Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan (tantangan hari ke-152)
Oleh:Dede Saroni
Dalam surah Ar-Rahman, secara berulang-ulang Allah mempertanyakan tentang nikmat-Nya yang tidak disyukuri atau yang di dalam Al-Qur’an diistilahkan disustakan. Hal ini menandakan bahwa rasa syukur kita masih belum tepat mengenai sasaran.
Ucapan atau zikir seseorang sesudah salat dengan mengucapkan “alhamsulillah” sebanyak 33 kali nampaknya tidak atau belum merepresentasikan rasa syukurnya ke pada Allah. Ya, karena memang kalimat itu terucapkan lebih disebabkan oleh faktor kebiasaan dan rutinitas ketimbang kesadaran diri.
Ucapan syukur yang merupakan representasi dari kesadaran diri seseorang biasanya baru muncul ketika ia memperoleh sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Terlebih lagi jika sesuatu yang diperoleh itu bernilai besar.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab kita terkondisikan oleh lingkungan untuk menganggap bahwa nikmat itu berasal dari benda atau materi. Oleh karena itu, ketika mendengar kata nikmat, memori kita akan mengumpulkan kata-kata yang berhubungan dengan benda atau materi.
Jika kita mempelajari bagaimana pikiran kita bekerja, maka kita akan mendapati fakta yang bebeda. Ternyata, nikmat itu bukanlah benda atau materi, melainkan rasa dan rasa itu berkaitan dengan pikiran.
Karena rasa itu merupakan wujud dari pikiran, maka sesungguhnya nikmat itu bukan melekat pada benda atau materi, melainkan pada diri kita masing-masing. Nikmat muncul di dalam benak masing-masing orang yang berkesadaran.
Mari kita buktikan!
Ketika tubuh kita sedang sakit, nikmat yang biasa datang ketika kita mengonsumsi makanan atau minuman menjadi tidak muncul. Demikian juga ketika kita dalam kondisi sudah terlalu kenyang.
Nikmat juga tidak muncul ketika pikiran kita sedang kacau atau ketika sedang sangat fokus terhadap sesuatu. Terlebih lagi nikmat tidak dapat diketahui dari mana keberadaannya ketika kita tengah kehilangan kesadaran.
Seseorang tidak bisa mencari ke mana perginya nikmat ketika ia sedang dikuasai amarah yang berlebihan. Demikian pula ia tidak akan menemukan seutuhnya nikmat itu jika dia tidak mengisi kalbunya dengan rasa syukur.
Pertanyaan Allah dalam surah Ar-rahman, “Nikmat mana lagi yang kamu dustakan” tidak berarti bahwa seseorang tidak mengakui bahwa Allah telah menciptakan berbagai objek yang bisa dinikmati, melainkan karena seseorang tidak mensyukuri apa yang telah Allah anugerahkan yang tidak terbilang banyaknya. Dan karena ketiadaan rasa syukur itulah ia menjadi tidak menemukan nikmat-nikmat itu.
Karena syarat untuk lahirnya nikmat adalah adanya rasa syujur, maka baik kualitas maupun kuantitas nikmat tidak berbanding lurus dengan kepemilikan benda atau materi. Dengan demikian, seseorang yang memiliki materi yang berlimpah belum tentu merasakan nikmat yang lebih banyak dan lebih besar daripada orang yang memiliki sedikit materi.
Orang yang tidak mensyukuri pemberian Allah atau mendustakan anugerah Allah adalah orang yang kehilangan nikmat. Sebaliknya, orang yang mensyukuri pemberian Allah adalah orang yang akan didatangi nikmat Allah. Dengan demikian, mensyukuri nikmat Allah adalah wujud dari nimat itu sendiri.
Cipayung, 04 Desember 2020
Bacaan:
Diambil dari berbagai sumber
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang mencerahkan Pak Dede
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Alhamdulillah. Terima kasih admin yang telah menyetujui tulisan ini. Semoga bermanfaat!
Subhaanallah, tulisan yang luar biasa, memberikan pencerahan untuk saya, Salam sukses, sehat selalu, Pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Pencerahan keren pak de
Terima kasih, Pak. Salam literasi
Betul pak. Orang yang tidak mensyukuri pemberian Allah adalah orang yang kehilangan nikmat Allah. Atai sebaliknya orang yang mensyukuri pemberian Allah adalah orang yang akan didatangi nikmat Allah. Keren pak ulasannya
Terima kasih, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita. Sukses selalu pa saroni
Betul, Pak. Terima kasih. Salam literasi
Betul pak, hendaknya kita selalu bersyukur akan nikmatnya Allah
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
selalu merasa adem membaca tulisan bapak, suksses pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Mantap....ulasannya..sangat informatif..membual ruang kesadaran untuk kita ya Pak..tetap bersyukur dengan keadaan kita
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Betul p haji...ulasan yang keren....terima kasih saling diingatkan.
Sama-sama, Bunda. Salam literasi
Terima kasih pencerahannya, Pak. kita mesti bersyukur untuk nikmat itu ... Salam sukses, Pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah huallahuakbar Terimakasih pak semoga kita masih tetap dalam rasa syukur atas nikmat apapun
Aamiin. Semoga, Bunda. Terima kasih. Salam literasi
Subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah huallahuakbar Terimakasih pak semoga kita masih tetap dalam rasa syukur atas nikmat apapun
Pencerahan yg luar biasa pak,,
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Setuju, bersyukur dalam kondisi apapun. Bagus sekali Pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Subhanallah ...ulasan yg sangat bermakna sekaliSalm literasi dan mg sukses sll pak
Terima kasih, Bunda. Salam literasi
Subhanallah ...ulasan yg sangat bermakna sekaliSalm literasi dan mg sukses sll pak
Ulasan yang sangat bagus pak. Salam literasi
Terima kasih, Bunda. Salam literasi