Navigasi Web
Rainbow in My Life, by Hana Hanifa
Karya Hana Hanifa

Rainbow in My Life, by Hana Hanifa

Rainbow in My Life

6 Campur-Campur

 

Bel Sekolah belum berbunyi. Murid- murid sekolahku sibuk sendiri. Ada yang bermain bola di lapangan, ada yang asyik mengobrol, ada yang baca buku, mengerjakan PR. Pokoknya macem- macem, beraneka ragam.

 

“Hei pagi!” sapa ku kepada Tresna, Annisa, dan Caca yang tengah asyik mengobrol sambil tertawa sampai tak menghiraukan sapaanku. Aku hanya tersenyum dan menyimpan tas ku di kursi samping Caca. “heii!! Lagi ngobrol tentang apa sih? Kayaknya seru nih! Boleh gabung gak?” sapa ku lagi dengan suara agak keras. Mereka memandang ke arahku, sambil cengo. “eh, Rara! Boleh boleh! Kapan dateng nya Ra?” tanya Annisa, yang lebih akrab di panggil Nisa “barusan sih ..” jawabku santai “kok kita gak tau ya?” tanya Caca “kalian ke asyikan ngobrolnya haha” jawabku dengan di iringi tawa “hehe..” mereka hanya cengengesan sambil nyengir.

“ngobong- ngobong” kataku “ngomong- ngomooong!!” teriak mereka “makanya kalo ngomong, belang- belang dong!” cerocos Tresna, yang lebih akrab di panggil Rere. “pelan- pelaaaan!!” teriak mereka lagi “sajaaa ..” Nisa malah menyanyi Kotak- Pelan- Pelan Saja “udang..  udang.. lanjutin lagi ayoo!” giliran Caca berbicara “ya .. ya .. ya ..” kami terkekeh. “ngomong- ngomong kalian lagi ngomongin apa sih?” tanya ku “soal perpisahan nih ..” jawab Caca sambil memakan snack “eh, dari mana tuh snack? Tiba- tiba muncul!” cerocos  Nisa “hehe .. ada di tas aku” Caca cuman nyengir “masih lama ah!” kataku “biarin masih lama juga, kan harus siap- siap biar nanti nya ga riweuh!” tiba- tiba Fazli, sang ketua kelas angkat bicara “plis deh, bicara nya jangan di hijiin haha ..”tawa kami ber empat.

Yap! Kami bersekolah di MIN Sampora, sekolah di daerah Sukabumi Jawa Barat. Di daerah yang bisa di bilang pedesaan, tapi sudah banyak pabrik di mana- mana. Makanya, gaya bicara kami kadang- kadang suka di campur- campur dengan Bahasa Sunda. Tadi aku belum cerita ya? sekarang aja deh ya haha ..

Jadi, aku dan teman- teman ku sekolah di MIN Sampora, di kelas 6C. Sekolah kami, sekolah yang tidak terlalu berkelas, fasilitas nya pun tidak se- lengkap sekolah yang mahal, ya.. sekolahku menggunakan dana BOS untuk keperluan sekolah kami. Tetapi, sekolah ku mempunyai ekstrakulikuler yang cukup banyak dan telah meluluskan banyak angkatan yang kini ada yang telah kuliah di ITB dan IPB, ada yang menjadi Polisi, bahkan ada yang mendapatkan Beasiswa ke luar negri. Mau tahu ceritanya? Jadi, begini, dulu ada seorang murid guruku. Dia pintar, tapi, dia anak keluarga yang kurang mampu. Ayah dan Ibu- nya bekerja, tapi, dia mempunyai adik. Dia bingung, harus memilih sekolah atau harus menjaga adik nya yang masih kecil. Akhirnya dia meminta izin kepada Guru dan Pak Kepala Sekolah untuk membawa adiknya ke sekolah. Guru dan Pak Kepala Sekolah mengizinkan nya, dengan catatan adiknya tidak boleh mengganggu saat jam pelajaran. Setiap hari, dia membawa adiknya ke kelas, di kelas dia selalu bicara pada adiknya “kakak mau belajar dulu, kamu jangan mengganggu, diem ya!” Saat kakak nya belajar, adik nya selalu diam, duduk di bawah meja. Sampai akhirnya, sang kakak ujian, lulus dengan nilai terbaik. Dia mendapatkan beasiswa dari SMP, SMK, sampai dengan kuliah dia mendapatkan beasiswa ke luar negri. Setelah adiknya besar, dia sekolah di tempat kakak nya sekolah dulu. Ketika masuk ekelas, sang adik itu tidak merasa canggung. Bahkan, dia menjadi murid terpandai. Mungkin karena dulunya dia selalu berdiamdiri di kelas, makanya ada ilmu yang tertangkap sedikit.

Bagaimana? Kalian termotivasi? Tentu pasti! Kita harus tetap belajar dengan semangat. Orang Tua kita bersusah payah demi menyekolahkan kita, tapi, kita tanggapi itu dengan sia- sia. Kita harus mencontoh semangat Kakak dalam cerita tadi. Walaupun dia anak orang yang kurang mampu, dan harus membawa- bawa adiknya ke sekolah, dia tetap giat belajar sampai akhirnya dia mendapatkan nilai ujian terbaik dan mendapatkan beasiswa sampai ke luar negeri. Sekarang, kita tidak perlu repot- repot membawa- bawa adik kita ke sekolah. Orang tua kita sudah memfasilitas kita dengan fasilitas yang luar biasa!

Aduhh .. keasyikan cerita yang tadi, kita lanjut ke kelas 6C tadi. Tapi, sekolah kami, sekolah yang paling hebat. Kelas ini kelas yang paling funny, heboh, kocak, gak bisa diem, pokoknya campur aduk deh! Makanya, kami semua memberi nama kelas ini kelas Campur-Campur! Yapp!! 6Campur-Campur. Berbeda dengan kelas 6A dan kelas 6B. Kelas kami kelas yang paling gak bisa diem, sedangkan kelas A dan B kelas yang kalem- kalem aja.

Pelajaran pertama dimulai, pelajaran IPS dengan guru Pak Dadun. “Assalamu’alaikum!” salam Pak Dadun ketika sampai di pintu kelas “Waalaikum’ salam!” jawab kami semua dengan ceria. “Bahasa Arab ya?” tanya Pak Dadun sambil dudu “Ips Pak!” jawab kami semua dengan serempag “ohohooh .. iya Bapak lupa, maklum .. baru Tujuh Belas tahun..” ujar Pak Dadun sambil tertawa “haha ..” tawa kami semua “bener Bapak mah, baru Tujuh Belas tahun ..” ujar Pak Dadun lagi “piraku Pak?” tanya Gilang “iya, Tujuh belas tahun tambah Tiga Puluh!” ujar Pak Dadun lagi “hahaha ..” tawa kami semua.

Setelah dua jam belajar, Pak Dadun kedatangan tamu “sebentar ya, Bapak ada tamu, kerjain aja soalnya dulu!” perintah Pak Dadun. Semua segera mengisi soal. Setelah semua selesai ... MULAAI!! Kelas yang heboh, gak bisa diem- pun- beraksi.

Murid laki- laki main kejar- kejaran. Tapi, ada juga yang mengobrol bersama geng- nya. Murid perempuan sebagian besar mengobrol, ada juga yang membaca buku, dan bermain tebak- tebakan.

“eh, sebentar lagi aku mau lomba loh!” ujar Caca “wah! Lomba apa nih?” tanya ku “lomba dance!” jawab Caca bangga “waah! Di pedesaan ada dance juga ya? haha”Nisa terkekeh “ih bukan gitu! Aku lomba di tempat les ku, lawan tempat les lain!” jelas Caca “ya .. ya .. ya .. kapan?” tanya ku lagi “besok!” ujar Caca enteng “whaaat?! Double what.. whaat?! Kenapa baru cerita sekarang?” Rere heboh “biar surpriseee! Aku udah latihan dari kemarin lohh! Dan kalo yang menang hadiah nya uang sebesar lima juta!” Caca tak kalah heboh dengan Nisa “aku pasti bisa jadi juara satu!” Caca heboh sendiri. “besok? Minggu! Bisa liat nih, gimana penampilan Caca!” gumamku dalam hati “besok libur nih! Kesana yukk?” ajak Rere “ayo!” seru kami.

Kita udah ada di bangku penonton. Gak sabar rasanya, melihat penampilan terhebat sahabat kami, Caca. Kami melihat Caca berada di Backstage, dia melambaikan tangan kepada kami. Aku lihat di dada nya, tertera nomor 40. Waww! Peserta terakhir!

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Caca tampil. Dia tampil sangat maksial mal .. mal.. tapi .. sesuatu yang tidak di inginkan terjadi. Bruk! “Aww!” Caca menjerit. Kaki nya terkilir. Caca menangis kesakitan. Aku, Nisa, dan Rere segera ke Backstage untuk melihat kondisi Caca. Terlihat, Caca terbaring lemah di atas kursi yang di gabungkan menjadi panjang.

“Caa!” kami memanggil Caca agak berteriak sambil berlari. Caca menoleh kepada kami dengan mata yang sembab. “aku gagal ..” Caca menangis “udah gak apa- apa kok, lain kali kamu bisa ikut lomba lagi ya!” ujar Nisa sambil tersenyum “tapi aku gagal jadi juara” Caca masih menangis. Entah kesakitan atau kecewa karena gagal “gak apa- apa kok Ca! Bagaimanapun hasilnya, yang penting kita udah berusaha! Jadi, sekarang kamu gak boleh terlalu menyesali ini ya Ca! Percaya deh, nanti, suatu saat kamu pasti bisa dan berhasil jadi juara!” ujarku mencoba menghibur Caca. Caca tersenyum kembali.

Aku, Nisa, dan Rere tidak langsung pulang. Kami ke Caffe dulu. Ya .. sekedar makan saja, karena perut gak bisa di ajak kompromi nih! Demo terus! Haha ..

Makanan datang. Aroma sedap membuat perut kita bermain MarchingBand, berisik! Aku, Nisa, dan Rere segera manyantap makanan dengan lahap. “Alhamdulillah! Kenyang ..” ujarku sambil bersandar ke kursi empuk. “yaya .. kenyang pake Be-Ge-Te” ujar Rere dengan gaya bicara ala ‘Lola’.

  Hari ini, Caca tidak masuk sekolah. Mungkin kaki nya msih sakit akibat terkilir kemarin. Sampai di kelas, aku langsung di sambut oleh suasana kelas yang KACAU! Pagi- pagi udah kacau gini! Apalagi kalau siang coba! Haha ..

“Pagi..pagi..pagi kelas ku yang tercinta, tersayang, terkacau, ter-ribut,ter aneh! Pagi .. pagi” aku berteriak- teriak heboh melihat kelasku yang kacau ini. “pagi .. pagi .. pagi!” semua menyambut kedatanganku dengan tak kalah meriahnya. “lanjooot!” tiba- tiba Fadlan berteriak memberi aba- aba permainan yang tadi sempat terhenti dimulai kembali. “oh! Kelaskuu!” ujarku sambil duduk di bangku ku “heboh banget nih kelas!” cerocos Rere yang baru saja datang “yoii dong! Kelas enam Cee gituloh!” teriak Fazli, Fadlan, Arif dan Putra sambil berlari dengan di iringi tawa mereka. Kami hanya geleng- geleng kepala melihat tingkahlaku semua murid di kelas 6Campur-Campur.

Aku melihat- lihat sekeliling kelas. Ada Salma dan Erni yang sedang asyik bercermin. Bella dan Windy yang asyik memainkan gadget nya. Doni, si kutubuku sedang membaca novel favorite nya. Ada yang menyanyi, menyanyi dari mulai lagu Sunda, Inggris, sampai lagu Melayu, berbakat menjadi penyanyi sekolah kayaknya. Gilang! Murid ter- aneh kelas 6Campur-Campur! Entahlah ... dia selalu tertawa terbahak- bahak, dan kalau dia tertawa, semua kelas ikut tertawa, dan yang bikin lucu-nya lagi, kalau setelah tertawa dia selalu saja batuk seperti kakek- kakek! Haha .. murid yang lainnya ada yang jajan di kantin, ada yang di luar menikmati indahnya pagi hari di sekolah, dan ada yang mengobrol. Juga tak ketinggalan, bermain kucong- kucingan di kelas yang tidak terlalu luas. Semua berakhir hingga upacara dimulai.

Upacara selesai. Semua murid berhamburan keluar dari barisan yang beerjajar rapih tadi. Semua berlarian untuk masuk kelas paling pertama. Padahal, gak lari juga, akhirnya bakalan masuk kelas juga kan?

Pelajaran pertama di hari Senin ini adalah IPA, dengan guru Pak Nana. Guru yang paling dekat dengan murid-murid nya, suka bercanda, tapi sekalianya marah .. waaw! Dan guru yang gaul. Mengikuti perkembangan zaman yang begitu modern saat ini. Beliau juga melatih ekstakulikuler Pramuka dan MarchingBand.

“Assalamu’alaikum!” salam Pak Nana ketika masuk kelas. “Waalaikum’salam!” jawab semua serempak. “Buka halaman delapan puluh! Tulis rangkumannya, kerjakan soalnya sampai nomor sepuluh!” terang Pak Nana cepat sekali seperti dikejar hantu “di tulis sama soalnya!” ujar Pak Nana lagi “haaaah?!” semua murid kaget dan langsung mangap lima sentimeter “kanapa nyebut haaaah??” ujar Pak Nana dengan gaya aneh. Bisa di bilang, seperti Bang Saleh di kartun Upin&Ipin “banyaaak! Teuing Paak!” protes kami semua. “mau di tambaah?” ledek Pak Nana “Bisa jadii!!” cerocos Asdi sambil teriak. Semua langsung menatap sinis kepada Asdi “hehe .. Santai .. santai .. kalemin hehe” ujar Asdi ketakutan “yasudahlah .. kerjain aja!” ujar Pak Nana sambil keluar. Semua pasrah, lalu mengerjakan tugas walaupun dengan raut wajah kacau balau.

Selesai mengerjakan tugas, Yap!! Kalian pasti udah tau kan? Kelas yang aneh, lucu, kocak, ceria, cucok, Campur-Campur! Mulai ber-aksi! Erni dan Salma ber- aksi dengan cermin berwarna ungu-nya. Bella dan Windy beraksi dengan gadget yang telah siap sedia. Murid laki- laki- pun sudah ber-hompimpah alaium gambreng untuk memulai permainannya. Gilang juga sudah siap sedia akan membuat kelas tertawa terbahak- bahak. Ah! kalo aku, Nisa dan Rere- mah kalem- kalem aja. Cukup mengobrol saja sudah meng- asyikan menurutku. Tapi, untuk kali ini kita jangan membahas soal pembicaraanku ya? kita membahas seputar kelas hari ini.

  Erni dan Salma telah siap dengan cerminnya. Mereka membetulkan kerudung yang di pakainya agar lebih rapih, dan lebih sempurna. Setelah selesai, mereka bercermin lagi. Kelihatannya belum terasa sempurna bagi mereka. Lalu mereka terus menerus membetulkan kerudung mereka. “ishh .. susah banget sih ngerapiin kerudung! Huuh! Ribet deh ahh!” gerutu Salma “iya nih!” tambah Erni juga.

