit selama 6 bulan. Tetapi sebelum masuk---subuh tadi---dan akhirnya dirawat di rumah sakit, si pasien---yang ternyata istri bosnya yang punya kendaraan angkutan kota---sebelumnya telah dua kali berobat ke alternatif. Dan Kang Fulan-lah yang mengantar si Bos dan istrinya yang sedang sakit untuk berobat ke sana-sini.
Ia menceritakan bahwa dua hari sebelumnya ia mengantar bos dan istrinya berobat ke pengobatan alternatif tersebut. Perjalanan menuju ke lokasi yang memakan waktu 3 jam dan bukan perjalanan mudah menurutnya. Padahal ia bukan supir abal-abal yang baru mengenal medan sebuah perjalanan. Tetapi karena menurut petunjuk yang diterima dari kolega sang bos, maka perjalanan demi kesembuhan istrinya pun ---meski memerlukan jarak tempuh dan perjalanan yang melelahkan karena di luar kota---tetap mereka tempuh.
Di tempat pengobatan, Kang Fulan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa dari telinga kanan istri bos-nya, banyak keluar puluhan pecahan kaca tajam. Sungguh di luar nalar. Kang Fulan pun menceritakannya dengan ekspresi orang yang ngeri dan ketakutan. Berkali-kali ia geleng-geleng kepala dan mengangkat bahu mengikuti ekspresi wajahnya yang antara percaya-atau tidak. Saya pun demikian. Iya atau tidak, tapi Kang Fulan bukan orang asing. Dan saya bisa mengukur kejujuran tetangga dekat terebut. Bukan sekali-dua kali saya terlibat bekerjasama dengannya. Baik dalam kegiatan di kampung tempat tinggal maupun jika saya memiliki kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan kendaraan untuk pelajaran ke luar sekolah. Saya selalu mengandalkan jasa dia.
Setelah menutup obrolan dan berpamitan --- karena waktu semakin menuju siang, saya jadi teringat beberapa tahun ke belakang. Ketika kakak lelaki saya yang kedua juga pernah mengalami hal mistis seperti yang diceritakan Kang Fulan di atas. Saat itu setelah beberapa minggu terbaring lemah dan tidak berdaya juga sudah berkali-kali berobat ke medis, namun tak kunjung sembuh. Akhirnya pihak keluarga istinya berusaha mengobati sang kaka ke pengobatan alternatif.
Proses pengobatan dan mengapa akhirnya memutuskan untuk berobat ke suatu tempat, itu merupakan hak setiap orang. Sekalipun masih terikat saudara. Saya pun akhirnya menyempatkan menjenguk sang kakak yang berada di luar kota tersebut. Satu hal mengagetkan ketika itu, sang kakak yang sudah mulai bisa duduk dan bercakap-cakap---terlihat lebih segar dan sedikit mulai mau makan---mulai menceritakan awal kejadian sakitnya.
Rasa rindu dan sedih bercampur aduk karena jarak dan kesibukkan terkadang membuat kita dan saudara sedikit jarnag bertemu. Meski alat komunikasi dan bermacam media semakin mudah. Namun pertemuan fisik dan bersitatap wajah tentu sedikit berbeda dan menghadirkan suasana lain. Antara iya dan tidak, percaya atau tidak saat sang kakak memperlihatkan foto-foto berupa kumpulan puluhan kawat berwarna hitam (seperti kawat beton) seukuran 7 cm yang berjajar. Benda itu keluar dari tubuhnya. Berkali-kali saya lihat dan tatap. Believe it or not, itulah yang dialami kakak sendiri.
Setelah saya bercakap-cakap segala hal, sang kakak ---yang sudah berkali-kali terpilih dan dipercaya menjadi ketua RT---pun menceritakan sebuah kisah. Bahwa di kampungnya ada seorang yang ingin menjadi ketua RT, dan ingin menggantikannya. Tetapi saat pemilihan terakhir secara langsung dan terbuka, orang yang berambisi itu kembali kalah bersaing dan akhirnya sang kakak yang terpilih lagi menjabat ketua RT.
Saat itu dalam benak ini terlintas hal yang tak sehat. Kenapa tidak orang-orang yang menggasak uang negara saja yang disantet. Kan banyak tuh para koruptor yang masih hahah-heheh seperti tanpa merasa bersalah atau berdosa. Mereka dikabarkan masih menggunakan fasilitas mewah musti sudah dalam jeruji besi. Kenapa musti sekelas ketua RT yang kena perlakuan keji orang yang berambisi. Apa iya jadi ketua RT itu sebuah jabatan strategis dan bergaji besar dengan fasilitas serba wah? Lantas, masa iya hanya karena ingin menjadi ketua RT harus mengeluarkan jurus aneh. Jurus yang sering ada dalam cerita orang atau sinetron atau film-film mistik di layar putih? Jurus santet dan sejenisnya. Ah, percaya atau tidak itulah kejadiannya. Seperti itulah yang masih ada di sekitar kita. Sambil melajukan roda dua saya geleng-geleng kepala.
Di luar sana banyak yang masih sibuk dengan Covid-19. Bagaimana cara untuk menghindari dan mencegah agar tidak terpapar. Hari ini saya malah mendapat kabar soal mistik. Ah, Kang Fulan. Haduh, kepala aye jadi pening.
Cianjur, 19 Maret 2020/24 Rajab 1441H
==============================
Tantangan Hari Ke-65
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itulah kehidupan. Saya pun pernah mengalami, tak kala bertugas di wilayah Kidul. Semoga kita dijauhkan dari hal2 yang berbau kemusyrikan.
Subhanallah. Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal demikian ya Bund. Terima kasih sudah berkenan mampir. Salam literasi.