Pena (Hari ke 6)
Di sekolah kami ada tempat duduk yang bernama Warung Literasi. Biasanya di warung literasi ini terdapat keranjang berisikan buku bacaan. Biasanya pula penggunanya gunakan untuk mengisi waktu luang. Membaca untuk menunggu jam masuk kelas. Sekolah kami 3 kelasnya masih proses pembangunan. Hampir selesai, tapi belum bisa digunakan jika pekerjaan belum rampung seluruhnya.
Atas dasar itulah kepala sekolah mengeluarkan kebijakan agar siswa masuk ke sekolah dengan sistem shift. Shift satu (kelas 1-3) jam 07.00-09.00 WIB. Shift kedua (kelas 4-6) jam 09.00-11.00 WIB. Tidak ada pilihan lain, ruang perpustakaan beralih fungsi menjadi kelas.
Untuk menjaga program literasi tetap berjalan, pengurus literasi sekolah punya inisiatif. Yaitu mengeluarkan beberapa buku bacaan untuk diletakkan di tempat-tempat strategis. Salah satunya di Warung Literasi.
Setengah 7 pagi dikeluarkan. Dan jam 12 siang waktunya dirapikan ke dalam ruang perpustakaan.
Ketika melihat anak-anak membaca buku, saya merasakan ada sesuatu yang kurang dalam program ini. Apa ya??? Bertanya pada diri sendiri. Hari demi hari rupanya belum menemukan jawaban.
Oh iya, dokumentasi kegiatan. Jawaban ini muncul. Segera saya aktifkan kamera di handphone dan mengambil beberapa gambar anak sedang membaca. Alhamdulillah selesai. Esoknya, sama. Dan seterusnya. Sampai dijuluki "Tukang foto".
Saat membersamai anak membaca, saya merasakan ada yang kurang lagi. Biasanya saya membaca di tempat lain tidak bersama anak-anak. Tempat favorit saya di pojokan kantin. Di situ terdapat meja dan beberapa kursi. Tempat yang nyaman untuk belajar. Di tempat inilah saya membaca sekaligus menemani kelas V pembinaan.
Saat saya membaca di warung literasi (dikelilingi banyak anak) barulah terasa ada sesuatu yang kurang lagi.
Kala itu saya terdiam sejenak memandangi anak-anak. Dan teringat ucapan Pak Prama dalam sambutan acara Sosialisasi Pengembangan Literasi bagi Guru di Hotel Berlian. Beliau bercerita tentang pengisian MySapk. Dan menyadari bahwa "Pengarsipan data itu penting. Termasuk mengarsipkan data pengunjung perpustakaan. Hal sepele memang, tapi data tersebut sangat dibutuhkan untuk menentukan indeks baca warga Pamekasan", tegas sang Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Pamekasan.
Saya langsung tersadar. Ibarat kran air yang tersumbat tiba-tiba byarrrr.. Airnya mengalir deras. Akhirnya menemukan sesuatu yang kurang dari program ini. Pengarsipan. Betul adanya. Sekian minggu program Warung Literasi ini berjalan, tidak ada data pengunjung. Anak-anak hanya mengambil buku dan membacanya sambil menunggu jam masuk tiba.
Saat itu juga segera saya beranjak dari kursi. Sambil memegang buku, berjalan ke ruang guru. Meminjam laptop milik operator, saya membuat data pengunjung Warung Literasi. Dan langsung mengeprintnya. Bergerak cepat karena anak-anak setengah jam lagi akan masuk kelas.
Alhamdulillah mereka sangat antusias mengisi data tersebut. Mereka senang namanya tercantum di situ. Sayapun ikut senang melihat mereka bersemangat membaca. Usut punya usut, siang hari ketika akan merapikan keranjang ke ruang perpustakaan. Saya melihat daftar pengunjung, ternyata hari ini saja 2 halaman terisi penuh. Melihatnya saya tersenyum bahagia meski tutup pena saya hilang entah kemana. Tutup pena tersebut terbuat dari kertas. Kertas yang "dibundel". Hehehe...
Yuk menulis.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren....
Alhamdulillah jaza killlah khoiro Bu Eri
Mantap warung literasinya
Alhamdulillah, terima kasih Pak Taufik