Beralih ke Windy dan Bella. Mereka telah siap dengan gadget yang mereka genggam. Windy sibuk bermain games Angry Bird. Sebenarnya, dia lebih suka main flappy Bird dari pada Angry Bird. Wajahnya selalu ber-ubah-ubah. Mungkin gemas karena selalu tidak tepat sasaran. Sedangkan Bella sibuk chatting dengan teman-teman SocMed-nya.  

Sementara itu, sebagian murid laki- laki sedang bermain kejar- kejaran. Dan sebagian lainnya ada yang membaca buku, tapi lebih banyak bergabung dengan Gilang, pelawak kelas 6Campur-Campur. “syut .. syut ada yang lagi nyanyi!” ujar Gilang sambil melirik ke arah Asdi yang sedang menyanyi. Terlihat, Asdi yang sedang bersender ke tembok sambil menyanyi “Suuusis .. owowoww Suuussiis wouwouwow .. suuaami sieeun istrii .. tralala trilili ..” Asdi yang sedang menyanyi sepertinya sangat menjiwai lagunya. Gilang, Fazli, Yandi, Bayu, dan Yuda bertepuk tangan. “hahahaha ...” tawa renyah Gilang mulai bersuara. Suara Gilang yang cempreng dengan tawa yang begitu renyah membuat semua yang ada di  terbahak- bahak bersama teman- temannya. “uhuk .. uhuk .. wuauhukk .. uhukk” kini batuk ‘Kek’ Gilang mulai menjadi- jadi. Tapi, bukan karena dia mempunyai suara cempreng dan tawa yang renyah, bisa membuat semua orang gemas. Tubuhnya yang gemuk sehingga selalu mendapak julukan si ‘Demplon’ dan pipi nya yang chubby serta warna kulit nya yang putih bersih membuat semua orang ingin mencubitnya. Bahkan, Pak Nana selalu mencubitnya kalau bertemu Gilang.

KRIING .. KRIING .. KRIING .. bel istirahat berbunyi nyaring. Semua murid pun langsung keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kerongocan.

Setelah berada di kantin, aku memisahkan diri dari Nisa dan Rere. Bukannya apa- apa, tapi memang kebiasaan aku suka memisahkan diri saat istirahat, dan mereka juga gak ngelarang aku buat misahin diri dari mereka. Kenapa aku memisahkan diri? Aku gabung dulu sama adik kelas aku hehe ... engga semuanya adik kelas juga sih, yang ikut gabung dari kelas enam cuman Windy, Ayunda aja .. mau tau siapa aja adik kelas nya? Nih aku kasih tau ya .. ada Aneu, Zalfa, Zulfi, Nadia, dan Dina. Aneu itu feminin bangeet. Kalo Zalfa itu .. emm .. gimana yaa .. dia punya panggilan, yaitu ‘Ncun’ haha .. sedangkan Zulfi, Nadia dan Dina itu tomboi banget. Dan yang paling paling tomboi itu Zulfi. Tapi, ada satu hal yang unik dari Zulfi. Kalian tau? Nih ya, aku kasih tau .. kamar dia itu warna nya PINK! Yap! Pink! Wow banget kan? Ahaha ... dan satu lagi, dia punya nama panggilan banyaak, darimulai Zulaeha,Zupleh,De siti dan masih banyak lagi haha!

“Kak Rara!” sapa Zalfa “hei Ncun hehe ..” sapa ku kembali dengan di iringi sedikit tawa yang pelan “hei tau ga?” kata Zulfi “apaan?” tanya Windy “katanya nih ya .. aku juga katanya sih .. katanya nih ya” kata Zulfi “katanya apaan?” ujar Ayunda yang mulai greget “katanya mau ada lomba pramuka! Jamran!!” ucap Zulfi spontan “ciyuss?” kata Ayunda “ciyusaan” jawab Zulfi “tapi, kayaknya aku gak bakalan ikut deh!” ucapku sedih “iya, aku juga” ujar Windy “yaah .. gimana dong?” ujar Ayunda dengan raut muka sedih “jangan khawatir, kita punya misi yang bikin kalian kaget!” ujar Windy. Aku kebingungan, misi apa yang mau di rencanain Windy?

   KRIING .. KRIING .. KRIING .. bel tanda istirahat selesai. Semua muid pun langsung memasuki kelas nya masing- ,asing.

“kamu tadi ngobrol apaan sama mereka? Hehe ...”  tanya Nisa tiba- tiba. Aku terdiam sejenak “kenapa dia tiba- tiba nanya gitu? Biasanya enggak nanya tuh” pikirku dalam hati. “eh .. itu, tadi si Zupleh bilang mau ada lomba pramuka, jamran. Di TegalPanjang” jelasku pada Nisa “ooh..”   

   Sekarang adalah pelajaran Bahasa Indonesia, dengan guru Bu Sri. Ada yang lucu nih, Bu Sri adalah orang jawa, dan kami, kelas 6Campur- Campur itu adalah orang sunda, jadi kalau kita, kelas 6C ngomong pake bahasa sunda, kadang Bu Sri itu suka bingung.

“anak- anak, buka halaman tujuh puluh dulu, kerjain soalnya, dan tulis soalnya ya” jelas Bu Sri dengan terburu-buru. Mungkin ada urusan mendadak.

Kami semua mengeluh, capek. Daritadi pas pelajaran IPA juga nulis banyak, sekarang Bahasa Indonesia juga nulis lagi, banyak juga. Rasanya tangan ini udah gak sanggup lagi buat nulis semua pelajaran hari ini. “bu capek!” celetuk Asdi. Aaarrghh.. anak ini memang terlalu berani! Bu Sri melotot, seisi kelas 6C tegang. Gimana kalau Bu Sri marah- marah? Gawat deh kalo misalnya itu terjadi!

Bu Sri menghela napas panjang. “ya udah, soal nya jangan di tulis!” perintah Bu Sri. “Alhamdulillah” semua anak kelas 6C sudah tidak memasang wajah tegang lagi “makasih buu!” seru Asdi, si bawell “iya, tapi awas loh kalo semuanya enggak seratus!” ujar Bu Sri “kalo gak seratus gimana dong bu?” tanya Asdi lagi “ibu hukum lah ..” jawab Bu Sri “hukumannya apa bu?” tanya Wanto “ngerjain semua tugas ibu dong, hehe ..” ujar Bu Sri sambil tertawa “ya udah, ibu ke kantor dulu!” ujar Bu Sri seraya membalikan badannya untuk menuju kantor, tapi, wajahnya masih melihat ke kita

  Tiba- tiba .. “aduuh!” Bu Sri kejedot pintu! “haha ...” tawa kami semua “malah ngetawain, hahaha...” ujar Bu Sri sambil tertawa lagi ‘ibu! Sakit ga?” tanya sdi “lumayan sih lah .. hehe” jawab Bu Sri lalu pergi ke kantor  “lucu banget siih, Bu Sri! Haha” ujar Frida

Hari demi hari, kami jalani bersama. Mengarungi kerasnya persaingan, ketat nya jadwal belajar, panas terik nya matahari, dinginnya rintikan air hujan yang membasahi bumi ini, dan hangat nya persahabatan. Hingga suatu saat, aku, Nisa, Rere dan Caca mengalami sedikit perpecahan dalam persahabatan kami. Hanya gara- gara aku sering bermain dengan anak kelas lima dengan Windy dan Ayunda. Dan sekarang, mereka; Nisa, Rere dan Caca berteman dan bergaul bersama Krei yang lebih akrab di panggil Rei dan juga Alfina yang akrab di sapa Alfi musuh bebuyutanku. Maksud ku sainganku. Kalian mau tahu enggak? Rei dan Alfi itu pernah nuduh aku mencontek saat ulangan Bahasa Inggris! Sampai- sampai nyebar ke kelas lima, dan akhirnya ada adik kelas ku yang termakan omongan Rei dan Alfi.

 Menurut kalian tokoh ‘Rara’ itu salah gak? Menurutku itu tidak! Kita bebas berteman dengan siapa saja, bebas bergaul dengan siapa saja, asalkan kita bisa memilih teman dan pergaulan yang baik. Maksud harus memilih- milih teman, kita harus memilih teman dengan teman yang baik, teman yang mampu membuat kita menjadi lebih baik dan teman yang mengajak kita untuk melakukan hal- hal yang positif. Lagian, aku juga enggak ngelupain Caca, Nisa dan Rere kok! Aku berteman dengan kelas lima bukan berarti aku ngelupain mereka gitu aja.

  Sekarang, aku sedang berada di kantin. Tepatnya tidak bersama Rere, Nisa dan Caca. “hey! Jangan di sini deh, di sini ada orang munafik!” ujar Caca sambil melirik sinis ke arahku. Mereka lalu pergi membawa makanannya ke meja dua. Aku dan teman- teman ku duduk di meja satu. “hei .. hei .. tau gak sih, dulu aku pernah sahabatan sama cewek, diatuh cantik banget, baik, ramah sopan, setia kawan ..” ujar Nisa dengan ‘pas’ kata ‘Setia Kawan’ itu agak di naikkan sedikit vokalnya “tapi, sekarang dia jadi munafik! Dia udah gak anggep aku, Caca, dan Rere sahabat lagi tau!” ujar Nisa. “waaah... sahabat kamu jahat banget ya!” celetuk Rei “iya! Gak tau diri banget dia ya!” cerocos Alfi. Rei dan Alfi juga terkenal dengan mulutnya yang tajam. Pintar memutar balikan omongan orang lain, pintar menyindir, pintar menjahili orang dengan memperdayagunakan oarang- orang yang lemah dan menyebarkan hal- hal yang tidak benar, HOAX!

   “terus nih yah, dia tuh berubah cuman gara- gara ..” ujar Caca “gara- gara apa?” cerocos Alfi pura- pura penasaran. “gara- gara temen- temen dia itu .. yaa .. gak punya temen lah .. jadi dia temenin tuh si temen barunya!” ujar Caca “idiih .. gak ada kerjaan banget sih, nemenin orang yang gak punya temen! Gak punya malu sih dia! Haha ..” kata Rei.

  Hatiku sudah panas menggejolak. Ingin rasanya menggebrak meja mereka, aku marahin mereka terus aku jitak kepala mereka. Aarghh! Tapi ya masa iya harus ngelakuin hal yang gitu di depan umum gini? Malu dong! Apalagi kalo sampai ketauan Bu Nuri, guru yang omongannya sangaaaat mengena di hati, sampai robek hati ini!

   “eh .. eh .. emang dari tadi kamu ngomongin siapa? Ciri- ciri orang itu gimana sih?” tanya Krei pura- pura tidak tahu. “dia itu pakai jilbab, pakai behel, matanya agak sipit, kulitnya sawo matang, dan muka nya agak bulet gitu ..” jelas Rere “ooh gitu ..” kata Krei “kasian banget sih kamu, Ca, Nis, Re.. di tinggalin sama sahabat kamu, jangan- jangan sahabat kamu itu cuman di manfaatin sama temen baru nya itu? Bener gak?” ujar Alfi “yaya .. bener juga tuh!” kata Rere

   Aku segera berdiri sambil menghentakkan kaki ku dan sedikit menggebrakkan meja. Niatan aku sih, ingin membeli minuman, sekaligus bikin mereka takut dan kaget. Ternyata benar! Mereka takut dan kaget bukan kepalang! Maklum .. aku ikutan eksul Taekwondo dan Pramuka hehe .. ehh .. bukan cuman Rei, Alfi dan CaNisRe, tapi temen- temen aku yang kelas lima dan juga Windy dan Ayunda.

“Rara! Plis .. jangan marah- marah ya .. plis ..” pinta Windy dengan berbisik. Aku hanya tersenyum tipis. “tenang aja kok, aku cuman mau beli minum” kataku dengan nada pelan. Jujur aja, aku hampir gak bisa nahan tawa waktu liat Alfi and the geng kaget. Ekspresi wajahnya itu looh .. mulut mangap, mata nya melotot kaget, gak gerak kayak patung haha ..

   Bel masuk tanda istirahat berdering, sebelum masuk ke kelas ada pengumunan sedikit. “buat Rere, Windy, dan Ayunda di panggil Bu Heni” ujar Rizal tiba- tiba masuk ke kelas 6C. Aku, Windy, dan Ayunda segera ke ruangan guru, tepatnya ke Bu Heni. Saat tiba di ruang guru, di sana sudah ada Zulfi, Widia, Salma, Bella, Amanda dan Latifah. “maaf kalo ganggu waktu kalian, to the point aja ya .. ibu manggil kalian untuk mengajak kalian buat ikutan jamran di Tegal Panjang, kalian siap? Siapa yang gak siap?” kata Bu Heni dengan ngadereded “aku bu!” aku mengacung kan tangan kanan ku “aku juga!” Windy ikut-ikutan “ya oke, kalian gak jadi ikut lomba, dan kalian silahkan kembali ke kelas” perintah Bu Heni kepadaku dan Windy “hafftt.. sebenernya sih aku pengeeeen banget ikut lomba pramuka itu” keluhku pada Windy “iya sama aku juga pengen banget” ujar Windy kepadaku.

  Sekarang hari senin, upacara bendera. Yang mau berangkat ke Tegal Panjang udah siap dengan pakaian coklat tua dan muda nya. “ciee ... yang mau lomba .. semangat yap!” ujarku walaupun sebenernya sedih banget gak bisa ikut lomba Pramuka di Tegal Panjang, apalagi ini Jamran, sakitnya tuh di sini *nunjukdada* haha ..

 “gak semangat ah gak ada kamu mah ..” keluh Ayunda “biarin aja .. akumah gak mau tau ya, kalian pulang harus bawa piala! Harus masuk tiga besar!” ucapku agak sedikit mengancam, walaupun ancaman itu hanya gurauan saja bagiku haha “siaaap boss!”

“mobil jemputan udah dateng tuh! Siap buat berangkat yaa!” ujarku seraya menunjuk mobil truk warna merah yang terparkir didepan gerbang sekolah “kirain mobil Alphard, ternyata truk, capedaay!” kata Ayunda “kalo di jemput naik mobi Alphard, itu namanya bukan anak pramuka! Tapi anak mamih okay!” ucapku kepada Ayunda “aku kan emang anak mamih haha!” kata Ayunda “anak pramuka naik ke truk cepetan!” perintah Pak Nana “gud bay may best plend, titidije yaa! Ntar jangan lupa harus pulang, jangan nagkring di pohon! Dan kalo pulang harus bawa piala! Harus itu! Gak mau tau, harus jadi juara!” ucaku dengan agak sedikit alay haha .. “iya plend bay!” kata Ayunda.

  Semua anggota pramuka lau menaiki truk dengan susah payah, karena truk itu terlalu tinggi untuk mereka haha... oiya, sebelum mereka naik ke atas truk, tak lupa, mereka berdo’a terlebih dahulu agar mereka selamat sampai tujuan dan juga pulang dengan selamat.

Aku dan teman- teman ku segera memasuki kelas. Karena bel tanda masuk sudah berbunyi nyaring. Setelah beberapa jam belajar, kami semua istirahat.

