Modul SKI KELAS VII SEMESTER I MTS Moh Toha
MODUL
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DISUSUN OLEH :
DEDE KOMALA, S.Pd.I
KELAS : VII ( Tujuh )
SEMESTER : I ( satu )
MTs. MOHAMAD TOHA KOTA CIMAHI
TAHUN AJARAN 2022/2023
M O D U L 1
Satuan Pendidikan : MTs Fatahillah
Mata Pelajaran : SKI
KELAS : VII
Semester : 1
PELAJARAN 1
PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
Standar Kompetensi :
1. Memahami Sejarah Kebudayaan Islam
Kompetensi Dasar :
1.1. Menjelaskan pengertian kebudayaan Islam.
1.2. Menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam.
1.3. Mengidentifikasi bentuk/wujud kebudayaan Islam.
Indikator :
1.1.1. Menyebutkan pengertian kebudayaan Islam
1.1.2. Menunjukkan contoh kebudayaan Islam
1.2.1. Menyebutkan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam
1.2.2. Menjelaskan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam
1.3.1. Menyebutkan contoh bentuk/wujud kebudayaan Islam
1.3.2. Membandingkan bentuk/wujud kebudayaan Islam dan non Islam
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian Sejarah :
Menurut bahasa, sejarah berarti riwayat atau kisah. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan tarikh, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu.
Sebagian orang berpendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan).
Sedangkan menurut istilah, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Pengertian Kebudayaan :
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia.
Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat.
Istilah "kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
Apabila dikaitkan dengan Islam, maka Kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah Nabi.
Pengertian Islam :
Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat.
Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
Kesimpulan :
Sejarah Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam
Diantara unsur yang menjadi bentuk Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:
1. Sistem Politik
2. Sistem kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
1. Sistem Politik
Sistem politik ini meliputi :
Hukum Islam
Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaan ketika diterapkannya hukum Islam. Di dalam Islam sumber hukum utama adalah Al Qur’an dan Hadits
Khilafah
Setelah Rosulullah saw wafat , orang-orang yang diberi tanggung jawab melaksanakan hukum islam adalah para pengendali pemerintahan. Kedudukan mereka adalah sebagai kholifah atau pengganti saw.
2. Sistem Kemasyarakatan
Terbagi dalam kelompok-kelompok berikut :
Kelompok Penguasa
Kelompok Tokoh Agama
Kelompok Militer
Kelompok Cendikiawan
Kelompok Pekerja dan Budak
Kelompok Petani
3. Ilmu Pengetahuan
- ilmu pengetahuan kurang mendapat perhatian.
- Ilmu Pengetahuan baru mendapat perhatian pada masa Dinasti Abbasiyah.
- Pada saat itu banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu dan kebudayaan lain diterjemahkan
kedalam bhasa Arab.
B. Wujud / bentuk Kebudayaan Islam
Bentuk atau wujud kebudayaan Islam paling tidak dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:
1.wujud ideal (gagasan)
2.wujud aktivitas
3.wujud artefak (benda)
Salah satu tokoh yang dikenal sebagai sejarawan dan dijuluki Bapak Sosiologi Islam adalah Ibnu Khaldun. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam,pengamatan terhadap berbagai masyarakat. Ibnu Khaldun menulis sebuah buku yang berjudul Al’Ibar(Sejarah umum) yang diterbitkan di Kairo tahun 1248 M.Ibnu Khaldun juga dipandang sebagai peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam.
1. Kebudayaan Islam yang berWujud Ideal (Gagasan)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Kebudayaan Islam yang berwujud ideal diantaranya :
1.Pemikiran di bidang hukum Islam muncul ilmu fiqih.
2.Pemikiran di bidang agama muncul ilmu Tasawuf dan ilmu tafsir.
3.Pemikiran di bidang sosial politik muncul sistem khilafah Islam (pemerintahan Islam) yang
diprakarsai oleh Nabi Muhammad dan diteruskan oleh Khulafaurrosyidin.
4.Pemikiran di bidang ekonomi muncul peraturan zakat, pajak jizyah (pajak untuk non Muslim),
pajak Kharaj (pajak bumi), peraturan ghanimah (harta rampasan perang).
5.Pemikiran di bidang ilmu pengetahuan muncul ilmu sejarah, filsafat, kedokteran, ilmu bahasa
dan lain-lain.
Di antara tokoh-tokoh yang berperan adalah:
1.Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki (bidang ilmu fiqih).
2.Umar bin Khattab (bidang administrasi negara dan pemerintahan Islam),
3.Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd (bidang filsafat),
4.Ibnu Khaldun (bidang sejarah yang sering disebut dengan "bapak sosiologi Islam").
2. Kebudayaan Islam yang berwujud Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Contoh kebudayaan Islam yang berwujud aktivitas atau tindakan di antaranya adalah:
1.pemberlakuan hukum Islam seperti potong tangan bagi pencuri dan hukum razam bagi pezina.
2.penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada masa Dinasti
Umayyah (masa khalifah Abdul Malik bin Marwan) memunculkan gerakan ilmu pengetahuan
dan penterjemahan ilmu-ilmu yang berbahasa Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab.
Gerakan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah, di mana kota
Baghdad dan Iskandariyah menjadi pusat ilmu pengetahuan ketika itu.
3. Kebudayaan Islam Yang Berwujud Artefak (Benda)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Contoh kebudayaan Islam yang berbentuk hasil karya di antaranya: seni ukiran kaligrafi yang terdapat di masjid-masjid, arsitektur-arsitektur masjid dan lain sebagainya.
Catatan :
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
C. Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan dengan kebudayaan Islam
Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan Islam.
Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan Islam dari satu periode ke periode berikutnya.
D. Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu.
memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam kehidupan s ehari-hari.
Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.
E. Contoh Kebudayaan Islam
Di bidang Seni : Syair, Kaligafi, Hikayat, Suluk, Babad, Tari Saman, tari Zapin.
Di bidang Fisik : Masjid, Istana, Keraton,
Di Bidang Pertunjukan : Sekaten, Wayang, Hadrah, Qasidah,
Di bidang Tradisi : Aqiqah, Khitanan, Halal Bihalal, Sadranan, Berzanzi,
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Siswa :
Kelas :
Kompetenasi dasar :
1.1. Menjelaskan pengertian kebudayaan Islam.
Tugas Mandiri
Jelaskan kembali apa yang di maksud kebudayaan islam menurut pendapat kalian!
Jawaban
Evaluasi
Jawablah Pertanyaan Berikut ini !
Jelaskan pengertian sejarah secara bahasa !
Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan Islam ?
Sebutkan beberapa contoh bentuk kebudayaan Islam !
Jelaskan perbedaan kebudayaan dengan peradaban !
Sebutkan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam !
Kunci Jawaban :
Menurut bahasa, sejarah berarti riwayat atau kisah. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan tarikh, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu.
Yang di maksud dengan kebudayaan Islam adalah : hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah Nabi.
Contoh Kebudayan Islam :
Di bidang Seni : Syair, Kaligafi, Hikayat, Suluk, Babad, Tari Saman, tari Zapin.
Di bidang Fisik : Masjid, Istana, Keraton,
Di Bidang Pertunjukan : Sekaten, Wayang, Hadrah, Qasidah,
Di bidang Tradisi : Aqiqah, Khitanan, Halal Bihalal, Sadranan, Berzanzi,
Perbedaan kebudayaan dan Peradaban Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
Manfaat Mempelajari Kebudayaan islam :
Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu.
memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam kehidupan s ehari-hari.
Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.
M O D U L 1
Satuan Pendidikan : MTs Fatahillah
Mata Pelajaran : SKI
KELAS : VII
Semester : 2
PELAJARAN 2
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH
Standar Kompetensi :
2. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Kompetensi Dasar :
2.1. Mendeskripsikan misi Nabi Muham-mad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
2.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pem-bawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masya-rakat di kaitkan dengan perkemba-ngan kondisi sekarang
2.3. Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekkah
Indikator :
2.1.1. Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin
2.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
2.1.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
2.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin
2.2.2. Menyebutkan hikmah yang dapat diambil dari misi Nabi Muhammad SAW di Mekkah
2.2.3. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad saw dengan perkembangan dakwah
sekarang
2.3.1. Menjelaskan keladanan dari perjuangan Nabi dalam menghadapi masyarakat Mekkah
2.3.2. Menjelaskan keladanan dari perjuangan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekkah
2.3.3. Menjelaskan keterkaitan perjuangan Nabi dengan para sahabatnya
A. Keadaan Masyarakat Arab Sebelum Islam
Jazirah Arab atau semenanjung Arabia adalah daerah yang berbentuk memanjang dan tidak parallelogram. Di sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, di sebelah timur berbatasan dengan Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedangkan di sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dikelilingi lautan, dari utara padang sahara dan dari timur padang sahara dan Teluk Persia.
Secara umum, keadaan wilayah di Jazirah Arab adalah tandus, sehingga hal ini melindunginya dari penjajahan dan penyebaran agama. Wilayah yang dianggap cukup subur adalah daerah Yaman yang terletak di sebelah selatan.
Jazirah Arab diapit oleh dua kekaisaran besar yang berada di sebelah utara, yaitu kekaisaran Persia yang beragama Majusi (penyembah api) dengan kitab sucinya Zend Avesta dan kekaisaran Romawi yang beragama Nasrani/kristen dengan kitab sucinya Injil.
Kehidupan penduduk Arab pada masa itu rata-rata hidup nomaden (suka berpindah-pindah dan mengembara). Selain itu, kehidupan mereka dibentuk berdasarkan kabilah (suku). Kabilah ini dibentuk oleh kelompok-kelompok keluarga atas dasar pertalian darah (nasab), perkawinan dan sumpah setia. Setiap kabilah dipimpin oleh seorang Syaikh yang dipilih dari seorang anggota tertua melalui musyawarah.
Secara garis besar, ada dua macam penduduk yang hidup di Arab ketika itu, yaitu:
Penduduk kota, rata-rata pedagang dengan dua kota terkenalnya yaitu Mekkah dan Madinah.
Penduduk desa (badui), rata-rata petani, peternak dan penggembala.
Masa kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam dinamakan masa Jahiliyah (masa kebodohan). Disebut Jahiliyah bukan karena tidak berilmu, tetapi karena penduduknya kebanyakan suka berbuat kejahatan, suka berperang, membunuh, melecehkan wanita, melakukan takhayul, menyembah berhala dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan itu adalah contoh kebudayaan arab Jahiliyah yang buruk. Akan tetapi ada beberapa kebudayaan Arab jahiliyah yang baik, di antaranya di bidang kesusastraan (seni), di mana masyarakat Arab suka sekali membuat karya-karya syair (puisi) dan para penyair pada waktu itu dianggap orang yang mempunyai kedudukan tinggi.
1. Kelahiran Nabi Muhammad
Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah (Hijaz) pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau bertepatan tanggal 20 April 571 Masehi.
Beliau wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M.
Beliau merupakan keturunan suku Quraisy, suku bangsawan yang sangat berpengaruh di Arab.
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib yang wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Sedangkan ibunya wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib selama dua tahun dan oleh pamannya, Abu Thalib.
2. Kerosulan Muhammad
Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah, seorang janda kaya yang berusia 40 tahun. Kemudian selang beberapa lama beliau mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya), gelar ini diberikan karena beliau berhasil mengatasi perselisihan para pemuka suku Quraisy dalam peletakkan Hajar Aswad (batu hitam yang suci) di dinding Ka’bah.
Pada usia 40 tahun, beliau sering datang ke Gua Hira yang terletak di perbukitan Jabal Nur untuk bertahanuts atau melakukan pemusatan jiwa dan merenungi keadaan masyarakat arab yang masih Jahiliyah. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M. ketika sedang bertahanuts, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama, yaitu al-Quran Surat al-‘Alaq ayat 1-5:
إقرأ باسم ربك الذي خلق {} خلق الإنسان من علق {} إقرأ وربك الأكرم {} الذي علم بالقلم {} علم الإنسان ما لم يعلم
Pemurah. Yang Mengajar Manusia Dengan Pena. Dia Mengajar Manusia Apa-apa Yang Belum Diketahui. ( Qs. Al-alaq; 1 – 5 )
Dengan turunya wahyu yang pertama manandakan bahwa Allah SWT telah mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Nya. Setelah menerima wahyu yang pertama Nabi Muhammad SAW tidak langsung bergerak untuk berda’wah. Nabi Muhammad saw. dalam kondisi bingung, takut dan gemetar yang akhirnya ditenangkan oleh istri beliau yaitu Siti Khadijah.
Kemudian setelah itu, turun wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1 – 7. Dengan turunnya wahyu yang kedua ini maka beliau memulai dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi
Sasaran dakwahnya terbatas pada orang-orang dekat disekitar beliau . Yang mula-mula menerima dakwah beliau adalah Siti Khodijah( istrinya) Ali bin Abi Talib (anak pamannya),Abu Bakar (sahabat nya), dan Zaed bin Harisah (pembantunya).
3. Dakwah Pada Masa Awal
Dakwah secara sembunyi-sembunyi.
Dakwah ini dilakukan selama kurang lebih tiga tahun dan berhasil mengislamkan: 1.Khadijah (istri Nabi)
2. Abu Bakar (sahabat dekat Nabi)
3. Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi)
4. Zaid bin Haritsah (budak yang dipelihara Nabi),
5. Bilal bin Rabah (seorang budak kulit hitam)
6. Utsman bin Affan
7. Zubair bin Awwam
8. Sa'ad bi abi Waqash
9.Talhah bin Ubaidillah
10.Abdurrahman bin Auf
11.Arqam bin Abil Arqam dan lain-lain.
(Orang-orang yang disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama
masuk Islam).
Dakwah secara terang-terangan.
Dakwah ini dilakukan selama sepuluh tahun setelah turun Al-Qur’an surat al-Hijr ayat: 94
(فاصدع بما تؤمر واعرض عن المشركين)
Dengan semangat tinggi dan pantang mundur, langkah pertama yang dilakukan Nabi dalam berdakwah dengan cara terang-terangan adalah mengumpulkan warga kota Mekkah di bukit Shofa. Di antara orang-orang yang hadir adalah Abu Lahab, Abu Jahal, dan Umar bin Khattab. Setelah semua berkumpul, Nabi mulai berdakwah, tetapi Nabi malah dicemooh dan dilempari. Bahkan Abu Lahab mencaci-maki dan melempari beliau dengan batu. Akhirnya pertemuan itu berakhir dengan kekacauan. Meskipun demikian, dakwah dengan cara ini telah memberikan hasil dengan bertambahnya jumlah pemeluk Islam dari golongan lemah seperti wanita, budak, pekerja dan orang-orang miskin
4. Hambatan-hambatan Dakwah Nabi Di Mekkah
Banyaknya tokoh bangsawan kafir Quraisy yang menolak, menentang dan mengancam Nabi seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan. Penentangan ini dilakukan oleh mereka dengan alasan:
Nabi yang keturunan Bani Hasyim dianggap akan menundukkan dan menguasai otoritas politik dan ekonomi bangsa Arab yang saat itu dipegang oleh Bani Abdi Syam
Kekhawatiran akan hilangnya sistem kasta di kehidupan sosial masyarakat Arab. Dalam hal ini derajat dan kehormatan para bangsawan Arab Quraisy merasa terancam dalam hal kekuasaan, wibawa dan pengaruh di masyarakat.
Nabi akan menghilangkan tradisi yang sudah diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang mereka.
Adanya bujukan dari pamannya Abu Thalib (pelindung Nabi) agar menghentikan dakwah. Bujukan ini dilakukan pamannya karena ia didesak oleh para tokoh kafir Quraisy untuk menghentikan kegiatan Nabi dalam berdakwah. Namun demikian, bujukan ini tidak berhasil karena keteguhan Nabi dalam berdakwah.
Banyaknya para pengikut Nabi yang disiksa karena masuk Islam, seperti Bilal bin Rabah, Zubair bin Awwam dan Abu Bakar, sehingga Nabi sempat memerintahkan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia).
Adanya pemboikotan kaum kafir Quraisy yaitu: 1)tidak mau berbicara dengan orang Islam, 2)tidak mau jual beli dengan orang Islam, 3)dan tidak mau menikah dengan orang Islam. Pemboikotan ini berjalan selama 3 ( tiga ) tahun lamanya, dan berhenti pemboikotan ini setelah papan pengumuman yang dipasang di Ka’bah habis dimakan rayap. Selain itu beberapa orang Quraisy juga mempunyai perasaan tidak tega melihat akibat pemboikotan tersebut.
5. Misi Dakwah Nabi Di Mekkah
Misi dakwah Nabi selama berada di Mekkah, intinya, adalah mengajak masyarakat untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di antara misi dakwah tersebut adalah:
Mengajak masyarakat agar menyembah hanya kepada Allah SWT semata (tauhid) dan menyuruh mereka meninggalkan menyembah berhala.
Mengajarkan adanya hari kiamat, yang mana setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban selama mereka hidup di dunia.
Mengajak masyarakat berbuat baik dan berakhlak terpuji dan melarang berbuat kejahatan dan kerusakan.
Mengajak masyarakat untuk menegakkan keadilan dan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan.
6. Ibrah/Hikmah Dakwah Nabi Di Mekkah
- kepribadian Nabi yang mempunyai sifat sidik (selalu benar), amanah (dapat dipercaya), Tabligh
(berani menyampaikan) dan fatonah (cerdas).
Tidak pernah menyerah dalam berdakwah, walaupun banyak ancaman yang dihadapi
Berani berkorban harta benda dan nyawa.
