DEWI ASTUTI

Guru kelas 5 SDN Sumedangan 2 Kec. Pademawu Kab. Pamekasan l Pemerhati anak dan lingkungan - pengurus MP2 (Media Pramuka Pamekasan) l Instagram @dewiii3_ ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SANG PEWARIS

SANG PEWARIS

Tahukah anda, kebiasaan raja-raja zaman dulu untuk mempersiapkan dan memilih calon pewaris tahtanya?

Ternyata yang menjadi poin utama pertimbangan dan penilaian sang raja adalah kemampuan literasi pewaris tahta.

Raja meminta semua putranya untuk tinggal di hutan selama beberapa bulan. Kemudian raja menilai kemampuan literasinya setiap bulan.

Bulan pertama di hutan, sang Raja memanggil anak-anaknya dan meminta mereka untuk menjelaskan apa yang sudah dipelajari dari kehidupan hutan.

Dari situ, terlihat bahwa kemampuan awal anak-anak sang raja hampir sama. Yaitu mampu mengenal bermacam-macam bunyi hewan yang ada di hutan.

Bulan ke 2, ada putra mahkota yang sudah mampu menebak bunyi hewan tanpa melihat hewannya. Bulan ke 3, ada yang sudah mampu membedakan bunyi beraneka spesies harimau.

Bulan ke 4 tinggal hutan, ada yang sudah mampu mengetahui kondisi/perasaan harimau berdasarkan bunyinya. Harimau tersebut sedang sakit, sedang sedih, bahagia, sedang ingin bercumbu dengan pasangannya.

Bulan terakhir ada satu putra mahkota yang mampu menebak kondisi/perasaan harimau dengan bunyinya tanpa melihat harimau tersebut.

Kemampuan literasi antar calon pewaris tahtanya mulai terlihat perbedaan yang cukup besar. Ada yang masih biasa-biasa saja, ada yang kemampuan literasinya cukup baik.

***

Lantas bagaimana raja memutuskan siapa pewaris tahtanya?

Ternyata setelah sekian bulan tinggal di hutan. Sang raja menanyakan satu persatu putranya tentang literasi apa yang didapat saat berada di hutan. Dari beberapa putra mahkota tersebut ada satu yang terpilih untuk menjadi pewaris tahtanya.

Yaitu dia yang mampu membaca kondisi/perasaan harimau hanya dengan mendengarkan bunyinya tanpa harus melihat langsung si harimau.

Dari kisah tersebut, bisa kita ambil satu pelajaran. Ternyata seorang raja/pemimpin harus memiliki kemampuan membaca & memahami keadaan. Baik itu dalam bentuk teks ataupun tidak dalam bentuk teks.

Seorang raja/pemimpin harus mampu membaca (memahami) perasaan dan kondisi rakyatnya tanpa harus rakyatnya berteriak. Itulah literasi.

Sambutan Akhmad Zaini, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pamekasan) dalam Sosialisasi Pengembangan Budaya Literasi Bagi Guru

Ditulis oleh Dewi Astuti

16 September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post