Aku dan Windy segera keluar kelas. Tapi, kami harus melewati meja Caca, Nisa, Rere dan duo cabe Alfina dan Rei. “eh, munafik ngelewat tuh!” ledek Alfina. Aku hanya bisa menarik nafas sepanjang- panjang nya dan hanya bisa senyum menghadapi semua ini, aku mencoba sabar untuk ke-sekian kalinya. “munafik dateng sama orang munafik tuh!” ledek Rei juga. Tak tahan menahan Amarah, kini amarahku meluap saat aku melewati meja mereka.

BRAAAK!! Aku menggebrak meja se-keras mungkin. Gak peduli tangan aku mau merah- merah, mau sakit juga enggak apa-apa. Seisi kelas terbelalak kaget. Matanya membulat sambil cengo. Seakan mereka gak percaya aku tengah hari gini bisa marah- marah se-Dahsyat gini. 

Windy dan Bella tak ingin para penghuni kelas ini melihat kejadian ini. “pergi kalian! Pergi sono ke kantin!” teriak Bella sambil membanting- banting tas. Gak tau deh punya siapa tas itu. Namun, anak- anak kelas C tidak kunjung pergi. “sana pergi!!” bentak Bella lagi sambil membawa- bawa tempat pensil. Tak kalah bodohnya, Windy mencopot sepatunya dan melemparkannya. Kali ini, mereka brigidik ketakutan dan pergi. Setelah melempar sepatunya,  Windy mengambil kembali sepatu yang ia lempar tadi “Apa kamu liat- liat?” ucap Windy galak kepada orang yang melewati kelas kami. Orang itu langsung lari kocar- kacir melihat Bidadari marah- marah. “weis .. kalemin dong .. kalemin..” ujar Alfi santai, wajah tanpa dosa. “kalemin? Ini yang kalian mau? Nih! Kalemin!” ucapku dengan nada tinggi sambil menggebrak meja “yang sopan dong! Dateng- dateng malah marah- marah! Sambil gebrak meja lagi!”cerocos Rere “sopan? Kalian bilang ini gak sopan? Iya!? Mikir doong! Dari kemarin kalian gak sopan! Kalian ngatain aku meunafik lah, ini lah, itu lah .. segala macem!Itu sopan enggak?” ucapku. Mereka terdiam tanpa kata. “kenapa diem? Kehabisan kata- kata?” ledekku “kita tau kita salah! Tapi ini semua juga bukan karena salah kita, ini semua gara- gara kamu! Kamu tiba- tiba berubah! Kamu lebih sering gabung sama adik- adik kelas kamu yang gak punya temen itu!” Caca angkat bicara “gara- gara aku? Aku berubah? Kalo kalian ngerasa aku berubah, kalian bilang sama aku! Jangan malah ngehindar gitu! Dan kenapa kaian juga malah gabung sama mereka? Alfi dan Rei! Kalian tau kan, mereka itu pinter manfaatin orang? Harusnya kalian fikirin itu dulu!” ucapku dengan nada kesal “iya kita tau! Dan sekarang, kita mau minta maaf sama kamu!” ucap Nisa, nada ‘minta maaf’ nya itu kayak yang enggak ikhlas gitu “kalian ikhlas minta maaf nya?” tanya ku “ikhlas lah, kalo enggak ikhlas, ngapain kita minta maaf sama kamu!” jawab mereka ketus “ya udah, aku maafin kalian.. maafin aku juga ya ..” ucapku seraya memeluk mereka. Jujur saja, aku gak kuat nahan air mata ini, tapi, saat berpelukan, aku hapus air mataku dengan kerudung mereka, hehe ...

“sekolah ibu aku juga ke sana loh! Nanti kita ke Tegal Panjang yuk?” ajakku kepada Windy “ayooo!” jawab Windy dengan semangat empat lima. Siang harinya setelah kami pulang sekolah,Windy ke rumah aku dulu, karena tadi kita udah janjian buat berangkat ke Tegal Panjang bersama Ayah dan Ibuku. Setelah sampai di rumahku, aku dan Windy segera shalat Dzuhur, lalu makan. Setelah itu, kam istirahat sebentar di kamar, sambil menunggu ibuku pulang dari sekolahnya. Belum juga Ibu pulang, hujan turun tiba-tiba dengan deras. “yaah .. kok hujan sih? Nanti di sana nya becek dong! Terus anak Pramuka nya tidur dimana? Masa di tenda? Kan basah, gimana kalo nanti mereka masuk angin, terus mereka sakit,lemes, dan kalah lomba nya? Waduhh .. gimana dong ??” kata Windy panik dengan mimik muka aneh “apa kita telpon Ayunda aja?” ucapku “boleh .. boleh ..”

Aku segera menghubungi Ayunda “Assalamu’alaikum! Hallo Ayunda! Today is hujan big! The guludug is jedar jedor and the kilat is ngaburinyay and so on! Kalian baik- baik aja kan? Kalian tidur dimana? Kalian very very sieun? Aku tadinya mau On The Way kesana! Disana situasi nya gimana?” tanyaku dengan cepat tanpa membiarkan Ayunda menjawab salamku tadi. Dan aku menggunakan Bahasa campuran. Yakni, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahas Sunda. “Waalaikumsalam! Yes .. Guludug and kilat membuat kami very very sieun, kami it’s oke wae, kami rapopo..” jawab Ayunda dan yang lainnya. Mungkin tadi saat aku menghubungi Ayunda, dia me-LoudSpeaker kannya, agar semua bisa mendengarkan semua percakapan aku dengan Ayunda. Wah! Dasar jahiil! “oke kalo gitu, udah dulu ya! Assalamu’alaikum!” ucapku “Waalaikum’salam!” jawab Ayunda mengakhiri.

Jam dua, Ibu dan Ayah belum juga pulang, lama- lama bosen juga. Aku mengambil tab-ku yang penuh dengan games. Aku menyalakan tab-ku dan langsung memainkan games favoritku, Subay Surf. Aku memainkannya bergantian dengan Windy. Lagi seru- seru-nya main games, tiba- tiba adikku, Raihan merebut Tab yang sedang aku dan Windy mainkan. “siniin De!” pintaku kepada Raihan “aku dulu yang main!” bantah Raihan “hish! Teteh lagi mainin Tab nya!” ujarku agak sedikit marah “udahlah, kamu ngalah aja ...” lerai Windy. Aku menuruti kata Windy dan langsung masuk ke kamar. “punya adik keras kepala banget!” gerutu ku “haha .. harusnya kamu bersuyukur dong! Kamu enak punya adik, nah aku? Aku kesepian .. tiap hari di tinggal Ayah sama Ibu .. kalau aja, adik aku masih ada .. aku pasti nggak kesepian kayak gini .. Home Alone ..” ucap Windy. Aku menatap Windy, terlihat raut wajahnya sangat sedih. Memang, dulu Windy mempunyai adik laki- laki. Dia amat sangat senang, karena baru pertama kalinya dia mempunyai adik. Tapi, sayangnya adik Windy yang baru ber umur beberapa minggu itu, harus pulang kembali kepada sang pencipta. Windy begitu sedih kehilangan orang yang paling dia sayangi. Sampai sekarang, kalau aku atau teman yang lain membahas tentang adik, Windy suka murung dan suka mengalihkan pembicaraan. Seolah, dia tak ingin kejadian sangat pahit itu terulang kembali dan menghantui pikirannya. “hmm .. sabar ya Windy, aku yakin kok, Allah akan memberikan yang terbaik buat kamu dan kamu harus yakin itu” ucapku pada Windy “iya, makasih ya Ra” ujar Windy seraya tersenyum, walaupun aku tahu, senyuman Windy itu adalah senyuman termanis yang menutupi kesedihannya “kamu boleh kok, anggep adik aku jadi adik kamu” ucapku pada Windy “yang bener? Serius?” tanya Windy dengan wajah very very happy “iya bener! Asalkan jangan di bawa pulang ke rumah kamu ya hehe ...” jawabku “makassiihh banget yaa Rara!” ujar Windy sambil tersenyum bahagia “iya sama- sama” jawabku sambil tersenyum.

Senangnya, bisa membuat orang yang kita sayangi tersenyum bahagia. Kini, aku sadar. Adik adalah hadiah yang paling istimewa yang telah Ayah dan Ibu hadiahkan untukku. Dan aku merasa salah satu dari sekian banyak orang yang beruntung. Beruntung bisa mempunyai adik. Dan mulai sekarang, aku akan mencoba lebih menyayangi adik. Karena, aku gak mau kehilangan adik aku satu- satunya ini.

“eh, ibu udah dateng .. ganti baju dulu aja yuk?” ujarku  “kan aku gak bawa baju ..” kata Windy “gak masalah, pake baju yang aku aja .. muat kok, hehe ..” ujarku pada Windy. Kami segera mengganti baju, lalu berangkat menuju ke Tegal Panjang. Sebelum sampai, Ibu membeli makanan dan minuman rinagn dulu di supermarket. Dan Ayah membeli gorengan dekat supermarketnya. Aku dan Windy di tinggal di mobil berdua. Aku serasa punya sodara cewek yang udah akraaab banget sama aku. Setelah dari supermarket dan membeli gorengan, Ayah dan Ibu juga mampir lagi di warteg, membeli makanan buat guru- guru pembina disana yang sedang kelaparan haha .. lagi lagi, aku di tinggal di mobil berdua. Lalu, ada ibu- ibu ngelewat kesamping mobil aku, beliau adalah Bu Wiwi, salah satu guru di sekolahku. Sepertinya beliau sedang kerepotan membawa kantong kresek yang penuh dengan kertas nasi, sepertinya itu juga buat guru- guru pembina. Aku dan Windy segera turun dari mobil dan membantu Bu Wiwi membawa kreseknya ke dalam mobil beliau. Setelah itu kami kembali ke mobil.

Sesampainya di lokasi, aku dan Windy segera turun dan menuju ke tenda putri dari sekolahku. “eh Rara, Windy .. sini masuk ..” ujar Bu Erni. “iya Bu, engga ah, makasih .. di sini aja berdiri hehe ...” ujarku “sini masuk .. hujan ..” ucap Bu Pupung “cuman gerimis Bu, udah biasa hehe ..” ucap Windy “haha .. kalian sama siapa ke sini?” tanya Bu Erni “sama Ayah dan Ibu aku Bu, hehe ..” jawabku “oh, kalian sengaja kesini?” tanya Bu Erni lagi “bisa jadi sih Bu hehe ..” jawab Windy “haha ..” tawa Bu Erni “sekolah Ibu aku ikutan Jamran juga Bu” ucapku “ooh .. di mana tempatnya?” tanya Bu Erni “kita juga enggak tau Bu, makanya, sekarang kita mau pamit ke sana dulu ya Bu” pamitku kepada semua Ibu guru yang berada di tenda “iya ..”

“dimana sih?” tanya Windy “gak tau deh..” jawabku sambil membalikkan badan. Aku tercengang kaget, di belakang ternyata ada hewan ganas, yaitu Anjing. “Wi .. Win .. ad .. ada Dog ..” ucapku gelagapan “ya .. yaudah .. kita jalan aja, tapi pelan- pelan ya..” ucap Windy mencoba menenangkannku walaupun sebenanya dia juga takut. Aku dan Windy emang takut hewan yang kayak gitu sih haha ..

Telihat, Ayah sedang menggali- gali lubang dan menancapkan bambu untuk penyangga tenda sekolah Ibu-ku agar tidak roboh. Walaupun sedang hujan, becek dan kotor, Ayah tetap menggali-gali lubang dari satu lubang ke lubang lain. Kata Ayah, dulu Ayah juga ikutan Pramuka, makanya nular ke aku haha ... Ayah dulu udah pernah ikutan Jambore Nasional dan sering mengikuti lomba, juga sudah banyak mendapatkan penghargaan, tapi anehnya, kalau di tanya soal Pramuka, Ayah suka lupa. Maklum, udah lama .. puluhan tahun yang lalu .. haha ...

“Teh, Windy, masuk ke dalem tenda, hujan ..” perintah Ayah. Aku dan Windy segera masuk tenda. “sini neng, masuk ... kita makan gorengan bareng- bareng, ngariung”ucap Bu Hesti, pembina dari sekolah Ibuku. Aku mencari- cari Ibuku, tapi enggak ada.“Bu, liat Ibu aku ga?” tanya ku kepada Bu Hesti “Ibu kamu kan di luar sama Ayah, emangnya gak ngeliat?” jawab Bu Hesti “engga hehe ..” jawab ku “ya udah, sekarang mah makan aja gorenganya”ucap Bu Hesti. Aku dan Windy segera memakan gorengannya.

Pukul Enam sore, Ayah, Ibu, aku, dan Windy pulang. Dan pukul 7 malam, Windy pulang.

Tiga hari berlalu sudah, kini saatnya pasukan lengkap kembali pulang. “Alhamdulillah, may best plend kita pulang, enggak nangkring di pohon..” ucapku terharu “iya ..” ucap Windy juga sambil memelukku “aisssh .. kenapa jadi terharu initeh haha” ucapku sambil tertawa “iya kenapa ya haha ..” ucap Windy juga. “eh .. liat deh! Mereka juara!” ucapku kegirangan “juara tiga!” seru Windy.

“jauh- jauh kita datang, datang na ka Tegal Panjang, Jauh- jauh kita datang, menang juara ka tilu!” sorak semua pasukan lengkap termasuk para pembinanya di atas truk merah dengan wajah belepotan tanah dan agak menghitam. Tak mau kalah, kelas 6 semua segera keluar dan bersorak “selamat! Selamat! Selamat jadi juara! Selamat! Selamat! Aseek .. aseek .. oyyy!” sorak kami semua lalu masuk kelas kembali.

Pelantikan Penggalang Ramu

“buat anak Pramuka aktif, segera berkumpul di kelas dua B” teriak Roni lalu pergi. Aku dan teman- teman segera ke kelas 2B. “siapa yang mau ikut camping?” tanya Pak Nana “cung coba cung ..” kata Pak Nana lagi. Semua segera mengacungkan tangannya. “sekalian di lantik ya!” ujar Bu Heni “yes!”seru kami semua. “ini daftar barang yang harus kalian bawa” ujar Pak Nana sambil membagikan kertasnya. “Rara! Kamu mesti ikut!” ucap Pak Nana “siap!” jawabku “haaaah?!”teriak kami kaget. Masa, camping sehari harus bawa- bawa kompor sama gas? “bapak, kompor sama gas mah, gak usah di bawa aja ya pak?” tawar Ayunda “usah ...” jawab Pak Nana “hah?!” kami kebingungan. “kan tadi katanya gak usah, harus bawa ya usah ..” canda Pak Nana “hafsttt..”

Pukul Tiga, kami sudah berada di sekolah. Sayangnya, hujan pun turun dan petir is jedar jedor membuat kami very very takut. JEDAAAARR petir menyambar pohon yang tepat berada di depan kami, dengan di iringi cahaya indah nan ngaburinyay “aaaaa!!” kami menjerit ketakutan sambil langsung berlarian ke kelas. Tak lupa,dengan membawa semua peralatan yang telah di perintahkan Pak Nana.