- Dalam berdakwah, selalu menggunakan siasat atau cara yang baik dan bertahap. Tahap pertama
dengan sembunyi-sembunyi guna menyusun kekuatan dan tahap kedua dengan terang-terangan
(terbuka).
7. Hal-hal Yang Perlu Diteladani Dari Perjuangan Dakwah Nabi Di Mekkah
- Menampilkan sikap terpuji sebagaimana yang telah dilakukan Nabi dengan sifat-sifatnya.
- Dalam melakukan segala sesuatu harus mempunyai perencanaan yang matang, sungguh-sungguh,
tidak gampang menyerah dan selalu berdoa agar hasilnya dapat memuaskan
Berani berkorban dan bertanggungjawab.
Berdakwah secara terbuka pada saat kedudukan makin menguat
Melukan hijrah untuk menyusun kekuatan
Menyandarkan keberhasilan kepada Alloh swt.
PELAJARAN 3
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH
Standar Kompetensi :
3. Memahami Sejarah Nabi Muhammad
SAW Periode Madinah
Kompetensi Dasar :
3.1. Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan
ekonomi dan perdagangan
3.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan
ekonomi dan perdagangan di kaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang
3.3. Meneladani semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah
Indikator :
3.1.1. Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah
3.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah
3.2.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah
3.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat Madinah
3.2.2. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dengan perkembangan dakwah sekarang
3.3.1. Menjelaskan semangat perjuangan Nabi di Madinah
3.3.2. Menjelaskan semangat perjuangan para Sahabat di Madinah
3.3.3. Menunjukkan semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah
A. Madinah Sebelum Kedatangan Islam
Sebelum Islam datang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua golongan besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu:
1. Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari : a.Bani Qainuqa
b.Bani Quraizah
c.Bani Nazir
2. Golongan bangsa Arab yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
Kota Yatsrib termasuk daerah subur dan pusat pertanian serta merupakan jalur perdagangan ramai yang menghubungkan antara Yaman di selatan dan Syiria di Utara.
Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah
Ketika Nabi masih berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan Ibadah Haji ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk Yatsrib yang datang ke Mekkah untuk masuk Islam
Akhirnya, setiap orang Yatsrib yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan, pada tahun 621 M Nabi menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit aqabah dan melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah I” yang isinya:
Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi
Rela berkorban harta dan jiwa
Tidak akan menyekutukan Allah
Tidak membunuh dan berdusta
bersedia membantu menyebarkan Islam
Pada tahun 622 M, sebanyak 73 orang Yatsrib pergi Haji ke Mekkah dan memohon agar Nabi bersedia memberi nasehat-nasehat agama untuk orang-orang di Yatsrib. Dari sini maka lahirlah “perjanjian aqabah II” untuk menjamin keselamatan dan kelanjutan dakwah Nabi.
Akhirnya, masih pada tahun 622 M, Nabi dan para sahabatnya yang berasal dari Mekkah berhijrah (pindah) ke Yatsrib dan mengganti kota Yatsrib menjadi kota Madinah atau madinatul Munawaroh (kota yang bercahaya) atau juga madinatun nabi (kota Nabi).
Alasan Nabi Dan Para Sahabatnya Hijrah Ke Yatsrib Atau Madinah
Penduduk Kafir Quraisy kota Mekkah yang ditempati Nabi makin gencar melakukan ancaman dan siksaan
Penduduk Madinah memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik
Madinah merupakan daerah terdekat dari Mekkah dan ayah Nabi dimakamkan di sana.
Proses penyambutan Nabi di Madinah :
Sesampainya di Madinah, Nabi dan para sahabatnya disambut dengan gembira dan suka cita oleh penduduk Madinah, khususnya oleh suku Aus dan Khazraj dengan mengucapkan sholawat di sepanjang jalan yang dilalui Nabi dan para sahabat.
Akhirnya Nabi memberi gelar kepada penduduk Madinah dengan sebutan kaum “Anshor” (penolong). Sedangkan penduduk Mekkah yang datang ke Madinah diberi gelar kaum “Muhajirin” (pendatang).
B. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah
Mendirikan Masjid
Masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi di Madinah adalah Masjid Nabawi.
Masjid ini dibangun di atas tanah yang dibeli Nabi dari dua orang miskin bernama Sahl bin Amr dan Suhail bin Amr.
Pendirian masjid ini dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan dakwah Islam, namun juga berperan sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin, tempat untuk mempersatukan kaum Muslimin, bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
Di salah satu penjuru masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah.
Selanjutnya, dimulailah pembangunan jalan raya di sekitar masjid, sehingga lama-kelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan.
Pesatnya pembangunan di sekitar masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang dari luar Madinah.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor
Cara ini dilakukan Nabi untuk mengokohkan persatuan Umat Islam di Madinah.
Persaudaraan ini didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar kesukuan.
Sebagai contoh, Nabi mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bekas budaknya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab bersaudara dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji.
Kaum Muhajirin kemudian banyak yang menjadi pedagang dan petani. Di antaranya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, sedangkan Umar bin Khottob dan Ali bin Abi Tholib menjadi petani.
3. Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi
Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi masyarakat Madinah, baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka Nabi membuat peraturan-peraturan yang disebut dengan “Piagam Madinah” yang isinya antara lain:
Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya masing-masing.
Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu.
Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin tertinggi di Madinah.
Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas, yaitu: asas kebebasan beragama, asas persamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas musyawarah.
4. Meletakkan Dasar-dasar Pemerintahan, Ekonomi dan Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi), yaitu dalam memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu.
Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim harus saling membantu.
Dalam kehidupan bermasyarakat diterapkan asas keadilan, harus saling tolong menolong, menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama Muslim, tidak ada perbedaan pangkat, harta dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak yatim, menyantuni janda-janda.
Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di Jazirah Arab dengan kemegahan yang ditampilkannya.
Pada masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan menjadi pusat untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian.
C. Perjuangan Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Di Madinah
Sejak hijrah ke Madinah, selama kurang lebih 10 tahun, Nabi dan para sahabatnya berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah, dan tidak pernah putus asa.
Kebanyakan penduduk Madinah, terutama suku Aus dan Khazraj, menerima dakwah Nabi tersebut.
Akan tetapi, dalam perjalanan dakwahnya, Nabi menemui rintangan, khususnya dari orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan keberhasilannya.
Salah seorang Yahudi Munafik yang tidak senang adalah Abdullah bin Ubay. Ia selalu melaporkan kegiatan Nabi di Madinah kepada kaum kafir Quraisy di Mekkah, sehingga pada masa-masa kemudian terjadilah banyak peperangan dengan kaum kafir Quraisy Mekkah.
Beberapa Peperangan Yang Terjadi Ketika Nabi Berada Di Madinah :
1. Perang Badar
Perang ini terjadi di dekat sumber mata air milik seorang bernama Badar pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H bertepatan 5 Januari 623 M.
Dalam perang ini pasukan Islam hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, sedangkan pihak kafir Quraisy berjumlah 1000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Perang ini dimenangkan oleh umat Islam dengan korban tewas sebanyak 14 orang Muslim dan 70 orang kafir termasuk Abu Jahal.
2. Perang Uhud
Perang ini berlangsung pada bulan Sya’ban tahun 3 H bertepatan bulan Januari 625 M di sebuah perbukitan bernama Uhud.
Pasukan Islam pimpinan Nabi pada awalnya berjumlah 1000 orang, tetapi 300 orang membelot karena hasutan Abdullah bin Ubay. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000 orang yang dipimpin Abu Sufyan dan istrinya Hindun.
Perang ini pada awalnya hampir dimenangkan oleh umat Islam, tetapi karena pasukan Islam meninggalkan posisi perang untuk mengambil harta rampasan perang (ghanimah), akhirnya pasukan Islam mengalami kekalahan.
Bahkan Hamzah bin Abdul Mutholib (paman Nabi) terbunuh dan isi tubuhnya dikoyak-koyak oleh Hindun. Korban meninggal dari pihak umat Islam adalah 70 orang, sedangkan kafir Quraisy berjumlah 23 orang.
3. Perang Khandaq
Perang terjadi di sebelah utara Madinah pada bulan Syawal 5 H atau Maret 627 M. Perang Khandaq ini disebut juga perang Ahzab.
Dalam perang ini, pasukan musuh berjumlah 10.000 orang yang dipimpin Abu Sufyan, sedangkan pasukan Islam hanya berjumlah 3000 orang pimpinan Nabi dan Ali bin Abi Tholib.
Atas usul dari Salman Al-Farisi (orang Persia), pasukan Islam membuat parit mengelilingi perbatasan kota Madinah. Akibat adanya parit ini, pasukan kafir Quraisy mengalami kekalahan.
Selain empat perang di atas, ada beberapa peperangan lagi yang terjadi antara umat Islam dengan kaum kafir yaitu:
1. Perang Khaibar
2. Perang Mu’tah
3. Perang Tabuk.
Di Samping Peperangan, Nabi Dan Para Sahabatnya Juga Melakukan beberapa usaha dan berhasil dengan baik Dalam Menghadapi Kaum Kafir, Yaitu:
1. Mengadakan Perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang
Kafir Qurays di Mekkah.
Perjanjian ini berlangsung pada bulan Zulkaidah tahun 6 H atau 628 M di daerah Hudaibiyah.
Asal mula terjadinya perjanjian ini adalah adanya keinginan kaum Muhajirin untuk beribadah haji dan menengok saudara mereka di Mekkah yang selama enam tahun tidak bertemu.
Akan tetapi keinginan ini dihalangi oleh kaum Kafir Quraisy.
Maka Nabi pun berangkat dengan kaum Muhajirin untuk pergi ke Mekkah, sesampainya di Hudaibiyah dicegatlah Nabi dan para pengikutnya oleh kaum Quraisy.
Dari sinilah kemudian lahirlah perjanjian Hudaibiyah.
Isi Perjanjian Hudaibiyah :
Umat Islam dan kaum kafir Quraisy tidak boleh saling serang selama 10 tahun.
Nabi dan pengikutnya tidak diperkenankan beribadah haji pada tahun ini.
Kaum Muslim wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi di Madinah, sedangkan kaum kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka.
Setiap orang diberi kbebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi atau kaum Kafir Quraisy.
2. Fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah)
Fathu Makkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H atau Januari 630 M.
Sebab utama terjadinya fathu Makkah adalah kaum Kafir Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah dan menyerang kaum Muslim yang ada di Mekkah.
Penaklukkan kota Mekkah yang dilakukan Nabi dan pengikutnya itu tanpa ada pertumpahan darah dan peperangan, sehingga penduduk kota Mekkah pun banyak yang masuk Islam termasuk pemimpin kafir Quraisy Abu Sufyan ikut masuk Islam.
Saat itulah turun Qur’an Surat An Nashr ayat 1-5
Ketika terjadi fathul Makkah ini, Nabi berpidato di hadapan masyarakat yang isinya :
1. Barang Siapa yang menutup pintu rumahnya, rapat- rapat maka ia aman.
2. Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman.
3. Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman.
D. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun Masyarakat Madinah
Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi harapan untuk mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian yang harus dilakukan.
Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik banyak pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan masyarakat Islam semakin kokoh.
Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik.
Keberhasilan yang telah dicapai ini memerlukan perjuangan yang panjang dan kadang harus dilakukan dengan cara kekerasan (jihad atau berperang). Dengan demikian, hikmah dan teladan yang dapat diambil dan ditiru dari perjuangan Nabi di Madinah tersebut di antaranya adalah:
Hikmah Dan Teladan Yang Dapat Diambil Dan Ditiru Dari Perjuangan Nabi Di Madinah Tersebut Di Antaranya Adalah:
1. Ketabahan dalam menerima cobaan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hijrah ke Madinah merupakan akibat dari kekejaman kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin.
Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan segala yang ada di Mekkah, antara lain sanak famili, harta benda dan juga kampung halaman.
Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung halaman ternyata sirna oleh keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang tulus terhadap Nabi Muhammad SAW.
Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini. Oleh karena itu, apapun keadaannya, situasinya apakah senang atau susah, iman harus senantiasa melekat di hati kita.
2. Cerdas dalam mengambil keputusan
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki kecerdasan y luar biasa dalam mengambil keputusan dan tindakan.
Hal itu terbukti ketika beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar menjadi satu saudara.
Persaudaraan ini menjadikan masyarakat Muslim Madinah semakin berkembang dan kuat serta mampu menjadi bangsa yang besar dan bersatu dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat masyarakat Muslim Madinah dikagumi oleh bangsa lainnya.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, Nabi Muhammad SAW menerapkan asas koperasi, yakni menganjurkan kaum Muslim di Madinah agar memperhatikan nasib saudaranya, tidak serakah dan tidak mempraktekkan sistem riba dalam transaksi perdagangan.
Bahkan, dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain berisi:
1. larangan untuk riba dan menganiaya.
2. Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik.
3. Persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan.
3. Gigih dan istiqamah dalam berjuang
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mendapatkan perlawanan dan tekanan yang sangat berat dari kaum kafir Quraisy Mekkah dan orang-orang Yahudi dalam mensyi’arkan dakwah Islam di Madinah.
Bahkan, ada beberapa peperangan yang dilalui Nabi Muhammad SAW dan para sahabat seperti perang Badar, Uhud dan Khandaq, ketika mereka berada di Madinah.
Meskipun kaum Muslim di Madinah masih sangat minim dan kekuatan mereka tidak seimbang dibanding kekuatan kaum kafir Quraisy yang begitu besar, baik dalam hal jumlah tentara maupun persenjataan, namun semangat juang mempertahankan agama dan dakwah Islam tetap kokoh tak tergoyahkan dalam jiwa-jiwa mereka.
Akhirnya kaum Muslim di Madinah mampu mengimbangi kekuatan kaum kafir di Mekkad dan orang-orang Yahudi di Madinah.
e. Hubungan Antara Misi Nabi Muhammad Di Madinah Dengan Perkembangan Masyarakat Islam Masa Sekarang
Keterkaitan antara misi dakwah Nabi Muhammad SAW dengan perkembangan masyarakat Islam sekarang dapat kita lihat dari beberapa aspek, antara lain :
1. aspek politik pemerintahan.
2. aspek sosial kemasyarakatan.
3. aspek ekonomi.
1. Aspek Politik Pemerintahan
Nabi Muhammad SAW selain menjadi pemimpin agama, beliau juga menjadi pemimpin pemerintahan. Dalam kepemimpinannya, beliau mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan keluarganya.
Selain itu, beliau juga menggunakan sistem musyawarah atau demokrasi dan berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara di masyarakat dengan tidak membedakan golongan, suku bahkan perbedaan agama.
Sistem musyawarah atau demokrasi ini selanjutnya banyak dipakai oleh berbagai negara, termasuk oleh negara kita Indonesia.
Sebagai contoh negara kita memberlakukan kebebasan berpendapat, menghargai dan toleran terhadap semua agama yang dianut oleh masyarakat.
Akan tetapi, apabila kita lihat kenyataan sekarang ini banyak di antara para pemimpin negara, terutama negara berpenduduk mayoritas Muslim, tidak mampu melaksanakan sistem musyawarah secara maksimal sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Mereka masih tergantung pada kepentingan pribadi dan golongan sehingga banyak terjadi gejolak di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa para pemimpin Muslim di berbagai negara kurang memahami dan kurang meneladani sifat dan sikap kepemimpinan Nabi dalam membangun masyarakat.
2. Aspek Sosial Kemasyarakatan.
Penduduk Muslim Madinah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW memiliki rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat.
Mereka tidak membedakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, bahkan tidak membeda-bedakan rasa persatuan dengan penganut agama lain.
Rasa persaudaraan sesama Muslim di Madinah tercermin dalam kehidupan sehar-hari, di antara mereka tidak ada perselisihan ataupun permusuhan.
Jika ada salah satu warga Muslim yang sakit, maka Muslim lain menjenguknya. Begitu juga jika ada Muslim yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka Muslim lain yang mampu membantunya dengan penuh rasa ikhlas.
Selain itu, budaya silaturahmi merupakan kebiasaan yang tertanam dalam warna kehidupan penduduk Muslim Madinah
Apabila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Muslim sekarang ini, khususnya di Indonesia, dapat kita jumpai berbagai tradisi yang mencerminkan kebudayaan yang berkembang pada masa Nabi Muhammad di Madinah, Seperti :
1.Tradisi silaturahmi.
2.Tradisi gotong royong dalam membangun sarana ibadah atau masjid.
3.Tradisi menjenguk orang sakit dan membantu orang yang terkena musibah.
3. Aspek Ekonomi.
Pada tahun-tahun awal, pemerintahan Islam di Madinah hampir tidak memiliki sumber memasukan ataupun pengeluaran.
Seluruh tugas pemerintahan dilaksanakan kaum muslimin secara bergotong royong dan sukarela.
Mereka memperoleh pendapatan dari bebagai sumber yang tidak terikat. Akan tetapi ketika masyarakat Muslim Madinah sudah tentram dan kuat, maka pada waktu itu kewajiban membayar zakat dan pajak mulai dijalankan sebagai sumber pendapatan negara.
Pajak pada masa itu dipungut semata berdasarkan standar cukup atau berdasarkan kadar kebutuhan negara.
Dalam memajukan ekonomi masyarakat di Madinah, Rasulullah menerapkan sistem koperasi. Sistem ekonomi ini dimaksudkan untuk membantu penduduk Muslim di Madinah yang miskin dan lemah.
