Topeng Ekspresi Kepalsuan (Tantangan Menulis Hari Ke-161)
Dalam keheningan malam yang hanya ditemani detak jam dinding. Aku mencoba menepikan rasa perih yang terus berulang-ulang terjadi dalam hidup ini. Sudah banyak purnama yang kulalui dengan derai tangis. Dengan sedu sedan aku menemani waktu berputar sampai bulanpun enggan menemani lagi.
Matahari dengan gagaghnya merangkak naik. Beriring matahari bergulir perih itu perlahan hilang. Seakan takut dengan gagahnya sinar itu. Atau bukan takut? Tapi malas melihat topeng-topeng ekspresi kepalsuan yang hadir. Mereka terkadang terlalu naif untuk memberikan iba dan dibelakang dengan senang menertawakan.
Ini terus bergulir sampai hati ini sudah nyaman dengan gelap dan heningnya malam. Sudah terlalu benci dengan kepalsuan disiang hari. Setidaknya malam tidak ada kepalsuan dan si topeng-topeng kepalsuan sedang nyenyak tidur dengan mimpi indahnya. Mungkin untuk mempersiapkan dirinya untuk topeng ekspresi apa yang akan dikenakan esok harinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terimakasih kunjungannya pak
Hening oh hening, hening malam. Benar2 bisa bikin tidur topeng2 ekpresi ituMantap buk e
Terimakasih kunjungannya adindaku