“Panci nya manaaaaaa?!” teriak Regu Edelweiss heboh “gak ada! Tadi siapa yang tugasnya bawa panci??” tanyaku “gak tauuu!” jawab mereka “ya udah, aku pinjem Aneu aja..” aku segera berlari keluar kelas bersama Bella. Walaupun hujan dan petir jedar jedor, aku dan Bella tetap berlari. Akhirnya! Dapet juga pancinya! Walaupun badan basah kuyup, ya tapi .. gak apa- apa lah .. sebentar lagi juga pasti kering.

Huja sudah reda, tapi, lapangan masih terlihat agak basah. Kayaknya gagal buat bisa tidur di tenda. Tapi, anak Pramuka harus punya akal dong, gimana caranya buat bisa tetap tidur di tenda. Caranya dengan menyapu air nya menggunakan sapu lidi. Yess! Kering juga ternyata lapangnya.

Upacara pembukaan persami dimulai. Aku bertugas membacakan Dasa Dharma Pramuka. Kebetulan, suara aku sedang serak, jadi kalau suara aku di kerasi, suara nya kayak suara anak laki- laki. Tadi, hujan, sekarang panas. Mana lagi upacara pembukaan lagi, panas nya Subhanallah! Saat yang di tunggu- tunggu pun tiba, masuk tenda dan istirahat sebentar lalu shalat Ashar yeaaay! Setelah shalat Ashar, kita masuk ke materi.

Selesai materi, kami semua shalat Maghrib dan Isya’. Lalu, kami menyalakan Api Unggun dan games. “setiap regu harus menyanyikan yel-yel”perintah Bu Pupung. “yel- yel regu kita apa dong?” Tanya Ayunda “lagu Juwita Bahar aja! Tapi kita ganti liriknya.. gini niiih ..”

“Regu Edelweiss silahkan naik ke atas panggung! Perintah Pak Nana. Kami semua segera naik ke atas panggung “mulai!” perintah Pak Nana.

“hei kenapa kalian, kalau lihat kita suka nya bilang..” “Amit- amit coyy!” teriak semua heboh “apa karena, regu kami ini terlalu cantik ..” “idiiiww...” sorak semuanya  “senangnyaaa ... kalian ini bilang kami yang cantik ...cantik ..”

“ya! gimana penampilan mereka?” tanya Pak Nana “Amit- amiiiittt!!” teriak semuanya. “ya sudah, kalau amit- amit, kita panggil aja, peserta terakhir kita .. Rara dan Zalfaa!!” teriak Pak Nana. Aku dan Zalfa tercengang kaget! buat apa aku dan Zalfa ke atas panggung? “cepetan sini! Malah bengong!” perintah Pak Nana. Aku dan Zalfa segera naik ke atas panggung. “yap! Sekarang, kalian harus nyanyi!” ujar Pak Nana “nyanyi? Nyanyi apa?” tanyaku “nyanyi Fatin, Aku memilih setia”ucap Pak Nana. Maklum ... beliau adalah salah satu Fatinistic yang heboh banget. “yop! Mulai nyanyi!” ucap Pak Nana.

“ya .. sekarang, kalian tidur ya!” perintah Bu Heni. Aku melihat jam tanganku, jam 3 PAGI! Aku segera tidur, karena aku gak mau nanti pas bangun kesiangan dan loyo. “bangun hey bangun! Ra, bangun Ra!”ucap Windy sambil menggoyang- goyangkan badanku. “nanti aja ey, masih ngantuk akunya .. sok we duluan, aku mau tidur aja ...” ucapku dengan mata merem. “mau sampai kapan kamu tiduur! bangun ey! Kan sekarang di lantik!” teriak Windy “what double whaaat!? Ciyus?” ucapku heboh “iya, ayo keluar!” ajak Windy “iya tunggu, aku pake sepatu dulu!” ucapku. Setelah selesai memakai sepatu, aku segera keluar tenda. “hafft .. brrrr.. dingin banget siiih” ucapku kedinginan “ya ginilah ..” ucap Bella.

“sekarang, kalian di lantik! Dari kelas lima, cuman kamu aja Zupleh!” ucap Kak Nana “kalian harus ke kebun sana, sendiri- sendiri, ini lilinnya.. dan tadi, jam setengah empat ada yang meninggal” jelas Kak Nana “haah!?” teriak kami semua tak percaya. Nyali-ku untuk menjadi Pramuka sejati rasanya sudah sangat menciut! Ke kebun, sendiri, pagi buta gini, masih gelap banget, terus ada yang meninggal .. hiiww .. atuutt ... kebayang nya tuh kan,waktu di semak- semak nya ada yang gituan hiwwhh ... tapi ..Beraniin!! Beranii!! Anak Pramuka gak boleh jadi penakut!!

“nih ambil satu orang satu” ucap Kak Nana menyodorkan piring yang di dalamnya terdapat potongan kertas putih. Setelah semua nya mengambil, Kak Nana menyuruh kami membuka kertas putih itu “lah? Kok di suruh ngambil tanda Ramu-nya di sepatu temen sih?” tanyaku dalam hati. Aku mendapat tugas mencari di sepatu temanku. “cari dari sekarang!” perintah Kak Nana. Kami semua segera menuruti perintah Kak Nana. “Assalamu’alaikum! Misi .. permisii .. maaf ganggu .. pinjem dulu ya sepatu nya” cerocosku sambil nyelonong masuk ke dalam tenda Putri “haft ... ini sepatu siapa niih .. bau bangett!!” ucapku “Sepatu Desti itumah Teh ..” celetuk Zalfa “gak ada!” ucapku “udahlah .. makasih yaaa! Tidur lagi sana!” ucapk sambil keluar tenda. “Dendaa! Mana sepatu kamu?” teriakku ke tenda Putra “nooh .. di sonoo!” teriak Denda dari dalam tenda “dimanee?” tanya ku sambil berteriak “deket api unggun!” jawab Denda. Aku segera mencari sepatu dia, gak ada!

“Faz .. liat sepatu kamu dong!” pintaku kepada Fazli “nih!” ucap Fazli sambil menyodorkan kaki nya, lengkap dengan sepatunya “sopan dikit kek!” ucapku ketus. Lagi- lagi, Nihil! Enggak ada! Dimana tanda Ramu itu?

“Kak! Gak ada!” ucapku kepada Kak Nana “udah di cari belum?” tanya Kak Nana “udah .. tenda Putra Putri” jawabku “nih, Kakak kasih bocoran ... Di Tenda Putri yang kelas lima!” ucap Kak Nana “tapi tadi gak ada” ucapku “cari lagi! Di sepatunya si Amanda atau siapa kek!” perintah Kak Nana “ya lah ..” jawabku sambil pergi mencari sepatu Amanda.

“aaakk!” jerit Mira “kenapa Mir?” tanya ku “ituu .. ada .. ada ..” jawab Mira gelagapan “ada apaan?” tanyaku lagi penasaran “Bencoooong!!!” teriak Mira “hahh!? Masa jam segini ada bencong?” tanyaku lagi “maksud aku Pocoooong!!” teriak Mira histeris “oalahh .. kirain aku bencong .. itu mah, pasti akal- akalan nya pembina ..” ucapku menenangkan Mira “iya kali ya” jawab Mira “ya udah, sana .. cari lagi!” ucapku “oke, kamu udah dapet belum?” tanya Mira “belum nih! Dari tadi juga belum dapet dapet .. aku nyari dulu ya!” ucapku “yap!” BRUUK!! Resti menabrakku dengan wajah ketakutan “kenapa Res??” tanya ku “Putiih!! Panjaang!! Kriboooo!!” teriak Resti “Kribo? Apa nya? Rambutnya?” tanya ku “iya doong! Masa matanya!” jawab Resti “apaan tuh Res?” tanya ku “gak tau aku juga!” jawab Resti “hantu kali ya? Tapi .. masa .. hantu rambutnya kribo!” ucapku “bisa jadi tuh! Abis ke salon kali hantu nya! Haha ..” kata Resti sambil tertawa “ya udah .. kamu urusin hantu nya aja ya, aku mau nyari tanda Ramu dulu!” ucapku “ya! sipp!” ucap Resti.

Menjelang subuh, aku baru mendapatkan tanda Ramu itu. Sepatu Amanda-nya di umpetin di tempat sampah! Pantesan aja gak ketemu. Setelah itu, kami semua shalat subuh lalu makan.

“Senam dulu ya!” ucap Kak Heni. Kami sema segera berkumpul di lapangan “siap semua?” tanya Kak Pupung “siaaap!” jawab kami semua, lalu kami semua senam. “seger semuaa?” tanya Kak Heni setelah selesai senam “segeeer!” jawab kami semua “mau tambah segeeer?” tanya Kak Pupung “maauuu!!” jawab kami semua semangan empat lima “kita joged Keep Smile, Oplosan, sama Kereta malam yaaa? Setujuuuuu??” teriak Kak Nana tiba- tiba datang “syetujuuuu!!” jawab Kami semua  “mulaaaai!” teriak Kak Nana. Joged pun mulai~

Siangnya, kami jejak alam. Melintasi perkebunan singkong, sawah, sungai, dan istirahat dulu di lapangan bola. “games aja ya?” tanya Kak Syarah, alumni sekolah kami “iyaa!!” jawab kami semua. Games dimulai! Yang salah, di coret pake Bulao haha ..

“udah ya games nya! Sekarang setiap regu harus ke sana, sambi tiarap” perintah Kak Syarah. Kami segera berbaris, bersiap- siapa untuk tiarap. Setelah sampai, kami menyebrangi sungai yang licin, jadi kami harus ekstra hati- hati. Apalagi, arus sungainya cukup deras.

Sesampainya di sekolah, kami istirahat sebentar, lalu makan. “yang semalem nyari tanda Ramu, kumpulin di panggung! Satu ubin satu tanda Ramu! Cirian nu kamu an mana” ucap Kak Nana. Kami segera mengumpulkannya, lalu kami makan.

Upacara penutupan di mulai. Setelah selesai, barisan tidak dulu di bubarkan, kita akan melantik dulu. Melantik yang pengalang Ramu dengan Resmi. “Syarah! Ambi bendera Merah Putih! Fitri! Ambil bendera Pramuka! Nazia! Ambil tanda nya!” perintah Kak Nana “yang tadi, sini! Baris! Putri di depan, Putra di belakang!” perintah Kak Heni. Kami segera membentuk barisannya. Aku melirik ke samping. Kakak- Kakak sudah siap membawa bendera dan nampan yang ber-isikan tanda penggalang Ramu “Ang! Lagu Syukur! Jangan pake lirik!” ujar Kak Nana kepada A Aang.

Lagu Syukur-pun di mulai tanpa lirik. Suasana haru, kini makin terasa. Kakak- Kakak Alumni mulai berjalan pelan. Dari awal Annisa, dia mencium Bendera kebanggaan kami, Bendera Merah Putih. Lalu, Annisa mencium Bendera berwarna ungu, Bendera Pramuka. Setelah itu, giliran aku. “kamu harus janji! Kamu akan menjadi Pramuka yang hebat! Yang akan membanggakan Ayah dan Ibu-mu! Kita semua, dan kamu harus bisa, mengharumkan nama Bangsa Indonesia! Kamu harus bisa, tunjukkan kepada Dunia! Bahwa, Pramuka Indonesia hebat! Kamu harus janji! Kamu bisa jadi kebanggaan Indonesia!” ucap Kak Nana seraya menepuk pundakku, walaupun sakit “Janji!” ucapku “janji!” teriak Kak Nana “Janji!” teriakku lebih keras “bagus!”. Aku segera mencium Bendera Merah Putih “aku berjanji, akan mengharumkan nama Bangsa Indonesia!” ucapku dalam hati.

Setelah semua mencium Bendera Merah Putih, kami semua di siram air, sampai semua basah. Walaupun dingin. Bersama basahnya tubuhku, aku-pun menangis. Mengingat semua Jasa Pahlawan kita yang telah tiada, demi keutuhan negara kita, Bangsa Indonesia. Apa yang bisa kita lakukan kelak untuk negara kita tercinta ini?

“walaupun kalian baru di lantik penggalang Ramu, tapi kalian harus berjanji, akan mengabdi kepada bangsa dan negara kita! kalian gak perlu berperang seperti dulu .. sekarang, kalian hanya perlu belajar! Dan jadilah anak yang pintar! Agar kelak, bangsa kita ini maju dengan kepintaran kalian!” jelas Kak Nana “Disinilah, di negara ini, kalian lahir! Di negara ini lah, kalian tumbuh besar! Dan di negara inilah, kalian berlindung di masa tua kalian kelak! Sekarang, kita menyanyikan lagu Indonesia Pusaka”

Indonesia Tanah Air beta

Pusaka abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala

Slalu di puja- puja Bangsa

Disana Tempat lahir beta

Di buai di besarkan Bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

 

       Aku menatap ke atas lagit biru. Sang Saka Bendera Merah Putih berkibar dengan gagah perwira. Dalam hati, aku berjanji, akan mengharumkan nama Bangsa Indonesia

Lomba Pramuka Albarokah

“Raraaaa!! Kamu dimanaaa?? Cepetan! Aku udah di gang Monaas!” teriak Ayunda saat menelpon ku pada jam enam pagi “bentar lagi nyam..” belum selesai aku berbicara, udah di matiin “Ayah ngebut dikitt!” ucapku agak sedikit berteriak, takut gak kedengeran, kan Ayah pake helm. Ayah langsung ngebut, ciuuuuusss.... Dan akhirnya, aku sampai di gang Monas. Terlihat, Ayunda dan Widia sudah menunggu aku di pos ronda. Aku segera turun dari motor, lalu salam kepada Ayah. “haaiy .. maaf nunggu lama hehe .. ayo capcuss berangkat”ajakku kepada mereka “Caww!!”

Sesampainya di sekolah, ternyata belum ada siapa-siapa. Cuman ada Abah, yang sedang menyapu lapangan. “pagi- pagi banget ka dieu na kalian teh” kata Abah “hor ituh, dari pada telat pan gawat Bah” jawab Ayunda “iya lah ..” jawab Abah. “latihan dulu yuk?” ajak Widia “latihan apaan?” tanyaku “yel- yel lah ..” jawab Widia “udah hafal  yang gitu mah ..” ucap Ayunda “terus, kita ngapain dong? Diemm weh nyah .. bosyenn” protes Widia “bantuin Abah we, kita sasapu hehe ..” usulku “boleh juga .. olahraga pagi haha..” ucap Ayunda. Kami segera menghampiri Abah, meminta sapu yang lain.

Sampai jam setengah tujuh, semua sudah lengkap. Kini tinggal berangkat, tak lupa berdo’a dulu .. supaya di lancarkan, diberi keselamatan .. dan juga .. supaya juara!! Setelah selesai berdo’a, kami semua naik jemputan .. mobil mewah .. Angkot -,- haha .. tapi, daripada jalan, kan capek.

Sebenarnya, ini adalah lomba yang ke- dua kalinya untukku di Albarokah. Sayangnya, waktu itu, regu aku gak juara. Tapi, Regu Nusa Indah yang juara, dari sekolah ku juga sih .. semoga, sekarang kita juara .. Amin ..