Masyarakat Muslim Madinah yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan petani sangat antusias dan menerima dengan senang hati ajakan Nabi Muhammad SAW tersebut.
Akhirnya para pedagang dan petani Muslim dengan kesadaran sendiri mau mengeluarkan zakat dan pajak demi terwujudnya masyarakat Madinah yang maju secara ekonomi.
Di samping ajakan untuk membayar zakat dan pajak, Nabi Muhammad SAW juga melarang masyarakat Muslim Madinah melakukan praktek riba dan penipuan dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Apabila dikaitkan dengan perkembangan masyarakat Muslim sekarang, ajakan-ajakan Nabi Muhammad SAW di bidang ekonomi tersebut ternyata masih berjalan dan dapat kita jumpai di berbagai negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Sebagai contoh, kewajiban membayar zakat, khususnya zakat fitrah, masih rutin dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim.
Akan tetapi, banyak juga kita jumpai di masyarakat Muslim sekarang yang masih mempraktekkan sistem riba dalam kegiatan ekonomi, khususnya perdagangan. Banyak di antara para pedagang yang terlalu tinggi mengambil keuntungan sehingga merugikan pembeli.
Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan ajaran sunnah Nabi ini membuktikan bahwa masih banyak orang-orang Muslim sekarang yang tidak mengenal perilaku dan akhlak Nabi Muhammad SAW.
MODUL
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DISUSUN OLEH :
DEDE KOMALA, S.Pd.I
KELAS : VIII ( delapan )
SEMESTER : I ( satu )
MTs. MOHAMAD TOHA KOTA CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
M O D U L 1
MATERI SKI KELAS VIII
Semester 1
PELAJARAN 1
BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH
Standar Kompetensi :
Memahami Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar :
6.1. Menceritakan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
6.2. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan /
peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
Indikator :
6.1.1. Menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
6.1.2. Menyebutkan proses terbentuknya sejarah Bani Abbasiyah
6.1.3. Menampilkan tokoh tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
6.1.4. Mengidentifikasi faktor pendukung sejarah berdirinya Bani Abbasiyah
Latar Belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan
sebelumya yaitu Dinasti Umayyah yang telah digulingkannya.
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya merupakan
keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rosulululloh.
Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama seorang
keturunan Bani Hasyim.
Berdirinya Dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya kekacauan dalam
kehidupan bernegara Dinasti Umayyah.
Menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini para khalifah dan pejabat negara lainnya
melakukan kekeliruan dan kesalahan yang menyebabkan terjadinya kekacauan tersebut.
Kesalahan dan kekeliruan Dinasti umayyah yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :
Dinasti ini menganakemaskan (mengistimewakan) bangsa Arab atas bangsa lainnya dan menganggap rendah kaum muslim non Aran (Mawali), sehingga orang-orang Mawali merasa kecewa atas perlakuan ini.
Dinasti ini memihak pada salah satu golongan dari suku Arab yang bersaing Dalam persaingan antara Arab Utara (Mudariyah) dan Arab Selatan (Himyariyah), penguasa Dinasti Umayyah mendukung salah satu suku yaitu suku Himyariyah, sehingga suku yang tidak mendapat dukungan merasa kecewa.
Dinasti ini selalu menindas para pengikut Ali dan Bani Hasyim. Dinasti ini juga mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu setalah jabatan khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan pada musyawarah kaum muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya justru mengangkat putra mahkota.
Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan pelanggaran terhadap ajaran Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya meniru gaya hidup penguasa Romawi, sehingga para penguasa Dinasti ini memiliki figur yang lemah.
Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap Dinasti Umayyah yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :
Kelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.
Kelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah telah merampas kekhalifahan.
Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak yang merasa sakit hati atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah
Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab yang menganggap keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh dari ajaran Islam.
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-Abbas, Paman Nabi Muhammad.
Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai Gerakan Dakwah.
Mereka mempropagandakan bahwa “menggulingkan kekuasaan pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.
Di samping itu untuk meraih simpati umat dan dukungan kaum Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi mengusung nama Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa jabatan khalifah merupakan hak keluarga Nabi.
B. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah
Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah
darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak
segan-segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).
Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :
Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda
(menyusun kekutan secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain :
-Muhammad Al-Abbas
-Ibrahim Al Imam
-Abu Muslim Al-Khurasani
Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani
merupakan propagandis yang paling sukses dan terkenal.
Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau siapapun.
Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan agar mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali (Syiah).
Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani.
Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam perjuangannya untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti ini menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership),namun tertutup dengan gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti Abbasiyah menetapkan tiga kota sebagai pusat kegiatan, yaitu : Humaymah sebagai pusat perencanaan organisasi, Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah Marwan Bin Muhammad (127 – 132 H = 745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di mana waktu itu pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang sulit diatasi. Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad bin Ali (wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim Al Imam dengan mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang
Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda yang pemberani, pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh Ibrahim Al Imam. Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Abu Muslim Al Khurasani mengajak golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali) untuk menentang Bani Umayyah yang telah menindas mereka.
Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai panglima perang, gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal itu dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Pada tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat menjadi panglima perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota Khurasan dan menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah. Namun rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin Muhammad yang dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu Muslim Al Khurasani untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di Khurasan.
C.Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah
Muhammad bin Ali bin Abdullah,
Ibrahim al Imam,
Abu Muslim Al Khurasani,
Abul Abbas as-Shaffah
Abu Ja’far al Mansyur.
Silsilah Bani Abbasiyah dan Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
1. Silsilah Bani Abbasiyah
Dalam silsilah Bani Umayyah terdapat tiga keluarga besar yang saling bersaing
memperebutkan kekuasaan, yaitu :
Keluarga Alawiyyin (didukung oleh kaum Syiah)
Keluarga Umayyah
Keluarga Abasiyah
Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
a. Periode pertama
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode pertama adalah sebagai berikut :
Abu Abbas As-Saffah (132 – 136H = 750-754M)
Abu Ja’far Al-Mansur (136 – 158H = 754-775M)
Muhammad Al-Mahdi (158-169H = 775-785M)
Muhammad Al-Hadi (169 – 170H = 785 – 786M)
Harun Ar-Rasyid (170 – 193H = 786-809M)
Abdullah Al-Amin (193 – 198H = 809-813M)
Al Ma’mun (198 – 218 = 813 – 833 M)
Al Mu’tashim Billah (218 – 227H = 833-842M)
Abu Ja’far Al-Watsiq (227 – 232H = 842-847M).
b. Periode Kedua
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode kedua adalah sebagai berikut :
Al-Mutawakil (232 – 247H = 847-861M)
Al-Muntshir (247 – 248H = 861-862M)
Al-Mu’tain (248 – 252H = 862-866M)
Al-Mu’taz (252 – 255H = 866-869M)
Al-Muhtadi (255 – 256H = 869-870M)
Al-Mu’tamid (256 – 279H = 870-892M)
Al-Mu’tadhid (279 – 289H = 892-902M)
Al-Muktafi (289 – 295H = 902-908M)
Al-Muqtadi (295 320H = 908-932M)
Al-Qohir (320 – 322H = 932-934M)
Ar-Rodhi (322 – 329H = 934-941M)
Al-Muttaqi (329 – 333H = 941-945M)
Al-Mustaqfi (333 – 334H = 945-946M).
c. Periode ketiga
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode ketiga adalah sebagai berikut :
Al-Muti (334 – 363H = 946-974M)
At-Tho’I (363 – 381H = 974–991M)
Al-Qodir (381 – 422H = 991-1031M)
d. Periode keempat
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :
Al-Qoyyim (422 – 467H = 1031-1075M)
Al-Muqtadi (467 – 487H = 1075-1094M)
Al-Mustazhir (487 – 512H = 1094-1118M)
Al-Musytarsid (512 – 529H = 1118-1135M)
Al-Rasyid (529 – 530H = 1135-1136M)
Al-Muktafi (530 – 555H = 1136-1160M)
Al-Mustanjid (555 – 566H = 1160-1171M)
Al-Mustadi (566 – 575H = 1171-1180M)
An-Nashir (575 – 622H = 1180-1125M)
e. Periode kelima
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah sebagai berikut :
Az-Zahir (622 – 623H = 1225-1226M)
Al-Mustanshir (623 – 640H = 1226-1242M)
Al-Musta’shim (640 – 656H = 1242-1258M)
Dari ke-37 khalifah ini setidaknya terdapat tiga khalifah yang menonjol
yaitu Abu Ja’far Al Mansur, Harun Ar Rasyid dan Abdulloh Al Ma’mun. Dari
ketiga khalifah yang menonjol ini khalifah yang terkenal dari Dinasti
Abbasiyah adalah Harun Ar Rasyid.
D. Baghdad Sebagai Pusat Kekuasaan
Kota-kota yang pernah dijadikan Ibu Kota Abbasiyah adalah Kuffah, Hirah, Anbar
(Hasyimiah) dan Baghdad. Perpindahan ibu kota dari Kuffah ke Hirah disebabkan karena
penduduk kota Kuffah mayoritas pendukung Ali dan dianggap tidak setia kepada golongan
Abbas, sedangkan kota Hirah hanya
pilihan yang bersifat sementara, selanjutnya ibu kota pindah ke kota Anbar
(Hasyimiah).
Dengan adanya pemberontakan itu, khalifah Al-Mansyur memandang bahwa kota Anbar tidak cocok lagi sebagai pusat pemerintahan. Kemudian beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke kota Bagdad.
Latar belakang dipilihnya kota Bagdad adalah :
Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap kholifah Abu Ja’far Al-Mansyur.
Wilayah Bahgdad cukup luas dan tanahnya subur.
Letak Bagdad sangat strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai wilayah
KOTA BAGHDAD
Pendiri kota Baghdad adalah kholifah Abu Ja’far Al-Mansyur dan arsitek yang membangun kota itu adalah Hajjaj Bin Arthah dan Amran Bin Wahdhah Para pekerjanya yang berpengalaman dari Syam, Kuffah, Basrah, Manshul, Dailami dan lain-lain. Jumlah tenaga kerjanya kurang lebih 100.000 orang. Kota Bagdad bentuknya bundar dengan gaya bangunan seni Islami. Di tengah kota dibangun istana “Qashruzzahab” atau istana keemasan dengan luas 160.000 hasta persegi dan mesjid agung seluas 40.000 hasta persegi. Di luar kota dibangun kota-kota satelit yang ditata rapi dan indah, serta dibangun istana “Qashrulkhuldi” (Istana Abadi).
Sebab runtuhnya Bani Umayyah
Figur khalifah yang lemah
Hak Istimewa bangsa Arab Suriah
Pemerintahan yang tidak demokratis dan korup
Persaingan antar suku
Kelompok yang muncul saat melemahnya Bani Umayyah
Kelompok muslim non-Arab (mawali)
Kelompok Khawarij dan Syi’ah
Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah dan Irak
Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non-Arab
Mengambil ibrah dan meneladani peristiwa Sejarah Dinasti Abbasiyah.
Setelah kita membaca sejarah berdirinya Bani Abbasiyah, maka kita dapat mengambil hikmah dan suri tauladan antara lain sebagai berikut :
Bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita tanpa pantang menyerah walaupun banyak hambatan , rintangan bahkan penuh pengorbanan baik berupa waktu, materi, tenaga bahkan nyawa demi tercapai cita-cita yang diinginkan.
Bekerja sama dan saling menolong sesama umat Islam segala usaha.
Selalu mengutamakan kepentingan agama.
Hidup yang optimis, dinamis, inovatif dan siap menerima kritik konstruktif.
Punya pandangan hidup yang lebih baik yang berdasarkan pada norma susila, norma budaya, norma hukum dan norma agama.
Berani berjuang demi nusa, bangsa, dan negara.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
1. Sebutkan empat tokoh pendiri Bani Abbasiyah!
Sebutkan kelompok-kelompok yang tidak senang dengan kepemimpinan Dinasti Umayyah !
Mengapa kelompok-kelompok tersebut tidak menyenangi kepimimpinan Dinasti Umayyah?
Jelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim Al Khurasani dalam usahanya membangun Dinasti Abbasiyah!
Sebutkan latar belakang dipilihnya Bagdad sebagai ibukota Daulat Bani Abbasiyah!
KUNCI JAWABAN
1. empat tokoh pendiri Bani Abbasiyah
Muhammad bin Ali bin Abdullah,
Ibrahim al Imam,
Abu Muslim Al Khurasani,
Abul Abbas as-Shaffah
Abu Ja’far al Mansyur.
2. kelompok-kelompok yang tidak senang dengan kepemimpinan Dinasti
Umayyah
1. Kelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes kedudukan
mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.
2. Kelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah telah
merampas kekhalifahan.
3. Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak yang merasa
sakit hati atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah
4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab yang
menganggap keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh dari
ajaran Islam.
5. Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan
yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-Abbas, Paman Nabi
Muhammad.
6. Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti Abbasiyah
melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai Gerakan Dakwah.
7. Mereka mempropagandakan bahwa “menggulingkan kekuasaan
pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.
8. Di samping itu untuk meraih simpati umat dan dukungan kaum Syiah
mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi mengusung nama
Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa jabatan khalifah merupakan
hak keluarga Nabi.
3. Karena
Dinasti ini menganakemaskan (mengistimewakan) bangsa Arab atas bangsa lainnya dan menganggap rendah kaum muslim non Aran (Mawali), sehingga orang-orang Mawali merasa kecewa atas perlakuan ini.
Dinasti ini memihak pada salah satu golongan dari suku Arab yang bersaing Dalam persaingan antara Arab Utara (Mudariyah) dan Arab Selatan (Himyariyah), penguasa Dinasti Umayyah mendukung salah satu suku yaitu suku Himyariyah, sehingga suku yang tidak mendapat dukungan merasa kecewa.
Dinasti ini selalu menindas para pengikut Ali dan Bani Hasyim. Dinasti ini juga mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu setalah jabatan khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan pada musyawarah kaum muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya justru mengangkat putra mahkota.
Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan pelanggaran terhadap ajaran Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya meniru gaya hidup penguasa Romawi, sehingga para penguasa Dinasti ini memiliki figur yang lemah.
4. usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim Al Khurasani dalam usahanya
membangun Dinasti Abbasiyah
-Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Abu Muslim Al Khurasani mengajak golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali) untuk menentang Bani Umayyah yang telah menindas mereka.
-gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal itu dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Pada tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat menjadi panglima perang,
5. Latar belakang dipilihnya kota Bagdad adalah :
Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap kholifah Abu Ja’far Al-Mansyur.
Wilayah Bahgdad cukup luas dan tanahnya subur.
Letak Bagdad sangat strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai wilayah
MODUL 2
PELAJARAN 2
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN / PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
Standar Kompetensi
Memahami perkembangan Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
INDIKATOR
6.2.1. Menjelaskan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
6.2.2. Menunjukkan sebab perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
6.2.3. Mengidentifikasi munculnya tokoh dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada Bani Abbasiyah
Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Kondisi sosial
Muslim non Arab merasa diangkat derajatnya hak-hak mereka disamakan bahkan dalam beberapa periode masyarakat muslim non Arab memegang peranan yang sangat penting dalam pemerintahan dan tidak ada pembedaan kelas antara penduduk Arab dan non Arab. Dengan demikian mereka mampu memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kemajuan kebudayaan
perkembangan kebudayaan berjalan seiring dengan penyebaran islam. Pada masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan islam meluas sampai ke Spanyol di barat dan India di timur. Pada masa itu Bagdad dan Andalusia menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Bangsa-bangsa non Arab yang telah masuk dalam wilayah islam memakai bahasa Arab dan adat istiadat Arab dalam kehidupan sehari-hari.
Kemajuan politik dan militer
Perkembangan politik dan militer Bani Abbasiyah terbagi ke dalam lima periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, sistem pemerintahan dan kebijaksanaan militer. Periode pertama mulai tahun 132 – 232H/750-847 M. Periode kedua mulai tahun 232-334 H / 847-946 M, peride ketiga mulai tahun 334- 464 H /946- 1075 M, periode ke empat mulai tahun 464 – 623 H / 1075 – 1225 M, dan periode ke lima mulai tahun 623 – 656 H/1225–1258 M.
Kondisi Sosial
Menyebarnya Islam sampai ke luar jazirah Arab membuat bangsa arab berinteraksi dengan bangsa non Arab,sehingga muncullah kelas dalam masyarakat Arab :
Kaum muslim Arab
Kaum muslim non Arab (mawali)
Kaum non muslim (zimmi)
Akan tetapi karena runtuhnya Dinast Umayyah karena adanya perbedaan perlakuan terhadap masyarakat maka kemudian Dinasti Abbasiyah berusaha menghapus kelas-kelas sosial tersebut. Mereka menyamakan antara orang arab maupun non arab. Setiap masyarakat punya hak yang sama dalam hal berpendapat dan berkarya. Sehingga pada masa ini pengaruh dari orang non arab pun sangat besar, termasuk dalam hal pemerintahan.