Akhirnya sampai juga di Albarokah. Kami segera masuk kelas, untuk persiapan. Setelah itu, kami keluar lagi. “ayo berkumpul dengan sekolah masing- masing ya ” ujar panitia. Regu dari sekolahku segera bergabung. “nyanyiin yel- yel nya ya .. mulai dari sekolah MIN Sampora” ujar Panitia “yang simpel aja ..” ujar Zupleh “Perkenalkan, kami Regu Pramuka dari ..” komando Fazli sang Pratama “MIN Sampora yang NGEHITZZ PAKE BE-GE-TE” teriak kami semua serempak “udah ini aja ..” ucap Fazli sambil tertawa “iya sip .. tepuk tangan” ucap Panitia nya.

Kini, Regu kami, Regu Edelweiss yang di berangkatkan pertama. Semua sudah siap. Kami segera berlari sambil membawa tongkat dan menyanyikan yel- yel. Di sepanjang perjalanan kami selalu menyanyikan yel- yel. Mungkin terlalu keras atau entah apalah itu, ada yang marah! Yaitu si DogDog. Kami di kejar si DogDog “hwaaaa .. lariiiiii!!!” teriak Zupleh sambil melotot kaget. Otomatis kita juga kaget dan takut. Kita langsung memasang jurus seribu kaki dan langsung lari kocar- kacir. “Pleeeeh .. cepetan larinya .. DogDognya makin deket!” teriakku. “aduuuuhh!” teriak Ayunda “waaaaa!! Awaaass!!” teriak Windy. Ayunda terpeleset dan kebetulan di situ adalah turunan, dan licin. Alhasil kami semua nyorodot ke bawah. Dan di bawah itu sungai! BYUUUUR!! Kami nyebur ke sungai yang jernih airnya. DogDog pun berhenti mengejar kami. HAHAHA tawa menggelegar. Kita gak percaya, kita bakalan nyebur ke sungai yakak gini. Semua basah kuyup, dari atas ampai bawah termasuk tas juga basah! Bener- bener niih!

“naha kalian mah bararaseh ning? Meni jibrug gitu..” tanya Panita kebingungan “tadi di udag- udag DogDog A.. haha ..” jawab kami semua sambil tertawa “naha jadi bararaseh atuh?” tanya Panitia-nya lagi “pan tikecebur A...” ucap Zupleh “sukuriiin ...” tawa semua Panitia “weowww ...” teriak Regu Edelweiss semua. “yaudah, kalian dari sekolah mana? Regu apa?” tanya Panitia “dari sekolah MIN Sampora dan Regu Edelweiss yang ngeHitss pake Be-Ge-Te” teriak kami serempak “ngehitzzz” ucap Panitia dengan gaya cucok “nih soalnya, kerjain! Jangan nyontek!” ucap kakak Panitia sambil menyodorkan kertas. Kami segera mengerjakannya. Tak perlu waktu yang lama, hanya dengan 5 menit, kami sudah menyelesaikan tugas dari kakak- kakak panitianya. “udah kak!” ucap Zupleh “udah? Makasih! Sekarang pergi!!!” ucap Panitia “teganya .. teganya .. ngusir ..” teriak kami “sakitnya tuh bukan disini, disini, tapi di sini *nunjukkaki*” ucap Ayunda “naha di situ?” tanya Panitia “cangkeuuuul” teriak kami semua. Lalu, kami semua segera pergi ke Pos yang lain.

Lomba ini, terdiri dari empat pos. Sekarang, baru di pos dua.Tapi jaraknya itulooh ... subhanallah! “coba .. yel- yel nya dulu ..” ucap Kakak Panitia saat kami sampai di pos dua “satu .. du ..” komando Zupleh “nanti dulu ya .. nantii!” kata Kakak Panitia. Kami segera berhenti menyanyikan yel- yel nya. “kakk! Boleh minum enggak?” tanya Windy “boleh, makan juga boleh” jawab Kakak Panitia sambil pergi entah kemana “aseeeeek!” seru kami. Glek .. Glek .. suara Ayunda minum “pelan- pelan atuh Ayunda minumnya, bisi kabesekan! Haha” ujarku kepada Ayunda. Dia cuman nyengir aja. Setelah minum, kami memakan makanan ringan yang kami bawa dari rumah. “alhamdulillaaah!” seru kami semua. Tenggorokan yang asalnya kekeringan, setelah minum kayak kebanjiran!

“udah belum makan sama minumnya?” tanya Kakak Panitia setelah kembali “udaah!” jawab kami “ya udah, sekarang, kita ke pos dua” ujar Kakak Pembina sambil menggiring kami ke pos dua. “coba yel- yel nya” ujar Kakak Panitia yang lain. Kami segera menyanyikan yel- yel kami. “eh, itu bukannya mobilnya Pak Dadun ya?” tanya Windy “iya tuh, kayaknya iya deh!” jawabku. Kemudian, Pak Dadun keluar. Kami segera menyalami beliau. “pada haus enggak? Tanya Pak Dadun “hauuus!” jawab kami semua. Padahal, tadi kan kita udah minum yak? “ya udah, Bapak ambilin dulu minum ya!” ujar Pak Dadun. Beliau kembali dengan membawa Aqua gelas. “nih ..” ujar Pak Dadun sambil membagikan minum. “looh, buat Yunda mana pak?” tanya Ayunda, dia enggak kebagian minum. “ooh, kamu mah .. ntar di ambiin dulu galonnya” ujar Pak Dadun “iiih .. Bapak mah gitu” ujar Ayunda sambil manyum “haha .. iya, ntar .. Bapak ambil dulu”” ujar Pak Dadun sambil masuk lagi ke dalam rumah, dan kembali lagi dengan membawa satu Aqua gelas. “makasih Pak!” seru kami semua “iya, sama- sama .. harus juara satu ya!” ucap Pak Dadun “siaaap!” jawab kami semua dengan semangat empat lima.

“psst .. Zupleh!” panggilku kepada Zupleh “apaa?” tanya Zupleh “itu sampahnya!” tegurku. Dia membuang sampah sembarangan. “eh iya! Makasih ya udah mau ingetin!” ujar Zupleh sambil memasukkan sampahnya ke dalam tasnya. Habisnya, di sini gak ada tempat sampah sih! Alhasil .. tas menjadi tempat sampah cadangan.

Di pos ke-dua ini, materinya adalah sandi dan tali temali. Sandi Morse, Rumput, Mata Angin, dan lainnya. Zupleh dan Widia mengambil bagian tali temali.sedangkan, aku, Windy, Ayunda dan Resti mengambil bagian Sandi. “waduuuh .. nihh yang ini apa ini?” ujar Ayunda panik “ini kan D .. terus ini H ..” ucap Windy “Dharma! Dharma aja!!” seruku heboh “eh iya .. iya ..” ujar Ayunda segera menulis ‘DHARMA’. Tak lupa, sebelum di serahkan kepada Kakak Panitia, kami memeriksa semua jawabannya, siapa tau ada yang keliru. “udah Kak!” seru kami semua “udah? Waktunya tiga puluh detik lagi loh, periksa lagi aja ..” ujar Kakak Panitia “udah di periksa kok” ujar Windy “bener nih?” tanya Kakak Panitia “bener!” jawab kami semua. Kakak panitia itu mengambil kertas yang ia berikan tadi kepada kami. “sudah, sana! Kalian pergi lagi!” perintah Kakak Panitia itu, layaknya mengusir kami. “di usir lagi .. huftt ...” gerutu kami.

Sepanjang perjalanan menuju Pos tiga, kami selalu menyanyikan yel- yel.

“saha Pinru kita!!” teriakku “Zupleh teaa!!” teriak Regu Edelweiss. Zupleh yang mendengar itu hanya cengo sambil mengerucutkan bibirnya “yang mana teaa??” kini, giliran Windy yang berteriak “yang jelek tea!” teriak Regu Edelweiss tak kalah hebohnya dengan teriakkan yang tadi. Kami semua lalu tertawa dengan puas.

“laper ih!” gerutu Ayunda “bosen deuih ..” ujar Resti. Aku tersenyum jahil. “aku punya lagu loooh!” teriakku “lagu apa?” tanya Windy. Aku menyanyi dengan menggunakan nada lagu ‘Nobody’ dari Wonder Girl “nu bade .. nu bade .. Leupeutt!! Sarebu dua haraneuutt! Nu bade ... nu bade .. nu badee!!” teriakku dengan heboh. Mereka hanya tertawa. “nyanyiin lagi!!” teriak Zupleh. Kami menyanyikannya lagi dengan semangat, heboh, riweuh gak puguh gitu ..

Di depan, sudah ada Kakak- Kakak Pembina menunggu kami. Mereka semua di sana bertugas untuk menyebrangkan kami ke jalan raya, lalu kami semua berjalan lagi. Mungkin, Kakak Kakak pembina itu beralih profesi sebagai tukang penyebrang jalan kali ya? haha ...

Sebelum kami menyebrang, kami ber istirahat dulu sejenak. Tiba- tiba saja gerombolan anak- anak nakal yang sedang bermain bola menyoraki kami. Bilang jelek lah, ini lah, itu lah segaamacem. Kami membalasnya dengan teriakkan “tong di dengerin! Tong di dengerin! Tong di dengerin!” semakin keras mereka menyoraki kami, semakin keras pula kami menyoraki mereka kembali. Kakak- Kakak Panitia yang melihat kami hanya terkekeh cengengesan.

“udah .. sekarang mah nyebrang aja, jangan di dengerin” lerai salah satu Kakak Panitia. Kami menurutinya dan langsung menyebrang. Saat kami menyebrang, semua pengendara mobil dan motor cengo melihat kami dengan serius. Entah apa yang mereka kagumkan dari kami, mungkin karena kami cantik (?)

Setelah menyebrang jalan, kami terus jalan .. jalan .. dan jalan lagi. Hingga, semangat kami mulai menurun. Tidak seperti saat sebelum menyebrang jalan raya. “yel- yel dong! Garing ah!” gerutuku “capek tau!” protes Ayunda “kita sama- sama capek! Bukan kamu aja kali!” ucap Resti ketus “hhh ...” geram Ayunda. “Zupleh! Yel- yel!” perintahku. Dia menuruti perkataanku. Dia memang selalu jinak kalau di suruh sama aku haha ..

Kami menyanyikan yel- yel. Namun, tak se ‘heboh’ tadi. Volume suara nya udah naik turun. “EDELWEISS MANA SUARANYAAAA!!??” teriakku dengan suara rendah, keras dan agak di serak-serakkin *ngertiengga?* aku berteriak se- kencang- kencagnya. Tak peduli sekelilingku. “ADA CYIIIINNN!!”teriak mereka tak kalah kencangnya dariku. “pengen baksoooo!!” celetuk Ayunda “Adanya juga yang jualan roti neng!” tiba- tiba saja abang tukang roti itu muncul. Entah dari mana asalnya. Kami hanya terkekeh lalu berjalan lagi.

“Pleeeeh ... lari dong!” protes Widia. Tumben aka, Zupleh juga jinak sama Widia. Kami segera berlari sambil mengangkat tongkat kami dan sambil berteriak ‘Hu Ha’layaknya orang Irian sana. Aku menoleh ke belakang. Aku tidak melihat Ayunda. “Pleh .. berhenti!” ujarku “kenapa?” tanya Zupleh “Ayunda ilang!” cerocos Windy “APAAA!?” teriak kami semua kecuali aku dan Windy. Kami segera memutar balik arah mencari Ayunda. Ternyata, makhluk ini sedang duduk di bawah pohon rindang sambil minum. “ekhem ..” aku berdehem. “hehe .. “ ujar Ayunda sambil cengengesan memamerkan gigi nya. “udah gak haus lagi kan?” tanya Zupleh  “udah .. sekarang kita jalan lagi kan?” tanya Ayunda watados. “iya, ayo!” ajakku. Kami langsung lari lagi. Tak memperpanjang masalahnya. Karena, kaau di perpanjang, kayak kartu aja kalo udah abis masa aktif nya.

Sesampainya di Pos Empat, kami segera di suguhi teteh- teteh yang galak. Zupleh segera melapor kepada teteh- teteh itu. “Siapkan dulu Regu nya!” perintah teteh- teteh itu dengan suara aneh. Aku berusaha menahan tawa-ku, tapi, aku malah jadi batuk. Uhuk .. “Siapa itu yang batuk?” tanya teteh-  teteh itu dengan tidak santai. “aku kak!” jawabku “kenapa batuk?” tanya teteh itu “waduh.. gimana nih? Gak mungkin banget aku harus jawab ‘lucu dneger suara teteh’ haduuh ...” ujarku dalam hati “kenapa diem aja?” tanya teteh itu “lagi mikir kak!” jawabku “mikir apaan?” tanya teteh itu. Haduuh ... ini teteh kepo nya selangit deh! “mikir kalo jadi juara, bakalan dapet piala atau enggak ya ..” jawabku santai “oohh ..”

Eitss ... kalian mikir aku boong yaa? Enggak lah! Jadi .. sebelum aku batuk itu, aku mikir dulu ... kalo kita juara, kita bakalan dapet piala atau enggak gitu .. karena, gak mungkin kan, seorang Pramuka berbohong? Sesuai dengan Dasa Dharma ke 10 ‘Suci dalam Fikiran, Perkataan, dan Perbuatan’ itu sama saja, kita harus jujur kawan J

“Balik Kanan Grak!” “Hadap Kanan Grak!” “Hadap Kiri Grak!” “Hadap serong kanan Grak!” perintah teteh itu terus- terusan. Teteh itu terus membolak balik kami layaknya ayam panggang.  “huft .. kapan beresnya sih nih! Di bolak- balik mulu!” gerutuku dalam hati. “sudah selesai!” ujar Teteh itu. Zupleh segera melapor kembali. Setelah Zupleh selesai melapor, kami segera berlari lagi.

Hati Regu Edelweiss begitu lega. Tinggal jalan, selesai deh! Finish!

“hei ..hei .. diem dulu, siapin dulu kek! Rapihin gitu barisannya!” protesku “argghh .. kamu dari tadi protes mulu! Yang pinru itu aku! Ck!” omel Zupleh. Aku segera diam seribu bahasa.  Zupleh lalu menyiapkan Regu kami yang rada- rada ini.

Sebelum sampai di gerbang Al-Barokah, kami sudah teriak- teriak menyanyikan yel- yel kami. Saat sampai di gerbang, para penonton alay alias kakak panitia dan pembina menyoraki kami sambil bertepuk tangan heboh. Seperti bertemu dengan artis papan terbalik aja..

Pendukung dari sekolahku, yaitu guru- guru ku yang heboh juga ikut berteriak- teriak dan bertepuk tangan. “EDELWEISS .. EDELWEISS GO! GO! GO!” teriak guru- guru kami terutama Pak Nana memberi semangat kepada kami. Kami hanya tersenyum selebar jembatan Suramadu (?)

Saat memasuki area lapangan, terpuk tangan dan teriakan semakin ricuh tak terkendali. Di tengah lapangan, kami bersiap membentuk farmasi. Walaupun kulit kami di tempeli tanah, di bakar Matahari, kami tetap menyanyikan yel- yel dengan penuh semangat empat lima.

Selesai dengan menyanyikan yel- yel sambil bergerak kesana kemari, akhirnya saat yang paling di nanti-pun  tiba. Yaitu .. ISTIRAHAT!! Yeaaah!

Kami memasuki kelas yang dingin, sejuk. Serasa memakai AC. Kami segera membanting tubuh ke lantai yang keras itu. “kaki nya ke atasin aja.. biar enggak pegel” ujar Pak Nana. Gubrak .. aku menjatuhkan diri ke lantai kelas ini. Seperti orang yang pingsan di film- film gitu. Lalu, kami menaikkan kaki ke atas kursi yang tersedia. Aku menatap langit- langit kelas, lalu memejamkan mata ku.

“Bu, Pak .. gimana kalau kita enggak juara?” tanyaku “kalaupun kalian enggak juara, setidaknya, kalian udah ber-usaha..” jawab Bu Heni. Aku hanya tersenyum simpul lalu kembali menatap langit- langit kelas itu yang sudah sedikit keropos. Mengingat jawaban dari Bu Heni barusan, aku jadi teringat Caca, Nisa, dan Rere. Terutama dengan Caca. Aku teringat nasihat yang aku berikan kepada Caca saat dia lomba Dance. Tiba- tiba saja aku jadi kangen banget sama Trio Macan itu. Gaya nya, logat bicaranya, semua nya.

“Woii!!” teriak Windy membuyarkan lamunanku. “hish .. ngagetin aja kamu!” ujarku ketus “haha .. habis .. siapa suruh kamu ngelamun!” ledek Windy “aku sendiri sih..” jawabku “emangnya kamu mikirin siapa sih? Hayooo ..” goda Windy. Hiih .. dasar wanita penggoda teman haha .. “mikirin si Trio Macan..” jawabku “Trio Macan? Kamu suka dangdut?” tanya Windy heboh “hissh ... bukan Trio Macan itu! Maksud aku Caca, Nisa sama Rere” jawabku “ooh .. kirain Trio Macan yang ada di kandang! Haha..” tawa Windy “sembarangan aja kamu!” ujarku sambil mencubit pipi chubby Windy,

Aku melihat sekeliling kelas. Tidak ada manusia-manusia yang tadi histeris meneriaki kami. “keluar yuk?” ajakku kepada satu manusia yang ada di sampingku ini, Windy “yuk!” jawabnya. Ternyata kawan! Para Makhluk yang tadi menyoraki kami dengan histeris sedang berada di luar. “kirain dimana!” ucapku sambil duduk lesehan di belakang kerumunan.

Kini, giliran aku dan kawan- kawan ku yang menjadi penonton alay dan yang akan teriak- teriak histeris menyemangati Regu Rajawali. “RAJAWALI .. ASEK .. ASEK .. OYYY!” teriak kami, supporter dari MIN Sampora. Namun nihil. Regu yang di pimpin Bhias itu cuek- cuek aja, haftt ...

Para Kakak panitia yang sudah berumur hanya bisa terkekeh melihat ke ‘Alay’-an kami. Selesai dengan tugas kami, kami segera duduk lagi ke tempat semula. Eh .. ralat .. kita enggak jadi duduk.. kita ngeliat dulu Regu Rajawali. “iih ... apa kamu mah di kasih yang ginian ning ..” ucapku sambil mencomot wafer yang di bawa Regu Playboy itu. “iya, kan di kasih sama teteh cantik itu!” jawab Bhias sambil menunjuk teteh- teteh yang sedang duduk manis di pinggir kantin. “huh! Dasar cowo mata jelalatan! Tiap liat orang cantik aja, mata nya jadi berubah, warna merah!” oceh Windy “serem dong!” celetukku “iya, kayak setan! Haha ..” jawabnya sambil tertawa.

Saat- saat yang paling di tunggu- tunggu namun paling menegangkan telah tiba. Pengumuman pemenang!! Regu Edelweiss telah duduk melingkar sambil berpegangan tangan. aku memegang tangan Widia dan Windy. Tangan Widia begitu dingin dan basah seperti air es! Tangan Windy? Tangannya juga dingin.

“menurut kalian, kita bakalan juara berapa?” tanyaku “juara satu gak mungkin, palingan sampai juara dua!” jawab Ayunda. Sebenarnya, aku juga berpendapat sama seperti Ayunda.

Kini, waktunya pengumuman untuk juara lomba lintas alam. Semua segera keluar kandang (?) keluar kelas maksudnya hehe ...  semua segera keluar kelas, termasuk guru, pembina, dan juga panitia.

Kakak Pembina berdiri di tengah- tengah panggung sambil membawa- bawa microfon “baiklah .. siap semua?” tanya Kakak Pembina “sudaaah!” jawab kami semua serempak. Dengan wajah tegang tentunya. “oke .. siap ya .. ekhem ..” ujar Kakak Pembina sambil membenarkan posisi berdirinya. “juara ke tiga, di raih oleh ..” ucap Kakak Pembina bikin penasaran. “oleh ....” sekali lagi Pembina ini bikin penasaran. “oleh- oleh Sukabumi! Mochi!” celetuk salah seorang panitia memecah ketegangan “haha ..” tawa sempat meluncur. Namun, suasana menjadi tegang kembali. “oleh peserta nomor urut 009!” ujar Kakak Pembina itu spontan. Regu Edelweiss semakin tegang. “juara ke dua, di raih oleh ..” ucap Kakak Pembina. Hadeeeeh ... pembina ini sungguh membikin aku, kamu, kita, dan mereka penasaran. “oleh ... oleh ...” sungguh, Kakak Pembina ini bikin greget aja. “oleh karena itu ...  pemenangnya nomor urut 002!” seru Kakak Pembina itu.

Aku menatap semua anggota Regu Edelweiss. Wajah mereka begitu tegang. Keringat bercucuran di kening, dan tangan mereka. “apapun yang terjadi, kalah atau menang, yang penting kita udah berusaha!” ucapku meyakinkan mereka, bahwa kita pasti menang. Senyum di bibir mereka mulai mengembang. Jujur saja, sebenarnya aku juga deg-deg-an banget. Tangan aku juga dingin. “dan .. juara pertama .. di raih oleh ..” suara Kakak Pembina begitu keterlaluan, bikin penasaran banget.Detak jantungku mulai tidak terkendali. Tangan ku dan teman- temanku mulai membeku karena terlalu dingin. Aku melihat hidung Ayunda, kembang kempis. Mungkin saking tegangnya, sampai tidak bisa mengatur napas. “di raih oleh ... peserta nomor 005!” ujar Kakak Pembina spontan. Regu Edelweiss melihat nomor yang tertera di dada Zupleh. Daaan ... 005! Regu kami juara pertama!! Spontan kami langsung berteriak senang. Zupleh segera berlari ke panggung. Tapi .. “SELAMAT UNTUK REGU EDELWEISS YANG NGE-HITZZ PAKE BE-GE-TE” teriak semua Kakak pembina dan Kakak Panitia kompak. Kami langsung tertawa.

Aku melihat Bu Heni. Terlihat, beliau mengeluarkan butiran kristal- kristal putih dari matanya. Kami, Regu Edelweiss segera menghampiri beliau. “Ibu kenapa nangis?” tanyaku “hah? Eng .. ibu .. ibu nangis bahagia .. makasih ya, kalian udah jadi juara! Juara satu lagi!” ujar Bu Heni sambil memeluk kami semua. Kami pun membalas pelukan Bu Heni.

“aku bener- bener gak nyangka kita bakalan jadi juara satu!” ujar Windy “kalo aku setengah percaya setengah engga ..” tambahku “loh kenapa?” tanya Zupleh “soalnya, ada Regu Melati .. mereka kan, tampilnya pake tenaga banget!” jawabku “iya juga sih ..” ujar Windy sambil mengangguk- angukkan kepalanya. “angkotnya mana angkotnyaaa!?” teriak Ayunda “nanti dulu atuh Yunda .. Pak Nana lagi nyari angkot dulu!” ujar Resti “haft .. pegel tauuu! Dari tadi berdiri sama jalan mulu!” oceh Ayunda. Hemmm ... aneh deh sama kelakuan nih anak satu! Dari tadi, pas berangkat, sampe sekarang mau pulang, kerjaan nya marah- maraah mulu.

Ujian Nasional

“Haaaaah!?” teriak kami kaget. Gimana enggak kaget coba, Ujian Nasional tinggal satu bulan lagi! “waaduh .. gimana dong? Bakalan penuh nih otak sama rumus- rumus yang rumit itu!” teriak Caca  heboh “selama sebulan, kayaknya aku gak bakalan bisa main sama kalian deh!” ujar Nisa “iya .. sama .. harus full ngafalin!” tambah Rere “hemm .. gak usah di bikin pusing juga kali! Bawa santai aja ... lagian, kalo di sekaligusin it, menurut aku gak bakalan masuk juga .. maksudnya .. kalian juga bakalan pusing sendiri .. dikit- dikit aja ..” ucapku sok bijak.

“iya juga sih ya .. kamu ngomong dari kemarin sok bijak mulu deh ah!” protes Rere “biasa .. Cucu Mario Teguh haha ..” tawa Caca. Kami semua pun tertawa. “apa mungkin, nanti aku bisa ketawa bareng lagi sama mereka? Aku gak mau kehilangan sahabat yang paling deket dan yang paling aku sayangi ini Ya Allah ...” Bisikku dalam hati.

KRIING .. KRIING .. KRIING .. bel tanda istirahat berbunyi. Semua murid segera berhamburan keluar kelas. Aku, dan Trio Macan segera ke kantin. Kini, aku tidak memisahkan diri lagi. Karena, aku tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Dan aku sadar, ini semua juga bukan salah Trio Macan itu. Ini juga salah aku. Kenapa aku harus memisahkan diri dari mereka? Harusnya aku juga ajak mereka gabung sama adik kelas dan temen- temen aku yang lain.

“hai semuanya..” sapa ku kepada para makhluk yang sudah menungguku duduk manis di meja panjang. “hai juga ..” jawab mereka “yes! Ada temen baru! Kakak kelas lagi!” cerocos Zalfa, alias Ncun nya kami. “iya nih .. hei !! kalian juga bawa temen baru?” tanya ku girang “iya nih .. Aku Tiara..” ucapnya yang ternyata bernama Tiara “haaai ..” ucapku sambil menyalaminya. Dia membalasnya. “gak di suruh duduk nih?” celetuk Caca “eh iya lupa .. ayo duduk!” ujar Ayunda yang sedari tadi sudah ada di situ. “waduuh .. lupa mesen makan!” ucapku sambil menepuk jidatku “eh iya upa! Kayak nenek- nenek aja kamu Ra! Pikun!” celoteh Rere “ya udah, anter psen makan yuk?” ajakku kepada Rere “ayok!” jawabnya.

Aku memesan batagor, Madu Stick, dan Teh Poci si Mas. Mas Jarwo ini berasal dari Jawa. Mas Jarwo itu kreatif banget kalo soal makanan buat para murid di sekolah kami. Dari mulai; Bakpau, Jelly, Martabak telor mini, es susu, mainan, dan sekarang, lagi jualan Teh Poci! Aku hobby banget ngemut Madurasa Stick. Sampai- sampai, Habib, si Mr. Bean kelas 6Campur- Campur menjuluki aku dengan sebutan ‘Rara The Pooh’ haha ..

Aku segera kembali ke meja sambil membawa makanan yang aku pesan tadi. “tumben gak beli Madu? Abis?”tanya Windy “beli, nih ada di saku!” jawabku sambil duduk “ckck ..” ujar Windy sambi menggeleng- gelengkan kepalanya. “asiik .. Ayunda akhirnya makan baso juga!”celetukku kepada Ayunda “hehe .. iya nih .. akhirnya kesampaian juga haha!” tawa nya sambi menyeruput air baso. Aku hanya tersenyum simpul.

“kalian jangan dulu pulang! Ada les tambahan sampai jam tiga!” ucap Bu Erni ketika sampai di kelas. Kami hanya bisa pasrah. Habisnya, kalau kita enggak menurutinya, bisa- bisa kita enggak lulus nanti!

Sekarang jam 12 siang. Kami segera mengambil air wudhu untuk menunaikan Shalat Dzuhur terlebih dahulu. Setelah shalat, kami membaca Alqur’an sedikitnya 1 halaman. Setelah itu, kami belajar kembali.

Pukul 2 siang, baru lah kami belajar kembali. “Assalamu’alaikum..” salam Bu Dwi sambil masuk ke kelas. “waalaikum’salam ..” jawab kami semua serempak. “sekarang bimbel nya pelajaran apa?” tanya Bu Dwi. “Bahasa Arab!” jawab kami semua serempak. “oke, mulai ya!”

Kami segera memulai Bimbel ini dengan pelajaran pertama yaitu Bahasa Arab. Kami memperhatikan Bu Dwi menjelaskan dengan seksama. Lama- lama, jenuh juga. Gak ada permainan, atau hiburan untuk memberikan sedikit spirit kepada kami, sudah bisa di bayangkan kan? Membosankan. Angin sepoi- sepoi masuk ke celah- celah jendela. Membuat kami sangaaat sangaaaat mengantuk. Aku melihat wajah para makhluk yang ada di kelas ku, kecuali Bu Dwi. Terlihat sekali, mata mereka melem melek memperhatikan Bu Dwi menjelaskan. sepertinya angin sepoi-sepoi dengan suasana hening ini membuat kami tidak bisa menahan kantuk berat kami. Sesekali aku memejamkan mataku, lalu membukanya kembali sambil mengucek- nguceknya.“aarrghh .. Rara! Jangan ngantuk Ra! Ayo bangun! Ayoooo!!” geramku dalam hati. Aku mencoba membuka mataku yang makin lama makin berat. “huffft ..” aku menghembuskan nafas pelan. Setidaknya ini bisa menunda kantuk ku yang parah sekali. Aku melihat Rere dan Nisa di belakangku. Terlihat, mata mereka tertutup, mungkin karena kantuk yang tidak bisa di hindari lagi.

Aku kembali fokus memperhatikan ke depan. Entah apa yang Bu Dwi sedang jelaskan, karena tiba- tiba saja, angin sepoi-sepoi itu datang kembali dan membuat konsentrasi ku buyar. Aku mulai mengantuk. Aku mencoba menghindari rasa kantuk yang kronis itu. Tapi, itu terlalu sulit. Akhirnya aku meminta izin untuk ke air sebentar. “Ca .. anter ke air yuk? Mau cuci muka nih! Ngantuk banget!” bisikku kepada Caca “hah? Ayo .. aku juga mau cuci muka nih! Ngantuk banget!” jawab Caca setengah berbisik kepadaku. “Maaf Bu, kita mau izin dulu ke air boleh?” ucap Caca sopan “boleh ..” jawab Bu Dwi sambil tersenyum. Kami segera keluar untuk memcuci muka. “aaaah ... seger nih! Kalo gini mah, gak bakalan ngantuk lagi!” ucap Caca sambil merentangkan tanannya “iya, di jamin deh!” ucapku. Kami berdua segera kembali ke kelas.