Beberapa Keluarga yang berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah:
Keluarga Barmak
Dinasti Buwaihiyah
Dinasti Seljuk
1. Keluarga Barmak
Dipimpin oleh Khalid bin Barmak. Ia punya peran besar dalam gerakan dakwah dan proses berdirinya dinasti Abbasiyah. Jasa besar Khalid bin Barmak adalah menumpas pemberontakan di Mesopotamia. Kemudian dia jadi Gubernur disana. Dia diangkat sebagai Wazir yang pertama kali, kemudian diganti anaknya Yahya bin Khalid,kemudian Ja’far bin Yahya. Selain itu saudaranya Fadl bin Yahya jadi Gubernur Persia Barat dan Khurasan
2. Dinasti Buwaihiyah
Mereka berasal dari golongan Syi’ah, punya peran penting selama satu abad. Ia adalah putra-putra Buwaih yang berasal dari Dailami yang tinggal di pegunungan barat daya Laut Kaspia. Mereka terdiri Ali bin Buwaih berkuasa di Isfahan, Hasan bin Buwaih berkuasa di Ray dan Jabal dan Ahmad bin Buwaih yang berkuasa di Al Ahwaz dan Khuzistan. Mereka diakui sebagai Sultan oleh khalifah Abbasiyah, sebaliknya mereka mengakui kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
3. Dinasti Seljuk
Kedudukannya hampir sama dengan dinasti Buwaihiyah. Mereka jadi penguasa yang sesungguhnya sementara khalifah hanya sebagai simbol saja
B. Perkembangan Kebudayaan pada masa Bani Abbasiyah
Wilayah yang telah ditaklukkan penduduknya masuk Islam dengan sukarela setelah mengetahui kemajuan peradaban arab dan rapinya pemerintahan Islam
Banyak wilayah yang ditaklukan ter-arabkan seperti: Mesir, suriah, palestina, maroko, dan al jazair. Banyak bangsa ini yang lupa bahasa dan budaya mereka sendiri, sehingga pengertian arab tidak hanya bagi orang yang di jazirah arab saja.
Bangsa non arab yang telah masuk wilayah Islam mempergunakan bahasa arab dan adat istiadat arab dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini Baghdad dan Andalusia sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.
Hanya mengenal huruf arab
Di Sisilia hal yg hampir sama terjadi Raja Roger I dari Normandia menjadikan istananya sbg tempat pertemuan para filosof, dokter dan ahli islam lainnya (meniru Harun Arrosyid). Ketika Roger II menjadi raja, ia juga terpengaruh budaya arab. Pakaian kebesarannya adalah pakaian arab, gerejanya dihiasi dg ukiran dan tulisan arab. Wanita kristen Sisilia meniru mode pakaian Islam
Masa Harun Arrosyid dan Al Makmun peradaban Islam mencapai puncak kejayaan, ikut berperan juga bangsa india dan Yunani.
Banyak sastrawan dan Budayawan yang muncul saat Islam menguasai Jundisabur, Harran, Antiokia dan Iskandariyah.
Bukti kemajuan budaya masa Bani Abasiyah
Munculnya sastrawan dan budayawan seperti : Umar Khayam, Az Zamakhsyari, Al Qusyairi, AnNafisi, Ibnu Maskawaih, Al Kindi
Adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti: Istana, masjid dan bangunan lainnya.
Sastrawan dan Budayawan tersebut antara lain:
A. Umar Khayam
Lahir di Nisabur, Khurasan. Seorang penyair yang juga ahli bidang matematika, astronomi dan filsafat. Dia bekerja pada Sultan Maliksyah, raja dinasti Seljuk yang menguasai Persia. Karyanya “Rubaiat”. Dia juga seorang sufi yang mengkritik dan mengoreksi para ilmuwan. Dalam sajaknya selalu mencari pembuktian logis dlm menghadapi problem2 filsafat.
B. Az Zamakhsyari
Dia adalah pakar bahasa dan kesusastraan arab, karyanya : Asas al Balaghah, Al Mufrad wa al Mua’allaf fi an Nahwi, al Mustaqim fi Amsal al arab.
Peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut antara lain:
Istana Al Hasyimiyah yg didirikan oleh Abu Abbas Assafah
Pembangunan kota Baghdad pada masa Abu Ja’far al Mansyur.
Pembangunan masjid sbg pusat kegiatan umat Islam seperti :
- masjid al Mansur oleh Abu Ja’far al Mansyur
- masjid Raya Ar Risyafah oleh al Mahdi
- Masjid Jami’ Qoss al Khilafah oleh al Muktafi
- masjid Raya Samarra oleh al Mutawakkil
- masjid Agung Isfahan oleh Al Malik Syah.
- dsb
Fungsi masjid pada masa Bani Abbasiyah
Sebagai tempat sholat
Sebagai tempat bermusyawarah
Sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan ilmuwan yang mendiskusikan berbagai macam ilmu pengetahuan (tempat belajar)
Perkembangan Politik dan Militer Bani Abbasiyah, di bagi 5 periode :
Periode Pengaruh Persia Pertama
Periode Pengaruh Turki Pertama
Periode Pengaruh Persia Kedua
Periode Pengaruh Turki Kedua
Periode Non Pengaruh
1. Periode Pengaruh Persia Pertama
Dinamakan demikian karena periode ini terdapat satu keluarga bangsawan Persia yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yakni keluarga Barmak. Periode ini merupakan masa keemasan dan kejayaan Bani Abbas, walaupun demikian, bibit kemunduran Bani Abbas sudah muncul pada periode ini, yaitu ketika terjadi perang saudara antara al Amin dan al Ma’mun.
Khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah pada periode pertama :
1. Abu Abbas As-Saffah 750-754 M 6. Al Amin 809-813 M
2. Abu Ja’far al Mansur 754-775 M 7. Al Ma’mun 813-833 M
3. Al Mahdi 775-785 M 8. Al Mu’tasim 833-842 M
4. Al Hadi 785-786 M 9. Al Wasiq 842-847 M
5. Harun Ar Rasyid 786-809 M
2. Periode Pengaruh Turki Pertama
Disebut demikian karena tentara Turki yang menjadi tentara Bani Abbasiyah sangat mendominasi pemerintahan. Mereka diangkat oleh Khalifah al Mu,tasim serta al Wasiq pd periode pertama. Pada periode ini pengaruh mereka sangat kuat Bahkan mereka dapat mempengaruhi pengangkatan atau pemberhentian khalifah.
Khalifah yg memerintah pada periode kedua :
1. Al Mutawakkil 847-861 M 7. Al Mu’tadid 892-902 M
2. Al Muntasir 861-862 M 8. Al Muktafi 902-908 M
3. Al Musta’in 862-866 M 9. Al Muktadir 908-932 M
4. Al Mu’taz 866-869 M 10. Al Qahir 932-934 M
5. Al Muhtadi 869-870 M 11. Ar Radi 934-940 M
6. Al Mu’tamid 870-892 M 12. Al Muttaqi 940-944 M
3. Periode Pengaruh Persia kedua
Disebut demikian karena pada masa ini sebuah golongan dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu Bani Buwaih.Mereka memegang jabatan amir-al umara, yakni pelaksana kekuasaan dan pemerintahan Bani Abasiyah. Khalifah pada masa ini hanya sebagai simbul Istana.
Khalifah-khalifah yang berkuasa, al :
1. Al Muktafi 944-946 M
2. Al Muti 946-974 M
3. At Ta’i 974-991 M
4. Al Qadir 991-1031 M
5. Al Qa’im 1031-1075 M
4. Periode Pengaruh Turki Kedua
Disebut demikian karena pada saat ini sebuah golongan dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yakni Bani Seljuk. Sama halnya dengan Bani Buwaih, mereka juga memegang jabatan amirul-umara, yakni pelaksana kekuasaan dan pemerintahn Bani Abbasiyah
Khalifah pada periode ini adalah :
1. Al Qa’im 1031-1075 M
2. Al Muqtadi 1075-1094 M
3. Al Mustazir 1094-1118 M
4. Al Mustarsid 1118-1135
5. Ar Rasyid 1135-1136
6. Al Muqtafi 1136-1160
7. Al Mustanjid 1160-1170
8. Al Mustadi 1170-1180
9. An Nasir 1180-1225
5. Periode Non Pengaruh
Pada periode ini Bani Abbasiyah sudah tidak lagi dipengaruhi pihak manapun. Akan tetapi, kekuatan politik dan militer Bani Abbasiyah sudah lemah sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi wilayah Irak dan sekitarnya saja. Bani Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 M karena serangan Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Khalifah pada periode kelima ini antara lain :
1. An Nasir 1180-1225 M
2. Az Zahir 1225-1226 M
3. Al Mustansir 1226-1242 M
4. Al Musta’sim 1242-1258 M
Perbedaan sikap politik antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Bani Umayyah
Dalam segala bidang masih bercorak arab murni
Bani Abbasiyah
Dalam berbagai bidang sudah mulai bercampur dengan corak persia, turki dan lainnya.
Baghdad jadi kota terbuka sehingga segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan dijinkan bermukim di dalamnya, karena merupakan pusat kegiatan politik,ekonomi sosial dan budaya.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.
Para menteri keturunan persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan sehingga mereka memegang peranan yang penting dalam pembinaan Tamaddun Islam.
Lembaga Pemerintahan
Pengangkatan wazir (perdana menteri) sebagai pembantu khalifah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Pembentukan Diwanul Kitabah yang dipimpin oleh Raisul Kitabah(sekretaris negara)
Raisul Kitabah dibantu oleh beberapa sekertaris :
Katibul Rasa’il/urusan persuratan
Katibul Kharaj/urusan keuangan atau pajak
Katibul Jundi/urusan tentara atau kemiliteran
Katibul Qudha/urusan kehakiman
Katibul Syurtan /urusan kepolisian
Pengangkatan Amir (pemimpin dari Imarat) dan Syaikh al Quran
Pembentukan Angkatan Bersenjata, panglima besar angkatan perangnya bernama Amirul Umara
Pembentukan Baitul Maal (kas negara)
Perbendaharaan negara/Diwanul khazanah
Urusan Hasil bumi /Diwanul Azra’a
Perlengkapan tentara/Diwanul Khazainushsilah
Pembentukan Mahkamah Agung
Al Qadla, mengurus perkara agama, hakimnya disebut qadli
Al Hisbah, mengurus masalah umum, perdata maupun pidana, hakimnya Al Mustashib
An Nashar Fil Mazhalim, menyelesaikan perkara banding dari tingkat al qadla dan al hisbah, hakimnya Shahibul Madzalim
Kemajuan dalam bidang Militer
Angkatan perang pada masa bani Abbasiyah terdiri dari :
Al Jundul Murtaziqah
Al Jundul Muthauwilah, yaitu tentara sukarela
Lima karakteristik pemerintahan Bani Abbasiyah
Khalifah dari keturunan arab murni sedangkan menteri, gubernur , panglima dan pegawainya dari Mawali (ket. Persia)
Baghdad sebagai ibu kota
Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan mulia
pengakuan terhadap kebebasan berpikir sebagai bagian dari hak asasi manusia
para menteri bukan arab diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan pemerintahan dan mengembangkan peradaban Islam
Kemajuan Ilmu Pendidikan
Bukti perkembangan pendidikan dan pengetahuan :
A. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan :
Darul Hikmah,yang didirikan Harun Al-Rasyid dan disempurnakan oleh Kholifah Al-Ma’mun.
Darul Hikmah ini merupakan perguruan tinggi (universitas) yang luas dan memiliki perpustakaan besar. Untuk belajar ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah, filsafat, dan lain-lain.
Madrasah-madrasah
Majelis Mumadharuh, yaitu majelis tempat pertemuan para ulama, sarjana, ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
Berdirinya perguruan tinggi “An-Nizhamiyah”. Guru besarnya “Imam Al-Ghazali”
B. Berdirinya kota pendidikan seperti : Mekah, Madinah, Kuffah, Damaskus, Hijjaj, Kairawan, Mesir dll
C. Berkembangnya Ilmu Naqli spt :
Ilmu tafsir : Ibnu Jarir ath Thobari, As Suda
Ilmu Hadits : Imam Bukhori
Ilmu Tasawuf
Peran Baitul Hikmah dalam Transformasi Ilmu Pengetahuan
Sebagai perpustakaan yang menyediakan buku-buku / literature dari berbagai sumber dan bahasa, sehingga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi umat Islam.
Sebagai lembaga penterjemah buku-buku / karya-karya asing ( Yunani, India, Persia ) ke dalam bahasa Arab, sehingga buku-buku asing tersebut dapat diketahui isinya oleh umat Islam dan dapat dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
Sebagai pusat kegiatan studi dan riset keilmuwan.. Dari kegiatan ini dapat melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan baik dalam ilmu Filsafat, Astronomi maupun Kedokteran.
Sebagai tempat para ahli / ilmuwan muslim berkumpul untuk membahas dan berdiskusi tentang suatu ilmu atau masalah. Dari kegiatan ini dapat melahirkan ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal sepanjang sejarah baik ilmuwan dibidang Filsafat, Astronomi maupun Kedokteran.
Dampak Positif BerdirinyaBaitul Hikmah
Ilmu pengetahuan semakin berkembang.
Melahirkan ahli-ahli / ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pengetahuan.
Peradaban dan kebudayaan Islam semakin maju.
Melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan.
Bidang-bidang Ilmu Pengetahuan yang Berkembang pada Masa Dinasti Abbasiyah
Ilmu Filsafat
Ilmu Kedokteran
Ilmu Astronomi.
Bidang-bidang Ilmu Agama Islam yang berkembang pada masa Dinasti Abbbasiyah
Perkembangan dan kemajuan Ilmu Agama Islam pada masa Dinasti Abbasiyah ini ditandai dengan :
Munculnya tokoh-tokoh / ulama-ulama besar dalam ilmu agama Islam yang memiliki integritas tinggi, seperti : Imam Syafii, Malik, Hanafi dan Hambali ( 4 imam mazhab fiqh ), Imam Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At Tirmizi, An Nasai dan Ibnu Majah ( 6 imam dalam ilmu Hadist )
Lahirnya karya-karya besar dan monumental di bidang ilmu agama Islam, seperti : Kutubussitah (enam kitab Hadist), Tafsir At Tabari, Kitab Al Muwatta, Kitab Ar Risalah dan lain-lain.
Berdirinya Madrasah-madrasah mulai dari tingkat Dasar, Menengah dan tingkat Atas.
Berdirinya Majlis Munadzaroh, tempat membahas dan mendiskusikan persoalan agama yang dianggap sulit untuk dipecahkan.
Faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
Adanya kontak antara Islam (Arab) dengan Persi, di mana Persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuwan Yunani, salah satunya melalui Akademi Jundishabur.
Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil khalifah harun Ar Rasyid untuk mendidik keluarga istana dalam pengembangan keilmuwan.
Adanya gerakan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada waktu itu para penguasa dan masyarakat memberi penghargaan yang besar kepada para penerjemah.Salah satu bentuk penghargaan adalah ”para penerjemah diberi hadiah emas seberat buku yang berhasil ia terjemahkan”.
Besarnya perhatian para khalifah Dinasti Abbasiyah terhadap ilmu pengetahuan terutama Harun Ar Rasyid dan Al Ma’mun yang sangat mencintai ilmu.
Adanya percampuran berbagai kebudayaan seperti Persia, Yunani, India dan Arab.
Para khalifah Dinasti Abbasiyah tidak memprioritaskan perluasan wilayah Islam karena wilayah kekuasaan Islam waktu itu sudah sangat luas. Oleh karena itu pemerintah dapat lebih berkonsentrasi mengurus urusan dalam negeri.
Didirikannya pabrik kertas, yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh kertas dengan harga yang murah. Dan juga memudahkan penyalinan naskah-naskah asing ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran.
Berdirinya lembaga Baitul Hikmah sebagai tempat penterjemahan, diskusi dan mengadakan penelitian.
Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Abbasiyah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan umat Islam. Banyak ilmuwan besar muslim yang melahirkan karya besar pada masa ini. Penemuan-penemuan ilmiah dibidang politik, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan berikutnya.
Pada masa Abbasiyah, Islam benar-benar mencapai puncak peradaban dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan peradaban dunia.
Hampir semua ilmu pengetahuan yang berkembang dasar-dasarnya telah ditemukan pada masa Abbasiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban menjadikan masyarakat Dinasti Abbasiyah hidup tenteram, perekonomian pun berjalan stabil. Para kholifahnya berhasil mengatsi muusuh-musuhnya.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
Tunjukkan bukti-bukti kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah!
Apa yang menjadi alasan filsuf Islam berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip dengan tujuan agama!
Jelaskan peran ilmu astronomi dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama Islam !
Bagaimana bentuk penghargaan terhadap para penterjemah !
Sebutkan fungsi Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah!
KUNCI JAWABAN
1. Bukti kemajuan budaya masa Bani Abasiyah
Munculnya sastrawan dan budayawan seperti : Umar Khayam, Az Zamakhsyari, Al Qusyairi, AnNafisi, Ibnu Maskawaih, Al Kindi
Adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti: Istana, masjid dan bangunan lainnya.
Sastrawan dan Budayawan tersebut antara lain:
A. Umar Khayam
Lahir di Nisabur, Khurasan. Seorang penyair yang juga ahli bidang matematika, astronomi dan filsafat. Dia bekerja pada Sultan Maliksyah, raja dinasti Seljuk yang menguasai Persia. Karyanya “Rubaiat”. Dia juga seorang sufi yang mengkritik dan mengoreksi para ilmuwan. Dalam sajaknya selalu mencari pembuktian logis dlm menghadapi problem2 filsafat.
B. Az Zamakhsyari
Dia adalah pakar bahasa dan kesusastraan arab, karyanya : Asas al Balaghah, Al Mufrad wa al Mua’allaf fi an Nahwi, al Mustaqim fi Amsal al arab.
Peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut antara lain:
Istana Al Hasyimiyah yg didirikan oleh Abu Abbas Assafah
Pembangunan kota Baghdad pada masa Abu Ja’far al Mansyur.
Pembangunan masjid sbg pusat kegiatan umat Islam seperti :
- masjid al Mansur oleh Abu Ja’far al Mansyur
- masjid Raya Ar Risyafah oleh al Mahdi
- Masjid Jami’ Qoss al Khilafah oleh al Muktafi
- masjid Raya Samarra oleh al Mutawakkil
- masjid Agung Isfahan oleh Al Malik Syah.
- dsb
3. Peran ilmu astronomi dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama Islam
-Pelaksanaan ibadah,baik ibadah ibadah yg wajib maupun yg sunnah
-Penentuan arah kiblat
-Kalender Hijriyah
Adanya gerakan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada waktu itu para penguasa dan masyarakat memberi penghargaan yang besar kepada para penerjemah.Salah satu bentuk penghargaan adalah ”para penerjemah diberi hadiah emas seberat buku yang berhasil ia terjemahkan”.
Peran Baitul Hikmah dalam Transformasi Ilmu Pengetahuan
Fungsi Baitul Hikmah
1. Sebagai perpustakaan yang menyediakan buku-buku / literature dari
berbagai sumber dan bahasa, sehingga menambah khasanah ilmu
pengetahuan bagi umat Islam.
2. Sebagai lembaga penterjemah buku-buku / karya-karya asing ( Yunani,
India, Persia ) ke dalam bahasa Arab, sehingga buku-buku asing
tersebut dapat diketahui isinya oleh umat Islam dan dapat
dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
3. Sebagai pusat kegiatan studi dan riset keilmuwan.. Dari kegiatan ini
dapat melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan baik
dalam ilmu Filsafat, Astronomi maupun Kedokteran.
4. Sebagai tempat para ahli / ilmuwan muslim berkumpul untuk
membahas dan berdiskusi tentang suatu ilmu atau masalah. Dari
kegiatan ini dapat melahirkan ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal
sepanjang sejarah baik ilmuwan dibidang Filsafat, Astronomi maupun
Kedokteran.
MODUL 3
PELAJARAN 3
TOKOH-TOKOH MUSLIM
DAN PERANANNYA DALAM KEMAJUAN KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
Standar Kompetensi :
Memahami perkembangan Islam pada masa bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan perannya dalam kemajuankebudayaan /peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
INDIKATOR
6.3.1. Mengklasifikasi Tokoh ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah
6.3.2. Menunjukkan peran tokoh ilmuwan muslim pada pada masa Bani Abbasiyah
6.3.3. Mengklasifikasi kemajuan ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah
6.3.4. Mengidentifikasi kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
A. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya yang Berperan dalam Bidang Ilmu
Pengetahuan
Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Filsafat
a. Al – Kindi
Al Kindi adalah filsuf besar pertama Islam. Ia lahir pada tahun 801 M (pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid) dan meninggal pada tahun 869 M. Pada masa pemerintahan khalifah-khalifah besar Dinasti Abbasiyah, yaitu al-Amin, al-Ma’mun, al-Mu’tasim, al-Wasiq, dan al-Mutawakkil, ia diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan.
Al-Kindi lahir di Kufah dan nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’as bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.
Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim yang pertama karena ia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen Suriah. Selain menerjemahkan, al-Kindi juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam
KARYA AL KINDI
Karya-karya al-Kindi berjumlah kurang lebih 270 buah. Karya tersebut kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang sudah tidak ditemukan lagi. Karya –karya itu dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar logika. Dari karya-karyanya itu dapat diketahui bahwa al-Kindi adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam.
b. Al-farabi
Al-Farabi lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Aleppo (Suriah) pada tahun 950 M. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia selalu berpindah tempat dari waktu ke waktu. Ia dikenal rajin belajar serta memiliki otak yang cerdas. Al-Farabi banyak belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Persi. Setelah dewasa, ia pindah ke Baghdad dan tinggal di sana selama 20 tahun serta mempelajari filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, dan musik. Al-Farabi mengarang beberapa buku dalam berbagai bidang diantaranya logika, fisika, ilmu jiwa, kimia, ilmu politik, dan musik.
Dua karya yang termasyur adalah al-Jam’u Baina Ra’yi al-Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf, Plato dan Aristoteles) dan Uyun al-Masail (pokok-pokok Persoalan).
PENDAPAT AL FARABI TENTANG NEGARA
Ada Lima bentuk Negara , yaitu; negara utama, negara orang-orang bodoh, negara orang-orang fasik, negara yang berubah-ubah, dan negara sesat.
Negara utama (al-Madinah al Fadlilah)
Negara utama adalah negara yang penduduknya berada dalam
kebahagiaan. Bentuk negara ini dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan
oleh filsuf.
Negara orang-orang bodoh adalah negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
Negara orang-orang fasik (al-Madinah al-Fasiqah)
Negara orang-orang fasik adalah negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara
orang-orang bodoh.
Negara yang berubah-ubah (al-Madinah al-Mutabaddilah)
Penduduk negara ini awalnya mempunyai pikirkan dan pendapat seperti
yang dimiliki penduduk negara utama, tetapi mengalami kerusakan.
Negara sesat (al-Madinah ad-Dallah)
Negara sesat adalah negara yang pemimpinnya menganggap dirinya
mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak dengan ucapan dan
perbuatannya
c. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-Husain bin Abdullah. Ia dilahirkan di Afsyanah, Bukhara pada tahun 890 M dan meninggal di Hamdan pada tahun 1037 M. Ia merupakan seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama. Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Sejak kecil, Ibnu Sina mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan kedokteran.
Karya Ibnu Sina
Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis. Kebanyakan tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sebagian lain menggunakan bahasa Persia. Buku-bukunya yang terkenal, antara lain seperti berikut :
Asy-Syifa’ (Penyembuhan). Sebuah buku yang menjadi literature penting dalam dunia kedokteran di Eropa.
Al-Qanun fit-Tibb (Peraturan-peraturan dalam Kedokteran)
Al-Isyarat wa at-Tanbihat (Isyarat dalam Penjelasan)
Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur).
‘Uyun al Hikmah ( Mata air Hikmah ).
d. Ibnu Maskawaih
Ibnu Maskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada tahun 1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Selain itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu kimia.
Ibnu Maskawaih mempunyai hubungan yang baik dengan para penguasa pada zamannya. Ia pernah mengabdi kepada Abu Fadl al-Amid sebagai pustakawan. Setelah itu, ia mengabdi kepada putranya, Abu al-Fath Ali bin Muhammad. Kedua orang tersebut menjadi menteri pada masa Dinasti Buwaihiyah. Ia juga pernah mengabdi kepada Adud Daulah, seorang penguasa Dinasti Buwaihiyah. Ibnu Maskawaih merupakan seorang pemikir muslim yang produktif
Karya Ibnu Miskawaih
Beberapa karya tulisnya yang sampai kini masih ada, antara lain sebagai berikut :
Al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar)
Al-Fauz al-Asgar (Kemenangan Kecil)
Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-bangsa)
Uns al-Farid (Kesenangan yang tiada tara)
Tartib as-Sa’adah (Akhlaq dan politik)
As-Siyas (Aturan hidup)
Jawidan Khirad (Ungkapan Bijak)
Tahzib al-Akhlaq (Pembinaan Akhlaq)
Pemikiran filosofis Ibnu Maskawaih yang ditunjukkan pada etika dan moral dimuat dalam tiga bukunyaq, yaitu Tartib as-Sa’adah, Tahzib al-Akhlaq, dan Jawidan Khirad
e. Al-Gazali
Al-Gazali lahir di kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus, Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M dan meninggal pada tahun 1111 M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan sufi termasyhur sepanjang sejarah Islam.
Ia lahir dari keluarga sederhana yang taat beragama. Pendidikannya dimulai dengan belajar Al-Qur’an dari ayahnya sendiri. Sepeninggal ayahnya, ia dan saudaranya dititipkan pada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang temah ayahnya dan sufi besar. Dari ar-Razikani, al-Gazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat hidup, dan kehidupan spiritual para wali. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Jurjan dan berguru pada Imam Abu Nasr al-Isma’il. Beberapa tahun kemudian, ia pergi ke Nisabur dan memasuki Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah yang didirikan oleh Nizamuk Mulk, perdana menteri dari Dinasti Saljuk. Di sana, al-Gazali berguru kepada Imam Haramah al-Juwaini tentang ilmu usul fiqih, ilmu mantiq, dan ilmu kalam. Karena bakatnya, al-Gazali diangkat sebagai asisten yang menggantikan al-Juwaini mengajar jika ia berhalangan hadir.
Karya Al Ghazali
Di Nisabur ini, bakat menulis al-Gazali berkembang. Ia menulis hampir 100 buku tentang teologi, fiqih, tasawwuf, akhlak, dan autobiografi dalam bahasa Arab dan Persia. Karena keahliannya di berbagai bidang ilmu, baik filsafat, ilmu kalam, fiqh dan tasawuf maka Ia mendapat gelar Hujjatul Islam.
Diantara bukunya yang terkenal adalah sebagai berikut :
Maqasid al-falasiyah (Tujuan dari Filsuf)
Tahafut al-Falasiyah (Kekacauan para Filsuf)
Ihya’Ulumudin (Menghidupkan ilmu-ilmu Agama). Berisi tentang perpaduan antara fiqh dan tasawuf dan merupakan buku yang terkenal dalam ilmu tasawuf dan ilmu kalam.
Al-Munqiz min ad-Dalal (Penyelamat dari Kesesatan)
f. Ibnu Rusyd
Ia seorang filsuf ulung yang juga ahli ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang lain, seperti biologi, kedokteran, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir di Cordova, Spanyol pada tahun 1126 M dan meninggal di Maroko pada tahun 1198 M. Di Barat/Eropa dia dikenal dengan nama Averroes. Ulasan-ulasannya terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan di Eropa sehingga muncul di sana suatu aliran filsafat yang dinisbahkan pada namanya, yaitu Averroisme. Salah satu dampak pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa adalah terjadinya kebebasan berpikir di sana.
Karya Ibnu Rusyd
Diantara karyanya ialah Fasl al-Maqal fi ma baina asy-Syari’ah wal Hikmah minal Ittisal (Pembeda yang jelas hubungan antara Syariat dan Filsafat). Al-Kasyf’an Manahij al-Adillah fi Aqaid al-Millah (Menyingkap Metodologi Dalil dalam Akidah Agama), dan Tahafut at-Tahafut (Kerancauan Berpikir dalam buku kerancauan filsafat). Buku terakhir ini ditujukan untuk membantah pendapat-pendapat al-Gazali dalam buku Tahafut al-Falasifah (Kerancauan Filsafat). Selain seorang filsuf, Ibnu Rusyd juga seorang dokter dan ahli hukum Islam (fiqih). Kitab fiqihnya yang terkenal adalah Bidayatul Mujtahid (Permulaan bagi Mujtahid).
2. Tokoh – tokoh dan Hasil Karya di Bidang Kedokteran
a. Ibnu Musawah
Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Yuhana bin Musawah. Ia seorang dokter yang masyhur pada abad ke-9 M/3 H. Kariernya sebagai dokter dimulai sejak masa khalifah Harun ar-Rasyid hingga al-Mutawakkil. Ia pernah menjadi dokter istana dan terkenal sebagai dokter spesialis diet. Diantara karyanya yang terpenting ialah An-Nawadir at-Tibbiyah, sebuah kumpulan aforisme medis, dan Kitab al-Azmina, sebuah deskripsi tentang musim sepanjang tahun. Ia juga banyak berjasa dalam menerjelahkan buku-buku kedokteran Yunani.
b. Jabir bin Hayyan
Jabir bin Hayyan dikenal sebagai seorang ahli kimia dan dokter termasyhur. Di Barat, ia terkenal dengan nama Geber. Ia lahir di Tus pada tahun 721 M dan meninggal pada tahun 815 M di Kufah. Ia dekat dengan keluarga khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad karena hubungan baiknya dengan keluarga Barmak. Seiring dengan tersingkirnya keluarga Barmak pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah hingga wafat.
Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan juga menulis tentang logika, matematika, kedokteran, dan fisika. Karya tulisnya berjumlah hamper 80 buah dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Diantara karya tulisnya adalah at-Tajmi’ dan az-Zi’biq asy-Syargiy
c. Ar-Razi
Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Nama lengkapnya Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi. Ia berasal dari Persia. Ia lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota yang sama. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat.
Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi, sebuah Ensiklopedi Kedokteran yang berjumlah 20 jilid. Buku ini mengandung ilmu kedokteran Yunani, Arab, dan Suriah yang ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 M. Sejak itu, buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas –universitas Eropa hingga abad ke-17 M. Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Hasbat. Buku ini membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40 kalinya.
d. Ibnu Sina
Ketika membicarakan filsafat, kita telah mengenal Ibnu Sina. Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Konon, karyanya mencapai 200 buah yang meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fit-Tibb. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya Ibnu Sina ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang mempelajarai kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai kemungkinan penalaran wabah penyakit phthisis (penyakit saluran pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku ini.
3. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Astronomi
a. Al-Battani
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sinan al-Battani. Ia termasuk astronom Arab terbesar. Astronom yang dilahirkan sekitar tahun 858 M ini bekerja di observatorium yang dibangun oleh Khalifah al-Ma’mun. Ia wafat pada tahun 929 M di Kasr al-Jis, sebelah Timur Sungai Tigris/ Dajlah. Diantara karyanya ialah Kitab al-Buruj fi ma baina Arba’ al-Falak, sebuah buku yang berbicara tentang naiknya tanda-tanda zodiac, dan memberikan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan astrologis. Kitabnya yang berjudul Risalat fi Tahqiq Akdar al-Ittisalat berisi uraian mengenali penentuan secara tepat kuantitas dari penerapan-penerapan astrologis.
b. Al-Biruni
Al-Biruni adalah saintis muslim terkemuka pada masa Abbasiyah. Selain ahli astronomi, ia juga ahli dalam bidang kedokteran, fisika, dan matematika. Ilmuwan bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhamamd bin Ahmad al-Biruni ini lahir di pinggiran kota Khawirizmi pada tahun 973 M. Ia telah berjasa dalam menentukan arah kiblat. Selama hidupnya ia telah menulis banyak buku, seperti Kitab at-Tafhim li Awa’il Sina’i at Tanjim (berisi astronomi, geometri, aritmatika dan astrologi). Karya lainnya adalah al-Qanun al-Ma’udi (ketentuan-ketentuan al-Mas’udi), Kitab al-Hind (buku tenang India), dan Maqalid ‘Ilm al-Hay’ah (kunci ilmu perbintangan). Pada tahun 1048 M ia meninggal di Ghazna.
c. Al Khawarizmi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia hidup pada tahun 780-850 M/194- 266 H.Di samping ahli dibidang astronomi ia juga ahli di bidang matematika. Salah satu jasanya di bidang matematika adalah menyusun buku tentang al jabar ( dalam bahasa Inggris disebut Al goritme ) yang berjudul Muktasar fi Hissab al jabiwa al muqaballah ( Ringkasan Perhitungan Al jabar dan Perbandingan ) yang disusun pada tahun 825 pada masa pemerintahan Al Makmun. Ia dikenal sebagai Bapak Al Jabar dan di Barat / Eropa dikenal dengan nama Algoarisme / Algorisme.
Di samping itu ia juga berhasil menemukan angka “nol” ( 0 ) yang dalam bahasa Arab disebut “sifr” dalam bukunya Al jam’wa at Tafriq bi Hisab al Hind ( Menambah dan memecah dengan perhitungan India ). Pada mulanya angka 1 sampai 9 berasal dari Hindu (India), kemudian dikembangkan oleh umat Islam (Arab), sehingga angka 1 sampai 9 dan angka nol ( 0 ) disebut sebagai angka (bilangan) Arab, kemudian berkembang lagi menjadi angka (bilangan) Latin.
B. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Bidang Ilmu Agama Islam dan Karya-karyanya
Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya
Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya
Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.
1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
BUKHARI, karyanya antara lain Sahih al-Bukhari, at-Tarikh as-Sagir, at-Tarikh, al-Ausat, Tafsir al-Musnad al-Kabir, Kitab al-illal, Kitab ad-Duafa, Asami as-Sahab, dan Kitab al-Kura.
MUSLIM, karya terbesarnya adalah al-Jami’as-Shahih Muslim yang lebih dikenal dengan sebutan Shahih Muslim. Hadits-hadits yang dimuat dalam Shahih Muslim adalah hadits yang telah disepakati dan disaring dari 300.000 hadits yang diketahuinya
ABU DAWUD, karyanya yaitu Sunan Abi Dawud. Para ulama memasukkan kitab tersebut ke dalam kutubus-sittahh atau enam hadits utama. Kitab hadits itu memuat 4.800 hadits dari sekitar 500.000 hadits yang dikumpulkannya. Kitab Sunan Abi Dawud merupakan yang paling popular diantara karangan-karangan Abu Dawud yang berjumlah 20 judul. Tidak kurang dari 13 judul kitab telah ditulis untuk mengulas karya tersebut dalam bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), dan tahzib (revisi).