“Assalamu’alaikum!” ucapku sambil mengetuk pintu “wa’alaikum salam! Silahkan masuk!” jawab Bu Dwi sambil mempersilahkan kami masuk. Kami segera masuk kelas. “Bu mau ke air!” “Bu aku juga!” “Bu aku juga mau!” teriakkan ricuh anak laki- laki yang tak tahan kantuknya itu. Bu Dwi menghela nafas. “ya udah, semuanya boleh cuci muka! Dari pada ngantuk di sini mending cuci muka dulu sana!” perintah Bu Dwi. Kami semua, kecuali aku dan Caca keluar kelas untuk mencuci muka. “hmm .. dasar anak- anak!” ujar Bu Dwi sambil duduk. Aku dan Caca yang mendengar itu hanya terkekeh. “emang tadi kalian ngantuk banget ya?” tanya Bu Dwi kepadaku “iya bu! Apalagi di tambah angin sepoi- sepoi dan suasana hening bu!” jawabku “haha .. iya sih, Ibu juga tadi ngerasa ngantuk sedikit ..” jawab Bu Dwi. Setelah para makhluk itu cuci muka, pelajaran di lanjut kembali.

Hari demi hari kami lewati bersama. Tak terasa, besok Ujian Nasional. Kami semua, kelas satu sampai kelas enam segera di kumpulkan di lapangan.

“Apa kabar semuanyaaaa??” teriak Bu Erni di tengah lapangan “Alhamdulillah! Luar biasa! Allahuakbar!” jawab kami semua serempak “baiklah .. ibu enggak mau buang- buang waktu lama lagi .. karena kasian kakak kelas kalian.. Ibu cuman mau menyampaikan, bahwa kelas satu sampai dengan kelas lima, libur .. selama satu minggu ..” jelas Bu Erni “yeeee!! Horeee!” teriakan ricuh heboh senang dari kelas satu sampai dengan kelas lima terdengar jelas di telingaku. Tapi tidak dengan kelas enam. Wajah kami kusam. Cemberut. Pusing, takut. Segala macem lah pokoknya. Karena apa? Besok kita Ujian Nasinal! “udaaah ... sekarang, Ibu minta do’a nya dari kalian untuk kakak- kakak kelas kalian yang besok akan menghadapi Ujian Nasional .. kalian mau enggak do’ain kakak kelas kalian?” tanya Bu Erni “mauuuu !!” jawab mereka “ya sudah .. makasih .. sekarang, kita mulai do’ nya .. mulai!” ucap Bu Erni. Tidak hanya kelas satu sampai kelas lima aja yang berdo’a. Kami kelas enam, guru- guru juga abah Dedy ikut ber do’a untuk kelancaran UN kami.

Setelah selesai berdo’a, kami semua segera pulang ke rumah masing- masing untuk beristirahat. Terutama, untuk kelas enam. Karena besok, kami akan melaksanakan UN.

“Bismillahirrahmanirrahiim ...” ucapku di dalam kamar saat sedang bercermin. “semoga lancar dan di beri kemudahan ... amin ..” ucapku lagi sambil keluar kamar.

Setelah makan, aku minum. Setelah minum, aku memakai kaus kaki. Setelah memakai kaus kaki, aku pake sepatunya. Udah gitu, aku ngambiltas aku, terus aku berangkat ke sekolah. Eittss ... tak lupa, aku salam dulu sama Ayah, Ibu dan nenek aku. Dan aku juga meminta do’a mereka, agar di berikan kemudahan dan kelancaran .

Akhirnya sampai juga di rumah kedua aku. Terlihat, Trio Macan, Windy, Ayunda, Bella dan teman- teman lainnya sudah berada di kelas. “haaai .. selamat pagi Rania Agustina Salsabielaaa!” teriak Trio Macan, Windy dan Ayunda ketika aku baru sampai di ambang pintu. “selamaaat pagi jugaa ...” balasku sambil tersenyum dan segera menempati tempat duduk yang telah menungguku dari setadi malem. Aku melihat bangku teman belakangku. Tertera nama ‘ASDI’ “apaa!? Belakang yang duduk dia? Si penyanyi rada- rada itu?” gerutuku dalam hati.

“kenapa Ra?” tanya Windy “gak sanggup ..” jawabku “gak sanggup kenapa?” tanya Windy lagi “di belakang aku yang duduk orang rada- rada ..” jawabku “hahaha ..” tawa Windy “ngetawain lagi huhhh!” ucapku ketus “hehe .. biasa aja kali .. emangnya, dia bakalan gigit kamu apa?” tanya Windy ‘lagi’ sambil bercanda “ya .. siapa tau dia belum makan ..” jawabku “emang kamu mau di makan sama dia?” tanya Windy lagi, dan lagi “engga juga sih, hehe ..” jawabku sambil cengengesan “ya makanya! Dari pada di sini, jajan dulu yuk? Masih ada waktu setengah jam lagi!” ajak Windy “ayo!” jawabku.

“jajan apa?” tanya ku kepada Windy “kalo kamu?” Windy balik bertanya “Madu dong ... kamu?” aku malah bertanya lagi “samain aja deh ..” jawab Windy. Kami berdua membeli madu rasa Anggur, Jeruk, dan Strowberry. Setelah selesai shopping kecil- kecilan di kantin, kami kembali ke kelas.

Di kelas kami mengobrol sebentar. Mau tau kita ngobrol apa? Kepo deh hehe ...

“nanti kamu mau ke SMP mana?” tanya Hasna kepada Windy “gak tau .. belum mikrin itu ..” jawab Windy enteng “sibuk ya?” tanya ku “iya..” jawab Windy “sibuk apa?” tanya Fani “sibuk mikirin tagihaaaan!!” celetuk Ayunda tiba- tiba “Apaaa!? Kamu ngutaaangg??” teriakku heboh “iya!! Aku enggak bisa beli penghapus! Makanya aku ngutang ke warung nya Bi Ijaaah!” jawab Windy tak kalah hebohnya “kasiaaan ..” ucapku dengan wajah aneh.

Obrolan ini terhenti, karena bel tanda masuk telah berdering. Semua segera masuk. Setlah manusia itu duduk aku segera berbicara padanya. “awas loh jangan nyanyi! Di sini banyak hantu nya! Apa lagi kamu di pojokan banget!” ucapku sedikit menakut- nakutinya. Asdi brigidik ketakutan. “haha .. di gituin aja takut! Padahal, di kelas ini enggak ada apa- apa nya haha!” tawaku dalam hati. “i .. iya deh ..” jawab Asdi gelagapan.

Bu Guru dan Pak Guru yang di tuas kan untuk mengawas di kelas kami telah datang dan duduk manis di depan. Ehh .. di kursi maksudnya. “sudah berdo’a?” tanya Pak Guru “beluuum ..” jawab kami semua serempak “yasudah, berdo’a dulu ..”ujar Pak Guru. Kami segera berdo’a.

Setelah selesai berdo’a, Pak Guru dan Bu Guru membagikan kertas LJK, kertas soal, dan juga absen. “Bismillahirrahmanirrahiim..” ucapku ketika akan mengerjakan soal ini.

Waktu untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. Kira- kira hanya dalam waktu 30 menit, semua siswa yang berada di dalam ruangang itu sudah selesai mengerjakan soalnya. “sudah selesai?” tanya Pak Guru “sudaaah...” jawab kami serempak “masaa? Periksa lagi aah! “udah Pak! Udah di periksa Pak!” ucap kami semua “periksa lagi!” ucap Pak Guru dan Bu Guru lagi.

Kami semua segera memeriksa kembali. Walaupun hanya melihatnya dengan sekilas. “suusis .. owowoww suuusis ..” Asdi, manusia rada- rada itu mulai beraksi. “ishh .. berisik!” bisikku kepada Asdi. Tapi, sepertinya manusia itu tidak mendengar perkataanku. “kau bidadari .. jatuh dari surga .. di hadapankuuuu .. eaaaa” Asdi kini menyanyi lagi. Tapi.. ya .. lumayanlah .. selain itu lagu favorite ku, suara nya sekarang mulai membaik. “kemanaa.. kemana .. kemanaaaaa ...” kini Asdi menyanyi lagi dengan suara cempreng nya “gak tau! Diem kek! Berisik banget!” ucapku sedikit menaikkaan okal ku “yeeeh .. biarin dong! Masalah buat kamu? Wlee ..” ledek Asdi sambil menjulurkan lidahnya “masalah banget!” jawabku “oya? Apa masalahnya?” tanya Asdi. Pertanyaan yang menjengkelkan! “masalahnya .. aku gak mau denger kamu nyanyi! Berisik! Ntar ada yang marah loh!” jawabku “marah? Siapa yang marah? Palingan juga kamu!” ucap Asdi. Hiiih .. manusia ini membuat .. arrgh “kan tadi udah di bilangin! Di sini ada yang gituan!” satu jurus dari mulutku ku keluarkan untuk menakut- nakuti manusia ini. Seketika, manusia ini diam seribu bahasa. Aku membalikkan badannku yang tadi berhadapan dengan manusia itu. Aku hanya cekikikan melihat dia yang takut hantu.

Hari demi hari kami tempuh bersama.

PERPISAHAN

“kita mau nampilin apa?” tanya Bu Erni “nyanyi, atau kolaborasi apa lah gitu bu .. gimana?” usulku “hmm ..” gumam Bu Erni “boleh juga tuh, Bu!” ujar Pak Nana “ya .. boleh juga .. unik ..” ujar Bu Erni “tapi, nyanyi apa? Kolaborasi apa?” tanya Rani “nyanyi .. emm .. apa ya?” ucapku malah bingung sendiri “nyanyi yang tentang perpisaha gitu aja Buu!” celetuk Asdi “hsshh .. manusia ini!! Ya pasti lah, lagu tentang perpisahan!” gerutuku dalam hati “ya iya laaaaaah lagu tentang perpisahan!! Tapi lagu nya lagu apaa!! Gitu maksudnya Asdeeeh!!” teriak Dahlia, cewek emosional tapi lucu dan kocak. “hehe ..” Asdi cuman bisa nyengir.

“lagu apa atuh Bu?” tanya ku lagi “iya lagu apa atuh ya?” Bu Erni malah balik bertanya “kalo gak ada lagi, mentok nya di lagu Stinky aja Bu ya? hehe ..” ujarku “bisa jadi .. bisa jadi!” gumam Bu Erni.

Akhirnya setelah beberapa hari, beberapa minggu, tapi engga beberapa bulan, kami menemukan lagu nya. Yaitu lagu Peterpan dengan judul lagu ‘Mungkin Bila Nanti’. Untuk laki- laki menyanyikan lagu ‘Terimakasih Guruku’ dan untuk perempuan menyanyi ‘Bunda’ dari Erie Susan. Tapi, bukan lagu dangdut loh ya! nanti pas nyanyi malah jadi dangdutan deh! Hahaha ..

“kalo lagu yang ceria lainnya gitu?” tanya Bu Erni kepada Pak Nana “maksudnya Bu?” tanya Pak Nana tak mengerti “iya .. kan kalo tadi, nyanyi nya yang selow, mellow gitu .. kalo sekarang mah, nyanyi nya yang agak rame .. tapi yang agak ceria gitu ..” jelas Bu Erni. Pak Nana mengangguk- angguk mengerti *kalian ngerti enggak?

“Raraaaa!” teriak Pak Nana kencang sekali “iya Pak?” tanya ku “punya ide gak?” tanya Pak Nana “ide apa?” tanya ku “ide .. Bu Erni pengen lagu yang lain .. yang ceria- ceria gitu ..” ucap Pak Nana. Aku memutar bola mataku, bermaksud ingin berfikir sejenak “lagu yang pernah di nyanyiin di Idola Cilik mungkin? Yang .. persahabatan .. bagai kepompong ..” jelasku sambil bernyanyi “oiya .. bagus juga! Ada yang lain?” tanya Pak Nana lagi “Coboy Junior mungkin ..” ucapku “boleh .. yang mana?” tanya Pak Nana lagi “terhebat aja!” usul Windy “iya!” seru ku “oke .. oke ..” ujar Pak Nana sambil mengangguk- angguk “anggota nya siapa aja nih Pak?” tanya ku “kamu, Windy, Ayunda, Salma, Widia .. sama .. Pini aja!” ujar Pak Nana “oiya .. gerakannya dari Bapakkan?” tanya Ayunda “sendiri laaaaaah!” ujar Pak Nana spontan “yaaaah ..” keluh kami sambil memanyunkan bibir kami “haha .. Ya udah, Bapak gak mau tau ya! pas perpisahan harus udah bisa! Harus udah lancar!” ujar Pak Nana “iyaaaaaaaa!!” jawab kami dengan panjaaang.

“nah terus gimana gerakannya?” tanya ku sesaat setelah Pak Nana keluar dari ruangan “gak tau deh ..” jawab mereka “bikin bareng- bareng aja lah ..” ujar Salma “yaiyalah bikin bareng- bareng .. masa sendiri- sendiri” gerutuku dalam hati “terserah ..” mereka malah menjawab gitu. “ayo dong! Keputusannya gimana?” tanyaku lagi “gak tau atuh ..” jawab mereka dengan entengnya. Aku menghela nafas panjang. Mereka kebiasan deh kalo di tanya tentang pendapat, pasti jawabnya ‘gak tau’ atau ‘terserah’ huftt ..

Aku memutuskan untuk keluar aja, dari pada adadi dalem bikin suasana sumpek aja. Aku pergi ke kantin dan membeli Teh Poci. “beli satu mas! Rasa susu!” ujarku sambil manyun. Si Mas hanya tersenyum saja. “kenapa toh neng, kok cemberut gitu?” tanya si Mas dengan ramah sambil tersenyum “itu tuh, temen- temen kalo di tanya tentang pendapat, pasti jawabnya, gak tau atuh, terserah .. kan aku kesel maas!” ujarku “ooh .. sabar aja neng, ngadepin temen- temen mah .. mereka nya masih bingung meren ..” kata si Mas sambil memberikan es teh poci yang aku pesen “makasih Mas!” ujarku sambil tersenyum “nah .. itu dong! Senyum .. kan jadi tambah cantik .. hehe ..” ujar si Mas “hehe ...” ujarku sambil pergi duduk “neng! Belum di bayar tuh!” ujar si Mas sebelum aku duduk “eh iya lupa! Maaf ya Mas .. hehe .. nih ..” ujarku menepuk jidat ku sambil menyerahkan uangnya “hehe .. iya enggak apa- apa kok! Makasih ya!” ujar si Mas.

Tak terasa, waktu untuk menuju perpisahan tinggal lima hari lagi. Sedangkan, kelompok aku belum bisa apa- apa. “ayo dong! Gimana gerakannya? Group meteor udah pada lancar!” ucapku “gak tau ..” jawab mereka “kok gak tau?” tanya ku “belum ada gerakannya ..” jawab mereka seenaknya “kok gak ada gerakannya?” tanyaku lagi “gak tau ..” jawab mereka enteng “itu karena kalian enggak latihan!” ujarku dengan nada sedikit tinggi. Tapi, perkataan aku tidak di respon oleh mereka. “gak ada kemauan! Dasar!” gerutuku. Mungkin terdengar oleh mereka. “kok kamu jadi marah- marag sih?” tanya mereka dengan nada tinggi “siapa yang marah- marah?” aku balik bertanya “barusan?” ujar mereka “oh .. barusan .. enggak marah- marah kok .. cuman ngomong apa adanya aja ..” ujarku jahil “yaudah! Ayo sekarang latihan! Latihan!” ujar Ayunda malah jadi marah- marah. Kita semua berdiri. Tapi enggak tau gimana gerakannya. “hayoooh .. gimana gerakannya?” tanyaku seperti menyindir. Mereka hanya diam. Aku yang sering melihat Video Coboy Junior atau yang sekarang ganti nama menjadi CJR segera mempraktekan gerakannya. Mereka cuman bisa cengo. “kenapa ngeliatin aja? Ikutin dong!” ucapku. Mereka mengikuti gerakanku. Walau aku melihat wajah mereka di tekuk. Aku hanya tersenyum saja.