AT TIRMIDZI , diantara kelebihan Sunan at-Tirmidzi adalah pencantuman riwayat dari sahabat lain mengenai suatu masalah yang dibahas dalam hadits pokok, baik yang isinya semakna, berbeda, maupun bertentangan secara langsung atau tidak langsung. Hal itu membuat pembahasan suatu masalah dalam Sunan at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari atau Sahih at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari atau Sahih Muslim. Apabila kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim hanya dapat dipahami oleh seorang ahli, Sunan at-Tirmizi dapat dipahami oleh siapa pun.
AN-NASA’I menulis beberapa kitab, as-Sunan al-Kubra (Sunah-sunah yang Agung), as-Sunan al-Mujtaba’ (Sunah-Sunah Pilihan) yang terkenal dengan Sunan an Nasa’i, Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-Duafa (Kitab tentang Orang-orang Kecil), Khasa’is Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (Keistimewaan Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib), Musnad Ali (Hadits dari Ali), dan Musnad Malik (Kitab Hadits dari Malik), dan tafsir.
Kitab as-Sunan al-Mujtaba’ atau lebih dikenal Sunan An Nasa’i merupakan kitab yang terkenal dari Imam an-Nasa’i pada saat ini. Kitab ini memuat 5.716 hadits dan termasuk dalam kutubussittah.
Usaha-usaha untuk memelihara hadits diantaranya sebagai berikut :
Menghafal hadits-hadits
Memperbaiki susunan kitab-kitab hadits
Mengumpulkan hadits-hadits yang masih berserakkan ke dalam bagian-bagian yang lebih sistematis
Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadits terdahulu
Beberapa jenis kitab yang dihasilkan para ulama dalam periode ini adalah sebagai berikut :
Kitab Mustakhrij
Yaitu kitab yang dihasilkan dengan metode istikhraj. Cara kerja metode ini adalah mengambil hadits dari seorang ulama hadits tertentu, lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama tersebut.
Kitab Atraf
Yaitu kitab yang menyebut sebagian dari teks atau matan hadits saja, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu.
Kitab Mustadrak
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang memiliki syarah dari al-Bukhari dan Muslim atau salah satu diantara keduanya.
Kitab Jami’
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah ada
2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,
Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah kitab yang berjudul Jami’al- Bayan fi Tafsir Al-Qur’an yang bisa disingkat at-Tafsir atau Tafsir Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari menyebutkan bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang juga menghargai pendapat para Sahabat dan Tabiin. Selain dalam ilmu Tafsir Ia juga menghasilkan beberapa karya lain, diantaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (Sejarah para Rasul dan Raja-raja). Tarikh ar-Rijal (Sejarah Para Tokoh), dan Tahzib al-Asar (Sebuah buku dalam bidang hadits)
Fakhruddin Ar Razi,
Nama lengkap Abu Abdullah Muhamamd bin Umar bin Usain at-Taimi al-Bakhri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fatkhruddin. Ia lahir di Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Heart, Afganistan pada tahun 1209 M.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah min al-llm al-Ilahi, Asas Taqdis dan al-Arba’in fi Usuluddin. Dalam bidang tasawwuf karyanya adalah hikmah al-Irsyad dan an-Nazar ila Lata’if al-Assas dan Kitab Syarh ‘Uyun al-Hikmah. Dalam bidang filsafat karyanya adalah Kitab Syarh Qism al-Ilahiyat min al-Isyarah li Ibn Sina dan Lubah al-Isyarah. Ia juga menuliskan buku dalam bidang sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syafi’i dan Kitab Syarh Saqt al-Zind li al-Mu’ri. Salah satu bukunya dalam bidang usul fiqih adalah al-Mahsuf fi ‘Ilm Usul al-Fiqh.
Az Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Kasim Mahmud bin Umar az-Zamakhsari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan meninggal di Jurjaniyah tahun 1134 M.
Karya tafsir az-Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasyaf an Haqaid at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil (Penyingkap Tabir Hakikat Wahyu dan Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134 M. Dalam kitab ini, az-Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan merunjuk pada balaghoh atau keindahan retorika untuk membuktikan sebagian aspek mukjizat Al-Qur’an. Kitab ini dikritik karena disisipi pandangan Muktazilah.
3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya
Imam Hanafi,
Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M/80 H dan meninggal di Baghdad pada tahun 776 M/157 H.
Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin, seperti Ata’ bin bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam Hammad bin Abi Sulaiman. Selain mendalami ilmu fiqih, Imam Hanafi juga mendalami hadits dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat erat kaitannya denga ilmu fiqih. Dalam menetapkan sebuah hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu Al-Qur’an, sunah Rasulullah SAW, fatwa dari sahabat, kias, istihsan, ijmak, dan urf. Pemikirannya dalam fiqh sebagian besar diikuti oleh umat Islam di Turki, Mesir, Turkistan, Afganistan, India dan Pakistan.
Imam Malik,
Imam Malik merupakan keturunan Yaman yang lahir di Madinah pada tahun 715 M/93 H dan meninggal di kota yang sama pada tahun 795 M/179 H. Nama lengkapnya adalah Abdullah Malik bin Abi Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbani.
Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-Muwatta’. Inilah kitab hukum Islam tertua yang sampai pada kita. Kitab itu ditulis atas permintaan Khalifah al-Mansur dan selesai penulisannya pada masa Khalifah al-Mahdi. Kitab itu merupakan kitab hadits sekaligus kitab fiqih karena berisi hadits-hadits yang berkaitan dengan bidang-bidang fiqih
Imam Syafi’I
Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M/150 H dan meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M/204 H
Beberapa karya tulisnya adalah ar-Risalah (membahas tentang usul fiqih), al-Umm (membahas kitab fiqih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadits-hadits nabi), dan ikhtilaf al-Hadits (hadits mengenai perbedaan-perbedaan dalam hadits).
Imam Hambali lahir di Baghdad pada tahun 708 M/164 H dan meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M/241 H. Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hambal.Ia hidup pada masa khalifah al Makmun sampai masa al Mutawakkil
Karya besar dalam ilmu hadits yaitu Kitab al-Musnad yang menghimpun 40.000 hadits yang disusun berdasarkan tertib nama sahabat yang meriwayatkannya, kebanyakan hadits dalam kitab al-Musnad berderajat sahih dan hanya sedikit sekali yang berderajat dhaif.
Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Kitab as Salah, Ar Roddu ‘ala az Zindiq (sebuah risalah tentang sanggahannya terhadap ajaran Muktazilah), Kitab At Tarikh (Kitab Sejarah), Tafsir Al-Qur’an, Kitab an-Nasikh wal Munsukh, Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar, Kitab al-Manasikh al-Kahir, Kitab al-Illahh, Kitab al-Wara, dan Kitab Ta’at ar-Rasul
4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.
Diantara tokoh tasawuf Suni adalah :
Al-Haris bin Asad al-Muhasibi yang wafat tahun 838 M di Baghdad. Ia meninggalkan beberapa karya antara lain ar-Ri’ayat li Huquqillah (menjaga hak-hak Alloh, mengajarkan kita disiplin diri atau muhasabah), Kitab Al Wasaya (mengurai perilaku hidup zuhud), Fasl fi mahabbah (mengungkap kecintaannya kepada Tuhan).
Junaid al Baghdadi, menurut pendapatnya memperdalam pengenalan kepada Alloh harus bersamaan dengan pengingkatan amal dan disiplin diri.
Abu Nasr as Sarraj at Tusi yang menulis Kitab al Luma’
Adapun tasawuf yang bersifat filsafat adalah tasawuf yang sudah tercampur dengan metafisika. Tasawuf model ini juga disebut tasawuf filsafat. Diantara tokohnya adalah :
Zunnun al-Misri yang wafat tahun 899 M di Iskandariah. Selain ahli tasawuf ia juga dikenal ahli kimia dan ahli tulisan Mesir kuno ( hieroglif ). Ia sering disebut sebagai bapak teori ma’rifat.
Abu Yazid al-Bustami yang wafat tahun 875 M di Bistam.
Husain bin Mansur al Hallaj yang terkenal dengan teorinya hulul dan al Haqiqat al Muhammadiyah.
D. IDENTIFIKASI KEBUDAYAAN / BERADABAN PADA MASA BANI ABBASIYAH
Dengan ringkas pengidentifikasian terangkum sebagai berikut :
Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.
TOKOH ILMUWAN MUSLIM MASA BANI ABBASIYAH
Ilmu Hadis : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi , An Nasa’I dan Ibnu Majah
Tafsir : Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari, Fakhruddin Ar Razi, Az Zamakhsyari
Ilmu Fiqih : Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam hambali
Ilmu Tasawuf : Kharis bin Asad al Muhasibi, Abu Nashr as Sarraj at Tusi, Abu Thalib al Maki, Abu Bakar al Kalabasi, Dzunun al Misri, Abu Yazid al bistami
Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah
1. Ilmu Filsafat : Al Kindi, Ar Razi, Al Farabi, Ibnu Sinna, Ibnu Maskawaih dan
Al Ghozali
2. Ilmu Astronomi : Abu Mansur Al Fallaki, Jabir Batani, Abu Hasan dan
Raihan al Biruni
3. Ilmu Kedokteran : Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, al Kindi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Sahal,
Abu Bakar ar Razi dan Ali bin Abbass
4. Ilmu Matematika : Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Fazari dan Al Farghani.
Prestasi Bani Abbasiyah :
Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.
EVALUASI
a. Tugas Individu
Pelajarilah materi tentang tokoh-tokoh ilmuwan muslim masa bani abbasiyah beserta karyanya..
b. Tugas Kelompok
Ajaklah temanmu mendiskusikan tentang tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa bani abbasiyah.
MODUL 4
PELAJARAN 4
MENGAMBIL IBRAH DARI PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN / PERADABAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH PADA MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG
Standar Kompetensi :
Perkembangan Islam Masa Bani abbasiyah
Kompetensi Dasar :
Mengambil Ibrah dari Perkembangan Kebudayaan / Peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah Untuk masa kini dan yang akan datang
INDIKATOR
6.4.1. Peserta didik mampu mengaitkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini
6.4.2. Peserta didik mampu menunjukkan contoh negatif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah
6.4.3 Mengelompokkan nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah
6.4.4 . Mengubah prilaku nilai-nilai negatif ke nilai-nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah
6.4.5 Mendemonstrasikan kegigihan para tokoh perkembangan kebudayaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah
A. Nilai-nilai Positif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam
pada masa Abbassiyah
Penerapan Nilai Keseimbangan antar Sistem Pemerintahan dan Kekuatan Rakyat
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan
mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari Bangsa Yunani,
Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani Abbasiyah, tidak hanya
mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan India melainkan karena mendapat
”cahaya Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasululllah SAW.”
Nilai Kesungguhan dan Kebersamaan Khalifah dalam memajukan Negara dengan
Keihlasan para Ilmuwan dan Ulama
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan antara lain :
Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam
Para ulama bener-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliah dan amal ilmiah
Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt
B. Nilai-nilai Negatif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam
pada masa Abbassiyah
Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara lain:
Perpecahan antar bangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (’Ajam);
Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab;
Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan;
Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan;
Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru;
Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap konsumtif di lingkungan keluarga khalifah;
Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin generasi sebelumnya;
Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan militer Islam.
C. Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah
Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT
D. Dampak Perkembangan Ilmu Agama Bagi Perkembangan Umat
Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut :
Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-hadits tersebut sudah teruji kesahihannya.
Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul
Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui isi, dan makna kandungan Al Qur’an sebagai pedonam dalam kehidupan sehari-hari
Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab yag kadang menimbulkan perpecahan
Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama.
EVALUASI
A. Tugas individu
Bacalah dan ceritakan kembali ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang.
B. Tugas kelompok
Mencari buku / literatur yang berkaitan dengan hasil ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang di perpustakaan
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !
Sebutkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini !
Tunjukkan 3(tiga) contoh dampak negatif dari kemunduran perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah !
Tulislah 4 (empat) contoh nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah !
Tunjukkan 3 (tiga) dampak positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah !
MODUL
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DISUSUN OLEH :
DEDE KOMALA, S.Pd.I
KELAS : IX ( Sembilan )
SEMESTER : I ( satu )
MTs. MOHAMAD TOHA KOTA CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
M O D U L 1
MATERI SKI KELAS IX
Semester 1
PELAJARAN 1
SEJARAH, PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM SERTA WUJUD AKULTURASINYA DI INDONESIA
Standar Kompetensi :
8. Memahami Perkembangan Islam Di Indonesia
Kompetensi Dasar :
Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial dan pengajaran
PERTEMUAN 1
Indikator :
8.1.1. Menjelaskan Waktu masuknya Islam ke Indonesia.
8.1.2. Menunjukkan bukti-bukti masuknya Islam ke Indoensia berdasarkan waktu masuknya Islam ke Indonesia.
8.1.3. Menunjukakan jalur masuknya Islam ke Inonesia.
8.1.4. Menujukkan daerah yang pertama kali menerima Islam
8.1.5. Menjelaskan “Teori” Sejarah masuknya Islam di Indonesia melalui perdagangan
Waktu Masuknya Islam ke Indonesia dan bukti-bukti sejarahnya :
1. Islam masuk Indonesia Abad 7 M, dg bukti :
a. Catatan Sejarah Kerajaan Cina (Pada masa Dinasti Tang terdapat orang “Ta-shih” /orang
Arab, yg akan menyerang Kerajaan Holing)
b. Berita Chou-Ku-Fei (1178 M)
c. Berita Jepang (784 M)
2. Islam masuk Indonesia Abad 13 M, dengan bukti :
a. Catatan Perjalanan Marcopolo (1292 M).
b. Berita Ibnu Bathutoh
Jalur Masuknya Islam ke Indonesia :
Jalur Utara : Arab (Makkah dan Madinah) Damascus - Baghdad - Gujarat – Pantai Baru India – Srilanka – Indonesia.
Jalur Selatan : Arab (Makkah dan Madinah) Gama – Gujarat – Srilanka – Indonesia.
Daerah Yang Pertama Kali Menerima Islam Bukanlah Daerah Pedalaman Tetapi Daerah Pesisir, Hal Ini Karena Sarana Transportasi Yang Dipakai Pada Waktu Itu Masih Berupa Kapal
Daerah yang pertama kali disinggahi oleh para muballigh dan saudagar muslim adalah daerah Sumatera Barat (Pulau Barus), kemudian ke Samudera Pasai. Dari sini Islam menyebar ke Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Maluku.
Peta Penyebaran Islam di Indonesia abad 13
Peta Penyebaran Islam abad 7
Teori Masuknya Islam Ke Indonesia Berdasarkan Kajian Para Sejarah
Teori Gujarat
( Islam masuk Indonesia abad 13 M, Dibawa oleh pedagang Gujarat (India).
Bukti/Dasar :
-Adanya hubungan dagang antara India dengan Indonesia,
-Makam di Samudera Pasai (Sultan Malik As Salih) bercrak Gujarat.
Tokoh Teori ini : Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke
2. Teori Makkah
(Islam masuk Indonesia abad ke 7 M, Dibawa oleh orang-orang Arab (Mesir).
Bukti/Dasar :
- Adanya perkampungan Arab di Pantai Barat Sumatera (Bahrus).
- Berkembangnya Madzab Syafi’I di kerajaan Samudera Pasai
- Penggunaan gelar “Al Malik” yang berasal dari Mesir.
Tokoh Teori ini : Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold
3. Teori Persia
(Islam masuk abad ke 13 M, Dibawa oleh pedagang dari Persia (Iran)
Bukti/Dasar :
-Adanya peringatan 10 Assuro oleh pengikut Syi’ah di Indonesia (Upacara Tabut di
Sumatera Barat).
-Makam Maulana malik Ibrahim di Gresik yang berasal dari Persia.
-Adanya Perkampungan Leran (di Gresik).
Tokoh Teori ini : Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat
Evaluasi
Untuk mempermudah kalian mempelajari dan memperdalam tentang teori masuknya Islam ke Indonesia, cobalah kamu isi kolom di bawah ini dengan benar !
Nama Teori
Waktu masuknya Islam ke Indonesia
Bangsa yang membawa
Dasar Teori
Tokoh
1.
2.
3.
PERTEMUAN 2
Indikator :
8.1.6. Menyebutkan kelompok pembawa Islam di Indonesia
8.1.7. Menyebutkan media atau cara yang dipakai untuk
menyampaikan Islam.
8.1.8. Menjelaskan masuknya Islam melalui perdagangan
8.1.9. Menjelaskan masuknya Islam melalui perkawinan
8.1.10. Menjelaskan masuknya Islam melalui Tasawuf
8.1.11. Menjelaskan masuknya Islam melalui Pendidikan.
8.1.12. Menjelaskan masuknya Islam melalui kesenian
8.1.13. Menjelaskan masuknya Islam melalui politik.
8.1.14. Menyebutkan kelompok penerima Islam di Indonesia
Kelompok Pembawa Islam Ke Indonesia :
1.Pedagang / Saudagar Muslim
2.Muballigh
3.Para Sufi (Penganut Paham Tasawuf)
4.Guru Agama
Kelompok Penerima Islam Di Indonesia :
1. Kelompok Elit (para raja, bangsawan, penguasa dan pengusaha)
2. Kelompok Wong Cilik (Mereka adalah para masyarakat lapisan bawah )
Media / Cara masuknya Islam ke Indonesia :
1.Perdagangan
2.Perkawinan
3.Tasawuf
4.Pendidikan
5.Kesenian
6. Politik
Masuknya Islam melalui Perdagangan:
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam ke Indonesia adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur benua Asia.
Masuknya Islam melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
Pada masa itu pedagang muslim yang datang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan (kampung Arab). Dari tempat ini mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam.