Satu hari, dua hari, tiga hari .. jadi .. dua hari lagi kita perpisahan!!

Tapi, Group aku belum juga hafal. Jadi, hari ini, kita mau latihan ekstra. “Salma nya mana?” tanyaku ketika baru sampai di sekolah “belum dateng!” jawab Windy sambil memainkan Handphone nya “terus kita mau latihan gimana?” tanyaku lagi “coba telfon dulu Salma nya ..” usul Widia “tumben nih, enggak jawab enteng ..” ujarku di dalam hati. Mereka menelpon Salma.

Widia; Assalamu’alaikum

Salma; Waalaikum’salam .. apa Wid?

Widia; kamu di mana?

Salma; di jalan, macet

Widia; emang kamu baru nyampe mana?

Salma; di .. gak tau lah .. pokoknya sebentar lagi nyampe! Tungguin aja!

Widia; oke sip .. udah dulu ya! Assalamu’alaikum

Salma; oke .. Waalaikum’salam

“masih di jalan .. macet .. sebentar lagi nyampe kok!” ujar Widia sesaat setelah menelpon Salma. Kami hanya mengangguk- angguk. “latihan dulu aja sebentar tanpa Salma ..” usulku “iya tuh! Ayo!” ujar Ayunda.

Kami segera masuk kelas dan menyalakan musik nya. Lalu, kami membentuk farmasi. Farmasi depan adalah Pini dan Salma. Yang ke dua adalah Aku dan Ayunda. Dan yang terakhir adalah Widia dan Windy. Setelah semua terasa sudah siap, kami segera memainkan musik dan beraksi.

Brak .. Bruk .. Grubuk .. Braaaaak ..

Kalian tau itu suara apa? Itu suara kuda lari! Eh salah .. itu tadi .. Salma lari – latrian, terus ngebukain pintu dengan keras. Makanya jadi gitu deh ..

“udahlah .. kita latihan aja sekarang ..” ujarku. Kami semua segera latihan.

Baru beberapa menit latihan, Salma udah pengen keluar aja. “ih .. aku keluar dulu ya” ujar Salma sambil mencoba membuka pintu “eits .. gak boleh! Tadi kamu kesiangan, terus sekarang, pengen keluar duluan.. gak boleh!” ujar Ayunda. Salma hanya mendengus kesal. Biarin lah, dia mau gimana juga. Asalkan, latihannya harus bener.

“Paaaak!!” teriakku dari kejauhan “apa?” tanya Pak Nana “nanti, pengen nyanyi sendiri ya pak, hehe ..” ujarku “nyanui? Nyanyi apa?” tanya Pak Nana “nyanyi Terbaik ..” jawabku “oh .. ya .. boleh .. boleh ..” ujar Pak Nana “yess!” seru ku “ya udah, Bapak kesana dulu ya!” ujar Pak Nana lalu pergi.

Hari yang di nanti- pun telah tiba. Dari setengah tujuh, aku udah stay di sana. Bahkan, teman- teman ku ada yang dari jam enam, ada juga jam setengah enam.

“hai!” sapa ku kepada teman- temanku. Mereka membalas sapaanku. “masuk yuk?” ajakku “ayo!” jawab mereka. Kami segera masuk dan duduk di bangku yang telah tersedia.

Acara di mulai. Setelah semua acara selesai, kini guliran sang pengantin duduk di pelaminan. Bukan nikah beneran loh ya! para pengantin boongan itu lalu sungkem kepada guru- guru. Suasana begitu hening. Hanya alunan musik yang terdengar dan curahan hati kami untuk bapak dan ibu guru.

Sekarang, giliran menyanyi: “ Mungkin Nanti “ ;

Saat nya tuk berkata ..

Mungkin yang terakhir kalinya ..

Sudahlah lepaskan semua..

Ku yakin inilah waktunya

Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi..

Mungkin saja rasa itu telah pergi

Dan mungkin bila nanti

Kita kan bertemu lagi

Satu pintaku jangan

Kau coba tanyakan kembali

Rasa yang ku tinggal mati

Seperti hari kemarin

Saat semua di sini

 

Setelah selesai menyanyi Mungkin Nanti, sekarang, kita akan menyanyikan lagu Bunda yang di populerkan oleh Erie Susan. Tapi, bukan Versi dangdut yaa.

Lalu, kami menyanyikan lagu Terimakasih Guruku. Dan ada lagi, Alda. Adik kelas ku yang lucu ini menyanyikan lagu Sherina- Andai Aku Besar Nanti.

Kini, giliran aku menyanyikan lagu Terbaik- Iqbaal Diafakhri Ramadhan

*#SongsForSoniQ

Walau aku jauh darimu

Bukan berarti ku tak memikirkan dirimu

Walau aku ada di sini

Bukan berarti tak menyimpanmu dalam hati

Aku rindu dirimu

Terbaik ..

Ku lakukan yang terbaik

Untukmu...

Semua sahabatku

Dengarkan laguku .. lagu ini untuk kamu

Hanya untukmu .. hanya untukmu ..

 

Di iringi gitar, aku menyanyikan alunan lagu itu dengan perasaan. Menghayati setiap kata dari lagu itu. Sehingga membuat air mata ku menetes. Tak terasa, enam tahun sudah, aku dan teman- teman ku jalani bersama. Melewati semua suka, duka, canda, tawa, menangis dan bahagia bersama. Tapi kini, di sebuah aula besar ini, semua kenangan itu harus terhenti, hanya dengan satu hari. Tapi, ribuan hari telah kami lewati bersama.

Tepuk tangan yang riuh mengakhiri alunan lagu ku. Aku segera turun dari panggung dengan wajah di basahi deraian air mata. Aku melihat semua teman- temanku. Mereka juga ternyata menangis. Aku tetap berjalan lurus tegak walaupun air mataku selalu saja menghujani pipiku. Aku segera duduk di bangku ku lagi.

Sekarang, waktunya pengumuman siswa berpresasi. Ini membuatku tegang. Apakah aku akan masuk Tiga Besar lagi? Atau aku bakalan anjlok kayak waktu kelas Tiga dulu?

“Rania Agustina Salsabielaa!” ujar Pak Dindin. Aku segera ke panggung. Kirain aku, aku juara dua, ternyata, aku juara empat! Seketika, hatiku sedih. Pengeeeen banget aku teriak sambil nangis sepuasnya. Aku gak percaya, aku bakalan juara empat. Padahal, selama ini, aku selalu aktif tanya jawab. Nilai ulangan aku juga alhamdulillah. Tapi apa yang bisa bikin aku jadi juara empat gini? Aaaaaaaaaarrrhh ....

Selesai pembagian piagam, aku turun sambil berlari menuju kursi ibuku. Aku menatap ibuku dengan wajah berkaca- kaca. Hatiku sudah panas terbakar amarah. Namun, tatapan ibu yang sejuk, membuat hatiku tenang dan damai. “gak apa- apa, kamu kan udah belajar, berdo’a dan berusaha...” ujar Ibu dengan lembut. Aku hanya tersenyum sambil mengusap air mataku lalu pergi ke barisan belakang.

“udah .. jangan nangis..” ujar seseorang menepuk pundakku dari belakang. Sepertinya aku kenal dengan orang itu. Aku menoleh dan menatap seseorang itu. Dia adalah Fathya. Teman waktu kecilku. Aku tak menyangka dia akan datang di waktu perpisahanku ini. “Fathiaaa!?” teriakku tak percaya “iya, ini aku Fathia, kenapa?” jawabnya dengan mata berkaca- kaca “ini bener kamu Fathya?” ujarku lagi sambil memegang pundak nya “iya..” jawabnya sambil meneteskan butiran kristal- kristal bening dari matanya. Gadis berparas cantik, berhidung mancung, bibir tipis, tinggi, memakai kerudung instan dan putih bersih itu langsung memelukku. Aku membalas pelukannya. “Fathyaa .. kamu kemana aja? Aku kangen sama kamu .. tujuh tahun kita enggak ketemu Fathya ..” ujarku sambil memeluknya dengan erat. “aku ada kok ..” jawabnya “kamu jangan tinggalin aku lagi dong Fath ..” ujarku  “iya, aku janji gak bakalan ninggalin kamu lagi Ra ..” jawabnya. “janji?” ujarku melepaskan pelukannya dan mengacungkan jari kelingkingku “janji ...” ujar Fathya juga mengacungkan jari kelingking nya.

Lalu, aku dan Fathya duduk di bangku ku. Sambil duduk, aku dan Fathya bercerita tentang sekolah kita. “kamu jangan sedih ya, walaupun kamu gak masuk tiga besar, kamu harus tetep semangat buat hari yang baru kamu di SMP ya!” ujar Fathya sambil tersenyum tulus “iya, makasih ya Fath ..” ujarku “ini yang aku rinduin dari kamu Fath .. disaat aku jatuh, kamu selalu kasih aku semangat buat aku.. supaya aku bisa semangat lagi..supaya aku bisa bangkit lagi .. makasih Fath ..” bisikku dalam hati. Tak terasa, air mataku jatuh lagi. “kamu kok nangis lagi?’ ujar Fathya sambil menghapus air mataku “eh .. eng .. engga kok ..” jawabku sambil mencoba tesrsenyum kembali.

Acara selesai. Aku mencari teman- temanku dulu. “Fath.. aku nyanri temen aku dulu ya ...” ujarku kepada Fathya “iya ..” jawab Fathya

Aku melihat Caca, Nisa dan Rere. Aku segera berlari dan memeluk mereka “Cacaaa .. Nisaa .. Rere ..” ujarku sambil memeluk mereka dengan di iringi lagi air mataku. Mereka membalas pelukanku “aku gak mau pisah sama kalian ..” ujar Rere “aku juga ..” ujarku “tapi mau gimana lagi, kita masuk SMP yang beda ...” ujar Nisa “iya ..” tambah Caca.

Aku berpelukan lagi dengan semua teman- temanku. Kecuali laki- laki. “Miraaaa!” teriakku dari kejauhan. Aku segera memeluk Mira. Tapi, kayak ada anak kecil nangis. Aku melepaskan pelukanku dari Mira “ada anak kecil di bawah kita ..” ujarku “huhu .. iya, sini peluk lagii .. huhuhu ....” ujar Mira sambil menangis.

Fathya? Di mana dia? Aku mencari- cari dia kemana- mana tapi enggak ada. Cuman satu tempat yang belum aku kunjungi. Yaitu .. Taman! Aku segera berlari menuju Taman. Dan benar saja, dia ada di taman.

Bukannya nyamperin Fathya, aku malah diem aja di tempat. Kalian tau kenapa? Ini adalah taman yang dulu, aku sering banget kesini sama Fathya. Aku sering main kejar- kejaran sama dia, sering tidur- tiduran di rumput hijau sama dia, dan masih banyak lagi.

Aku menghampiri Fathya yang sedang duduk di rerumputan hijau. Walaupun hari ini panas, tapi, itu tak terasa. Soalnya, pohon- pohon rindang dan angin sepoi- sepoi membuat suasana menjadi sejuk. “hai Fath..” sapaku “hai ..” jawab Fathya sambil tersenyum “sebentar lagi ..” ujar Fathya dengan tatapan kosong “kenapa?” tanya ku “engh .. gak apa- apa kok .. sebentar lagi mau bulan puasa hehe ...” ujar Fathya gelagapan. Aku menghela nafas. “aku tau kok Fath, kamu lagi bohong sama aku ..” ujarku “bohong? Enggak kok .. aku enggak ngebohong sama kamu ..” tukas Fathya. Aku menatap Fathya. “kamu gak boleh bohong sama aku ..” ujarku sambil tersenyum. Fathya mengalah. Dia paling enggak bisa ngebohong sama aku. “sebentar lagi, aku gak bakalan sama kamu lagi ..” ujar Fathya sambil menatap langit yang biru “kenapa? Kamu mau kemana?” tanyaku “aku mau pergi ..” ujar cewek penggemar warna biru cerah itu “pergi? Pergi kemana?” tanyaku lagi “aku mau pergi .. tapi, sekarang kamu belum tau aku mau pergi kemana.. nanti, kamu pasti tau ..” ujar Fathya. Aku memegang tangan Fathya sambil menangis. “kamu jangan tinggalin aku .. kamu gak boleh ninggalin aku .. aku gak mau di tinggal sama kamu ..” ujarku sambil menangis “tenang aja .. aku gak bakalan ninggalin kamu sekarang kok ..” ujar Fathya sambil menatapku dengan senyuman manisnya. Tapi, itu tak membuat aku tenang. “tapi, aku gak mau di tinggalin sama kamu Fath ..” ujarku “pokoknya, kalau aku ninggalin kamu, kamu jangan nangis, kamu jangan sedih .. nanti, kita bakalan ketemu lagi kok ..” ujar Fathya tersenyum lagi. “kamu gak boleh ninggalin aku ya .. kalo kamu ninggalin aku, siapa yang bakalan buat aku tersenyum, siapa yang bakalan nyemangatin aku, siapa yang bakalan bantu aku bangkit saat aku jatuh ...” ujarku kepada Fathya. Dia hanya tersenyum. “aku yakin kok, orang- orang di sekitar kamu yang lain pasti bisa nyemangatin kamu.. bisa bikin akamu tersenyum .. bisa bantu kamu buat bangkit dari kegagalan ..” ujar Fathya lembut. Aku mencoba tersenyum, walaupun hati aku menangis. ‘Aku gak mau di tinggalin sama Fathya, Fathya gak boleh ninggalin aku, aku gak sanggup di tinggalin sama Fathya ..’ hanya itu kata- kata yang selalu muncul di fikiranku saat ini.

Aku benar- benar menyanyangi Fathya. Aku gak mau kehilangan dia. Fathya udah kayak jadi Kakak Perempuan aku. Fathya. Satu- satunya sahabat sehidup semati aku. Aku gak mau pisah sama dia. Aku bakalan pisah sama dia, kalau kita meninggal. Dan kita akan selalu bersama.

“Fathya .. jangan tinggalin aku ya ..” ujarku lagi. Fathya hanya terkekeh. Tapi, aku melihat matanya. Terlihat, dia sedih. “aku gak bakalan ninggalin kamu kok ..” ujarnya “jangan tinggalin aku ya?’ ujarku lagi “iya baweeel ...” ujar Fathya greget. Dia lalu berdiri dan langsung lari. Aku segera mengejarnya.

BUL

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren, izin follow dan folback pak

18 Feb
Balas

Keren

18 Feb
Balas



search

New Post