Masuknya Islam melalui Perkawinan :
- Dari Sudut Ekonomi, Para Pedagang Muslim Memiliki Status Sosial Yang Lebih Tinggi Dan
Lebih Baik Daripada Kebanyakan Masyarakat Pribumi, Sehingga Penduduk Pribumi,
Terutama Putri-putri Bangsawan Tertarik Untuk Menjadi Istri-istri Saudagar-saudagar
Tersebut.
- Sebelum Menikah, Mereka Masuk Islam Lebih Dahulu. Setelah Mereka Mempunyai
Keturunan, Lingkungan Mereka Semakin Meluas Dan Akhirnya Muncul Kampung-kampung,
Daerah-daerah Dan Kerajaan-kerajaan Muslim.
- Jalur Perkawinan Ini Lebih Menguntungkan Dan Lebih Cepat Dalam Penyebaran Agama Islam
Apabila Terjadi Perkawinan Antara Anak Bangsawan, Anak Raja Dan Anak Adipati Atau
Penguasa.
- Mereka Adalah Orang-orang Yang Mempunyai Kekuasaan Dan Pengaruh Dalam Masyarakat
Sehingga Turut Mempercepat Proses Masuknya Islam Di Indonesia.
Beberapa Contoh Pernikahan Yang Dilakukan Ulama Dengan Keturunan Raja Antara Lain :
A. Maulana Ishak Menikah Dengan Putri Prabu Blambangan Yang Melahirkan Anak Sunan Giri.
B. Syarif Abdulah Yang Menikah Dengan Putri Prabu Siliwangi Melahirka Sunan Gunung Jati.
Masuknya ke Indonesia melalui Tasawuf:
Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli di bidang ilmu tasawuf disebut Sufi.
Pengajar-pengajar tasawuf atau para Sufi, mengajarkan teosofi (ilmu tasawuf) yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam soal-soal magis (yang berhubungan dengan hal-hal gaib) dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini puteri-puteri bangsawan setempat.
Dengan tasawuf bentuk Islam yang di ajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru tersebut mudah dimengerti dan diterima.
Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
Masuknya ke Indonesia melalui Pendidikan :
Masuknya agama Islam ke Indonesia juga dilakukan melalui pendidikan, yaitu melalui pondok pesantren yang dilakukan dan diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiyai-kiyai dan ulama-ulama.
Seperti Sunan Ampel yang mendirikan pondok pesantren Ampel Denta, pesantren Glagah Wangi Demak yang didirikan Raden patah, demikian pula dengan Sunan Giri dan Sunan Bonang.
Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru, dan kiyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu untuk mengajarkan agama Islam.
Masuknya ke Indonesia melalui Kesenian:
Masuknya agama Islam melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukan wayang.
Sunan Kalijaga adalah tokoh paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan tetapi ia meminta para penonton untuk mengikuti mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam.
Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat untuk menyampaikan Islam, seperti sastera (hikayat, babad), seni bangunan dan seni ukir
Masuknya ke Indonesia melalui Politik :
Di beberapa daerah di Indonesia kebanyakan rakyat masuk Islam setelah penguasa atau rajanya masuk Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat membantu tersebarnya Islam di Nusantara ini. Di samping itu kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk agama Islam menaklukkan kerajaan-kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Evaluasi
Coba kamu bersilaturakhim ke tokoh masyarakat / Ulama / kyai yang ada di daerahmu, kemudian tanyakan pada beliau bagaimana masuknya Islam ke daerahmu, Isikan hasil silaturrakhimmu pada kolom di bawah ini !
Nama daerah/
Desa/Kec.
/Kab.
Waktu Masuknya Islam
Pembawa/
Penyiar Islam
Media
yang dipakai
Bukti Peninggalan /Bukti Sejarah
Tokoh-tokoh
Islam
yang ada saat
sekarang
PERTEMUAN 3
Indikator :
8.1.15. Menyebutkan faktor-faktor yang mentebabkan agama Islam mudah
diterima di Indonesia dan dapat berkembang dengan cepat.
8.1.16. Menyebutkan pengaruh Islam terhadap sistem pemerintahan kerajaan
di Indonesia.
8.1.17. Menyebutkan Wujud Akulturasi Antara Kebudayaan Nusantara Dengan
Kebudayaan Islam
Faktor yang menyebabkan Islam mudah diterima dan dapat berkembang dengan cepat di Indonesia :
Syarat masuk Islam sangat mudah yaitu hanya dengan mengucap kalimat syahadat.
Islam tidak kenal sistem kasta. Dalam pandangan Islam semua manusia adalah sama di hadapan Alloh, yang membedakan diantara mereka adalah “ketaqwaannya” kepada Alloh SWT. (lihat Q.S Al Hujurat : 13 : “...Inna akromakum ‘indallohi
atqookum ...”)
Islam disampaikan secara damai tanpa adanya kekerasan dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat
4. Pelaksanaan ibadah dan upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana, lebih
murah dan lebih mudah dipahami oleh akal dibandingkan dengan upacara-upacara keagamaan
agama lain.
5. Aturan-aturan Dalam Islam Bersifat Fleksibel Dan Tidak Memaksa
6. Adanya Kesamaan Budaya Antara India / Gujarat Dengan Indonesia Ketika Islam Datang.
(Agama Islam yang masuk ke Indonesia melalui jalur Gujarat India mendapat pengaruh Hindu
dan Budha sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh penduduk setempat, karena
ada kesamaan paham).
7. Melemahnya Kerajaan-kerajaan Hindu Di Indonesia, khususnya kerajaan Majapahit
pada akhir abad ke 15 M
Pengaruh Islam terhadap sistem pemerintahan kerajaan di Indonesia :
Penggunaan gelar “Sultan” untuk mengganti panggilan “Raja”.
Penggunaan istilah-istilah Islam dalam kehidupan masyarakat.
Seorang pemimpin kerajaan (Sultan) secara otomatis juga menjadi pemimpin agama (ulama).
Ulama (pemimpin agama) dan umara (pemimpin pemerintahan) menyatu dalam diri
sultan.
4. Dibentuknya Majlis Ulama Sebagai Penasehat Raja/Sultan.
5. Prosesi pemakaman seorang raja yang meninggal tidak lagi dimakamkan di
candi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Wujud Akulturasi Antara Kebudayaan Nusantara Dengan Kebudayaan Islam :
1. Bidang Seni Bangunan (Masjid)
- Atapnya berbentuk timpang (lancip) seperti rumah joglo di Jawa, tidak bundar seperti
kubah dan paling atas diberi Mustaka
- Tidak disertai bangunan menara tetapi disertai bedug/kentongan sebagai tanda
panggilan adzan.
- Letak masjid dekat dengan istana
- Contoh masjid kuno : Masjid Demak, masjid Banten, Masjid Kudus.
2. Bidang Tulisan / Aksara.
Muncul Arab Melayu/Arab Gundul/Arab Pegon yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
3. Bidang Seni Sastra
Wujud akulturasi dalam seni sastra terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang :
a. Hikayat :
b. Babad :
c. Suluk :
d. Primbon :
peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yan berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
4.Sistem Kalender (Muncul Kalender Jawa Yang Dibuat Oleh Sultan Agung Dari Mataram).
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini nama hari yang dipakai adalah hari pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Oleh Sultan Agung dibuatlah Kalender Jawa, (perpaduan antara kalender Saka dengan kalender Hijriyah) dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Jawa tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
5. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yan bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan. Seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/ dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
Cobalah kamu amati segala sesuatu yang berhubungan dengan cultur Islam de sekitar
tempat tinggalmu. Adakah Seni atau tradisi yang merupakan wujud akulturasi antara Islam dengan kebudayaan lokal (kebudayaan selain Islam) yang ada di daerahmu ! Kalau ada coba kamu ceritakan !
Coba kamu amati salah satu kalender yang kamu miliki, kemudian catatlah nama-nama
bulan dalam kalender Hijriyah dan bandingkan dengan nama bulan dalam kalender Saka. Hafalkan nama-nama bulan dalam Kalender Hijriyah !
Pelajaran 2
Sejarah Beberapa Kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi
Standar Kompetensi :
8. Memahami perkembangan Islam di Indonesia
PERTEMUAN 1
Indikator :
8.2.1. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang beridiri di pulau Jawa (Kerajaan Demak)
8.2.1. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang beridiri di pulau Jawa (Kerajaan Mataram Islam)
8.1.3. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang beridiri di pulau Jawa (Kerajaan Banten)
Kerajaan Islam di pulau Jawa :
Kerajaan Demak
Kerajaan Banten
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Islam di pulau Sumatera :
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Malaka
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Islam di pulau Sulawesi :
Kerajaan Gowa dan Tallo (Makassar)
Kerajaan Ternate
Kerajaan Tidore
KERAJAAN DEMAK
Letak : Bintoro (Glagah wangi /Muara Sungai Demak)
Merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
Pendiri : Raden Patah
Latar belakang : melemahnya kerajaan Majapahit
Tahun berdiri : 1500 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Raden Patah, Sultan Trenggono, Adi Pati Unus, Sunan Prawoto, Joko Tingkir (Sultan Hadi Wijoyo).
Adi Pati Unus menyerang Portugis di Malaka : 1513
Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa : 22 Juni 1527 kemudian diubah namanya menjadi “Jayakarta”
Sultan terkenal : Sultan Trenggono
Wilayah kekuasaan :Jepara Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan
Konflik : Terjadi perebutan kekuasaan antara Aryo Penangsang, Sunan Prawoto dan Joko Tingkir.
Kehidupan Ekonomi : dari sektor pertanian
Bukti Peninggalan : Masjid Agung Demak, Tradisi Sekaten, Makam para Wali. Wayang Kulit.
Faktor Keruntuhan : (1)Karena perebutan kekuasaan, (2)Karena perang saudara, (3)Karena pemindahan ibukota dari Demak/Bintoro ke Pajang oleh Joko Tingkir
KERAJAAN BANTEN
Letak : Tepi timur Selat Sunda
Pendiri : Fatahillah (Syarif Hidayatulloh)
Latar belakang : sebagai basis kerajaan Demak untuk menguasai Pajajaran
Tahun berdiri : 1552 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Hasanudin, Panembahan Yusuf, Maulana Muhammad,Abul Mufakir, Abu maali Achmad, Sultan Ageng Tirtoyo, Sultan Haji
Sultan terkenal : Sultan Ageng Tirtoyoso.
Wilayah Kekuasaan : Jawa Barat, Lampung , Bengkulu.
Konflik : Terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtoyoso dengan anaknya (Sultan Haji). Terjadi perang dengan VOC
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan, Pertanian .
Bukti Peninggalan : Masjid Agung Banten, Kampung Pekojan, kampung Pecinan, Benteng Sorosowan, Keraton Kerajaan Banten,Kampung Pande, Kampung Kauman.
Faktor keruntuhan : (1)Karena terjadi Perang Saudara (Sultan Ageng Tirtoyoso (Ayah) dg Sultan haji (Anak), (2)karena Serangan VOC.
Kerajaan Mataram Islam
Letak : Kota gede (yogyakarta)
Pendiri : Sutowijoyo
Latar belakang : Melemahnya Kerajaan Pajang (Demak)
Tahun berdiri : 1558 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Sutowijoyo, Mas Jolang, Sultan Agung/Mas Rangsang, Amangkurat I, Amangkurat II
Sultan terkenal : Sultan Agung.
Pernah berusaha menyerang VOC di Batavia, tetapi gagal yang disebabkan beberapa faktor: 1)Jarak tempuh yang jauh, 2)Kurangnya perbekalan (bahan Makanan), 3) kurangnya persenjataan.
Wilayah kekuasaan : Seluruh pulau Jawa kecuali Batavia dan Banten.
Konflik : Terjadi perang dg VOC yang diakhiri dengan perjanjian Giyanti dan perjanjian Salatiga.
Kehidupan Ekonomi : Pertanian dan perdagangan
Bukti Peninggalan : Kalender Jawa, Kraton Yogya, Kraton Solo, Upacara Grebek, Sekaten.
Faktor Keruntuhan : (1) Karena Serangan VOC, (2)ditanda tanganinya perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga.
Perjanjian Giyanti
Ditandatangani : 1755 M
Isi :
“Mataram dibagi menjadi 2, yaitu :
a.Kesultanan Yogyakarta diperintah oleh Hamengkubuwono
b.Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Pakubuwono”
Perjanjian Salatiga
Ditandatangani : 1757
Isi : Sebagian Yogya diberikan pada Paku Alam sebagai Adipati, sebagian Surakarta diberikan pada Mangkunegaran, akhirnya Mataran dibagi menjadi empat kerajaan kecil, yaitu :
a. Kesultanan Yogyakarta
b. Kasuhunan Surakarta
c. Kerajaan Mangkunegara
d. Kerajaan Pakualam”
EVALUASI
Untuk mempermudah mempelajari tentang Sejarah Kerajaan Demak,cobalah kamu analisa Kerajaan tersebut dengan melihat tahun dan peristiwa yang terjadi serta para tokoh dan peranannya. Tulis jawaban kamu sesuai dengan kolom di bawah ini !
Tahun
Peristiwa
Tokoh
Peranan
1500 M
………………………………
1.Raden Patah
…………………………………………..
1513 M
………………………………
2.Raja Brawijaya V
…………………………………………..
22 Juni 1527
………………………………
3. Adipati Unus
…………………………………………..
4. Sultan Hadiwijaya
…………………………………………..
5. Ki Gede Pemanahan
…………………………………………..
PERTEMUAN 2
Indikator :
8.2.4. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di pulau Sumatera (Kerajaan Samudera Pasai).
8.2.5. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di pulau Sumatera (Kerajaan Malaka).
8.2.6. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di pulau Sumatera (Kerajaan Aceh Darussalam ).
KARAJAAN SAMUDERA PASAI
Letak : Pesisir Timur Laut Aceh
Merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia
Pendiri : Meurah Khair (Mahmud Syah)
Tahun berdiri : Abad 11 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa :
- Dinasti Maurah Khair : Mahmud Syah, Mansyur Syah, Giyasuddin Syah, Maurah Noe (Maharaja Nuruddin)
- Dinasti Maurah Silu : Sultan Malik Al Saleh, Malik Az Zahir I, Malik Az Zahir II, Malik At Tahir III
Sultan terkenal : Sultan Malik Az Zahir II.
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan.
Bukti Peninggalan arkeologis : Batu nisan Sultan Malik Al Saleh dan Jirat Putri Pasai.
Bukti kemajuan :
1. memiliki mata uang berupa dirham
2. penerapan sistem pajak/cukai dalam perdagangan untuk barang-barang yang masuk
3. diberlakukannya hukum/syariat Islam
Pernah dikunjungi Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Bathutoh 1345 M
KERAJAAN ACEH DARUSSALAM
Letak : Sebelah utara pulau Sumatera (Ujuang pantai Aceh)
Pendiri : Sultan Ali Mughoyat Syah
Latar belakang : Melemahnya Kerajaan Samudera Pasai
Tahun berdiri : 1496 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa :Sultan Ali Mughoyat Syah,Salahuddin, Alaudin Riayat Syah Al kahar, Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Sani, Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah.
Sultan terkenal : Sultan Iskandar Muda
Konflik : Terjadi persaingan antara kelompok Teuku (bangsawan) dengan Tengku (Tokoh Agama) dalam memperebutkan pengaruh.
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan.
Bukti Peninggalan : Karya Sastra Hikayat putrou Gumbok Meuh Dan Bustanussalatin.
Bentuk Penghargaan masyarakat Aceh terhadap kaum perempuan :
1. Kaum Perempuan diberlakukan sama /sederajat dengan laki-laki.
2. Kaum perempuan masih tetap memiliki hartanya ketika sudah menikah.
3. Kaum laki-laki harus meminta ijin pada istri ketika mau menceraikan istrinya.
(Hak cerai ada pada istri.
KERAJAAN MALAKA
Letak : di Selat Malaka
Pendiri : Paramisora (Sultan Iskandar Syah) Mrpkn pangeran kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke Malaya akibat kalah dalam perang Paragreg
Tahun berdiri : 1396 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Sultan Iskandar Syah, Muhammad iskandar Syah, Muzafar Syah, Mansyur Syah, Alaudin Syah, Mahmud Syah
Sultan terkenal : Sultan Iskandar Syah
Konflik : Terjadi persaingan dagang dengan bangsa Portugis, pernah diserang oleh kerajaan Siam
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan dan pelayaran, dari penarikan pajak niaga bagi kapal yang lewat selat Malaka
Bukti Peninggalan : Kisah hikayat kepahlawanan Laksamana Hang Tuah, Bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan (Lingua Franca).
Budayanya dipengaruhi oleh budaya Melayu dan bud Islam dan Islam dijadikan sbg agama Negara.
EVALUASI
Untuk mempermudah mempelajari tentang Sejarah Kerajaan Samudera Pasai,cobalah kamu analisa Kerajaan tersebut dengan mengisi kolom di bawah ini !
Dinasti yang pernah berkusa
Nama-nama Raja
Bukti Kemajuan
1. ………………..
1. ……………….
2. ………………
3. ………………
4. ………………
1. …………………………………
2. ………………………………..
3. …...………………………….
4. ……………………………….
2. ……………….
1. ………………
2. ……………..
3. ……………..
4. ……………..
PERTEMUAN 3
Indikator :
8.2.7. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di
pulau Sulawesi (Kerajaan Makassar / Gowa dan Tallo)
8.2.8. Menjelaskan Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di
pulau Sulawesi (Kerajaan Ternate dan Tidore)
KERAJAAN GOWA DAN TALLO (MAKASSAR)
Mrpkn Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia, Hal ini disebabkan beberapa faktor: 1)Menjadi tempat transit internasional, 2) masyarakatnya pandai membuat kapal : Kapal Pinisi dan Lambo. 3)Letaknya dekat dengan pusat pengahsil rempah-rempah
Letak : di Sulawesi Selatan
Pendiri : Sultan Alaudin
Latar belakang : Datangnya seorang penyiar Islam “Dato’ Ri Bandang” ke Sulawesi.
Tahun berdiri : 1591 M
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Sultan Alaudin, Sultan Muhammad Said, Sultan Hassanudin, Mapasomba.
Sultan terkenal : Sultan Hasanudin (bergelar “Ayam Jantan dari Timur, gelar ini diberikan karena keberaniannya menentang VOC)
Konflik : terjadi perang antara Sultan Hasanudin dengan VOC karena persaingan dagang yang diakhiri perjanjian Bongaya
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan danpelayaran
Bukti Peningggalan arkeologis: Benteng Rotterdam
Perjanjian Bongaya
Waktu ditandatangani : 1667 M
Pihak yang menandatangai : VOC, Sultan Hasanudin, Aru Palaka
Isi :
1. VOC mendapatkan hak memonopoli perdagangan di Makassar
2. VOC diperbolehkan mendirikan benteng Rotterdam di Makassar
3. Kerajaan Makassar harus melepaskan daerah-daerah yang dikuasainya serta
mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone
KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
Letak : sebelah barat pulau Halmahera, tepatnya di pulau Ternate dan Tidore
Pendiri : Sultan Hairun
Tahun berdiri : 1257 M (Abad 13 M)
Nama-nama Sultan yang berkuasa : Sultan Hairun, Sultan Babulloh
Sultan terkenal : Sultan Babulloh (Ia mendapat gelar : Tuan dari tujuh puluh dua pulau) karena berhasil memperluas wilayah kekuasaan kerajaan
Konflik : Terjadi persaingan dagang dengan bangsa Portugis, Sponyol dan Belanda (VOC)
Kehidupan Ekonomi : dari sektor Perdagangan dan pelayaran
Bukti Peninggalan arkeologis : Benteng Sao Paolo
Sebutan pulau Maluku di dunia internasional : Spice Island (Karena banyak menghasilkan rempah-rempah)
Faktor yang menyebabkan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia tidak bisa bertahan lama dan akhirnya runtuh :
Terjadinya perang saudara diantara penguasa kerajaan
Lemahnya system kaderiasi dan suksesi kepemimpinan di kalangan kerajaan
Terjadinya perebutan kekuasaan diantara keluarga kerajaan
EVALUASI
Untuk mempermudah mempelajari tentang Sejarah Kerajaan Makasssar, cobalah kamu analisa Kerajaan tersebut dengan mengisi kolom di bawah ini !
Raja-raja
yang berkuasa
Keadaan Ekonomi Kerajaan
Keadaan Sosial Budaya Masyarakat
Faktor yang menyebabkan mjd kerajaan Maritim terbesar
………………….
…………………
…………………
………………….
…………………..
……………………….
…………………………….
…………………………….
…………………………….
……………………………
Pelajaran 3
Para Tokoh dan Perannya dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Standar Kompetensi :
8. Memahami Perkembangan Islam Di Indonesia
Kompetensi Dasar :
8.3. Mengidentifikasi para tokoh dan perannya dalam perkembangan
Islam di Indonesia
PERTEMUAN 1
Indikator :
8.3.1. Mengklasifikasi tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia
8.3.2. Menjelaskan tokoh Abdur Rauf Singkel yang berperan dalam
pengembangan Islam di Sumatera
8.3.3. Menjelaskan tokoh Muhammad Arsyad Al Banjari yang
berperan dalam pengembangan Islam di Kalimantan.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia
Abdur Rauf Singkel : berperan dalam pengembangan Islam di Sumatera terkenal sbg pendiri Tarikat Syatariyah
Muhammad Arsyad Al Banjari : berperan dalam pengembangan Islam di Kalimantan. (Pendiri Lembaga pendidikan : Madrasah / Kampung dalam Pagar)
Wali songo : berperan dalam pengembangan Islam di pulau Jawa.
Dato’ Ri Bandang : berperan dalam mengembangkan Islam di Silawesi.
Abdur Rauf Singkel
Biografi :
Abdul Rauf ibn Ali al-Fansuri (1024 H/1615 M - 1105 H/1693 M) atau juga lebih dikenali sebagai Tok Sheikh di Kuala merupakan seorang penulis dan ulama yang mengajar di Aceh sekitar 1661 M. Abdul Rauf dilahirkan di Singkil, barat Aceh. Dengan itu dia juga dikenali sebagai Abdul Rauf Singkel. Nama panjangnya Syeh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili. Ayahnya adalah Syeh Ali Fansuri, yang masih bersaudara dengan Syeh Hamzah Fansuri.
Pendidikan :
Abdul Rauf mendapat pendidikan awal di India sebelum melanjutkan pengajiannya di Makkah dengan Sheikh Abu Hafas Umar bin Abdullah Ba Shaiban. Beliau juga mendapat pendidikan di Madinah, Jeddah, Mokha, Zavid dan Betalfakih selama lebih 19 tahun. Selain daripada itu dia turut mendapatkan pendidikan di Aceh dan Palembang. Diantara gurunya adalah Abdul Kadir Maurir di Mokha, Ahmad al-Qushashi di Madinah, dan Burhan al-Din Maula Ibrahim ibn Hassan al-Kurani.
Hasil Karya :
1. Mendirikan tarekat Syatariyah di Indonesia
2. Mengarang berbagai kitab/buku :
a.Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al- Mufradin (Karya di bidang Tasawuf),
b.Mirat al-Turab fi Tashil Ma‘rifah al-Ahkam al-Syar‘iyyah al-Malik al-Wahab (Karya di
bidang Syariah),
c.Tarjuman al-Mustafid (Karya di bidang tafsir),
d.Syair Makrifat (karya di bidang Sastra),
e.Sirat al-mustaqim (karya di bidang Fiqh)
3. Tasawuf. Dalam hal ini Ia mengemukakan konsep “hubungan ontologis antara Pencipta
(Tuhan) dengan Ciptaannya, antara yang Satu dengan yang banyak, antara wujud dengan
al maujudat” . Alam mrpkn wujud yang terikat pada sifat-sifat mumkinat/serba mungki.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Biografi : Lahir Desa Lok Gabang Marta Pura Kalimanatan Selatan, 19 Maret 1710 M wafat 1812 M
Pendidikan : menempuh pendidikan di Mekkah dan Madinah selama 30 tahun
Hasil Karya :
Mendirikan sistem pendidikan dengan nama Kampung dalam Pagar yang menjadi cikal bakal berdirinya pondok pesantren
Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Syekh Muhammad Irsyad Al Banjari adalah :
a)Menciptakan pendidikan Islam yang berada dalam satu kompleks,
b) Menyediakan asrama bagi para santri,
c) Membekali ketrampilan bertani bagi para santri disamping ilmu agama.
3. Mengarang berbagai kitab/buku :
a. Sabilul Muhtadin yang berarti “jalan bagi orang yang mendapat petunjuk “.
Merupakan kitab yang paling monumental, yang kemasyhurannya tidak sebatas di
daerah Kalimantan dan Nusantara, tapi juga sampai ke Malaysia, Brunei, dan
Pattani (Thailand Selatan). Kitab ini membahas masalah-masalah fikih, antara lain,
ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji
b. KitabTuhfatur Raghibiin,
c. Kitab Al Qaulul Mukhtashar
Evaluasi
Isilah kolom di bawah ini untuk mengetahui Tokoh-tokoh penyebar Islam di Indonesia !
Nama
Daerah
Tokoh yang menyebarkan Islam
Lembaga yang didirikan / peninggalan
1.
………………………
………………………………………..
2.
………………………
………………………………………..
3.
………………………
………………………………………..
4.
………………………
………………………………………..
PERTEMUAN 2
Indikator :
8.3.4. Menjelaskan tokoh-tokoh Wali songo yang berperan dalam
pengembangan Islam di pulau Jawa ( Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat)
Wali Songo (Penyebar Islam di Jawa)
Sunan Ampel
Sunan Giri
Sunan Bonang
Sunan Drajat
Sunan kalijaga
Sunan Kudus
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
1. Maulana Malik Ibrahim
Nama asli/kecil :Makdum Ibrahim As-Samarkandy
Tempat Lahir/asal : Samarkand (Timur Tengah)
Masa Hidup :1368 - 1419 M (abad 14 M)
Wilayah dakwah : daerah Leran Gresik
Metode dakwah : lewat perdagangan dan memberikan pengobatan kepada masyarakat yang membutuhkan secara gratis
Karya/peninggalan: Pemondokan di Leran Gresik
Tempat dimakamkan : Kampung Gapura Gresik, jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Nama asli/kecil : Raden Rahmat
Tempat Lahir/Asal : Campa
Masa Hidup : 1401 – 1481 M
Wilayah dakwah : daerah Ampel Denta, Surabaya
Metode dakwah : memberikan pengajaran yang sederhana dan menyerukan untuk meninggalkan “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon)
Karya/peninggalan: Pesantren Ampel Denta
Tempat dimakamkan : Sebelah barat masjid Ampel Surabaya
3. Sunan Giri
Nama asli/kecil : Raden Paku / Muhammad Ainul Yaqin / Jaka Samudra
Tempat Lahir/Asal :Blambangan / Banyuwangi
Masa Hidup : 1422 M
Wilayah dakwah : desa Sidomukti, selatan Gresik
Metode dakwah : lewat kesenian, gending dan permainan anak
Karya/peninggalan : permainan Jelungan, Jamuran,tembang lir-ilir, cublak suweng, gending Asmarandana dan Pucung.
Tempat dimakamkan : Giri kedaton
4. Sunan Bonang
Nama asli/kecil : Raden Makdum Ibrahim
Tempat Lahir/Asal : Ampel Surabaya
Masa Hidup : 1465 – 1525 M
Wilayah dakwah : Kediri, Bonang, Tuban, lasem Rembang.
Metode dakwah : lewat pemikiran Filsafat, sastra, seni gamelan,
Karya/peninggalan: Suluk Wijil, Gamelan, tembang Tombo Ati.
Tempat dimakamkan : sebelah barat masjid Agung Tuban
Sunan Drajat
Nama asli/kecil : Raden Qosim / Raden Syaifuddin
Tempat Lahir/Asal : Ampel Surabaya
Masa Hidup : 1470 M
Wilayah dakwah : Pesisir Gresik, Lamongan
Metode dakwah/usaha Dakwah :
1. Memberi pertolongan pada masyarakat umum.
2. Menyantuni anak yatim
3. Mengajak masyarakat untuk bergotong royong
4. lewat kesenian
Karya/peninggalan : Suluk pituah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang'
Tempat dimakamkan : Desa Drajat, Paciran-Lamongan.
PERTEMUAN 3
Indikator :
8.3.4. Menjelaskan tokoh-tokoh Wali songo yang berperan dalam pengembangan Islam di
pulau Jawa ( Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati)
6. Sunan kalijaga
Nama asli/kecil : Raden Said / Raden Abdurrahman
Tempat Lahir/Asal : Demak Jawa Tengah
Masa Hidup : 1450 – 1550 M
Wilayah dakwah : Pesisir Utara Jawa Tengah (Demak)
Metode dakwah : Lewat kesenian Wayang kulit, pemikiran filsafat.
Karya/peninggalan: Seni Wayang kulit, Tradisi Sekaten
Tempat dimakamkan : Kadilangu Demak
FILM Berdirinya Masjid Agung Demak oleh Wali songo
7. Sunan Kudus
Nama asli/kecil : Ja’far Shadiq
Tempat Lahir/Asal : Kudus
Masa Hidup :
Wilayah dakwah : daerah Kudus, Sragen, Gunung Kidul
Metode dakwah : lewat seni dan budaya (Memadukan Islam dengan budaya lokal)
Karya/peninggalan : ornamen bangunan masjid Kudus sebagai bentuk akulturasi antara Hindu dan Islam
Tempat dimakamkan : di Kudus
8. Sunan Muria
Nama asli/kecil : Raden Prawoto
Tempat Lahir/Asal : Muria
Masa Hidup :
Wilayah dakwah : Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati
Metode dakwah : Lewat Seni, pertanian dan perdagangan
Karya/peninggalan : lagu Sinom dan Kinanti.
Tempat dimakamkan : Gunung Muria Kudus
9. Sunan Gunung Jati
Nama asli/kecil : Syarif Hidayatullah
Tempat Lahir/Asal : Cirebon
Masa Hidup : 1448 - 1568 M
Wilayah dakwah : pesisir Cirebon, Pasundan atau Priangan, Banten
Metode dakwah : lewat kekuasaannya sebagai penguasa Pajajaran
Karya/peninggalan : Situs kerajaan Banten
Tempat dimakamkan : di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati
Peta makam wali songo
EVALUASI
Isilah kolom di bawah ini untuk mengetahui Tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa
( Wali Songo )!
No
Nama Wali
Nama Asli/
Kecil
Masa Hidup
Wilayah Dakwah
Media Dakwah
Karya
Peninggalan
Tempat dimakamkan
Keteladanan
yang bisa
diambil
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pelajaran IV
SEMANGAT PARA TOKOH YANG BERPERAN DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA DAN KETELADANANNYA
Standar Kompetensi :
8. Memahami Perkembangan Islam Di Indonesia
Kompetensi Dasar :
8.4.Meneladani semangat para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia
Indikator :
8.4.1. Menelaah keteladanan para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia
8.4.2. Mengklasifikasi keteladanan semangat para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia
8.4.3. Mengambil ibrah dari keteladanan para tokoh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Keteladanan Yang Dapat Diambil Dari Para Ulama dan Tokoh Yang Berperan Menyebarkan Islam Di Indonesia :
Semangat dan Ethos kerja yang tinggi dalam mengembangkan Islam di Indonesia
Sikap keikhlasan para wali yang mewarnai perjuangannya tanpa pamrih, bahkan berani berkurban demi umat.
Semangat spiritual para wali tidak pernah putus hubungan dekat dengan Allah swt. sangat menentukan keberhasilan dakwahnya
Kecerdasan para wali dalam melihat situasi umat, dan cepat menemukan solusi tepat untuk kemajuan dakwah Islam. Pemilihan metode dakwah yang tepat, kreatif, dan persuasif, yang membuahkan hasil maksimal
5. Cara dakwah Sunan Muria dengan mencari daerah-daerah pedalaman dan desa-desa terpencil sangat penting ditiru agar tidak didahului dakwah umat lain.
6. Sikap solidaritas dan kepedulian sosial para wali yang tinggi terhadap nasib rakyat untuk membantu dan menyantuninya
7. Sikap para wali menjalin hubungan dengan penguasa dan para raja sangat membantu keberhasilan dakwah
8. Produktivitas para ulama dalam berijtihad menjelaskan kandungan al-Qur’an melalui kitab-kitab tafsirnya dan buku-buku hasil karya lainnya
9. Produktiitas para Ulama dalam menghasilkan karya bagi Umat, seperti: Kitab, Karya seni, Peninggalan Bangunan, Karya sastra, dll.
10. Kepedulian para Ulama dan Pembawa Islam terhadap kondisi sosial masyarakat.
11. Adanya jadwal pembagian wilayah dakwah agar Islam tersebar merata ke seluruh wilayah Indonesia.
12. Sikap kepedulian para ulama dalam meluruskan dan membebaskan masyarakat dari bentuk penyelewengan akidah dan syariat.
Ibrah Dari Keteladanan Para Ulama dan Tokoh yang berperan Menyebarkan Islam di Indonesia Untuk Diterapkan Dalam Kehidupan Sehari-hari :
1. Sebagai seorang Muslim harus selalu berdakwah walaupun ilmu yang kita miliki masih
sedikit (Sampaikan ilmu walau hanya sau ayat )
2. Dalam berdakwah harus menggunakan strategi sesuai dengan kondisi obyek dakwah
(Berbicaralah dengan suatu kaum sesuai dengan akal mereka).
Kita harus mencitai ilmu pengetahuan baik umum maupun agama dengan belajar sepanjang hidup kita (Long Live Education = mencari ilmu dari lahir hingga meninggal).
Kita harus mencari ilmu di manapun ilmu itu berada (“Carilah ilmu walaupun di negeri Cina”).
Belajar dari biografi para ulama awal dan Wali Songo dapat diambil pelajaran bahwa keberhasilan seseorang itu sangat ditentukan oleh usaha, kerja keras, kreatifitas dan doa.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan beikut !
1. Para ulama mempunyai peran yang strategis dalam pemerintahan. Sebutkan jabatan dalam
pemerintahan yang sering diduduki para ulama!
2.Tunjukkan salah satu ayat dalam Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk berdakwah (tanyakan
pada guru Al Qur’an Hadist, kemudian hafalkan) !
3. Tunjukkan salah satu Hadist yang memerintahkan kita untuk mencari ilmu (tanyakan pada guru
Al Qur’an Hadist, kemudian hafalkan)!
4. Sebutkan ibrah / pelajaran yang dapat kamu ambil dari keteladanan para ulama untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang pelajar!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Karyanya Bu Dede..... lanjutkan kiprahnya!!!