Sabtu, 19 November 2022 kontingen SDN Sumedangan 2 akan bertanding melawan SDN Tambung 2 dalam acara Bola Volli Gembira. Acara ini digelar oleh pengurus PGRI cabang Pademawu untuk memeriahkan peringatan HUT Ke-77 PGRI dan HGN.

Karena memang dasar guru-guru di sekolah bukan pemain volli, maka tidak sedikit yang segera mengadakan sesi latihan. Dalam sesi latihan, banyak siswa yang ikut menonton, ikut bermain, dan ada juga yang rela lari untuk mengambilkan bola yang keluar.

Yang membuat saya tertarik adalah ada siswa nyeletuk

"Begini Bu cara yang benar posisi tangannya Bu. Kalau seperti itu nanti sakit Bu"

"Oalah iya nak, begini yah. Sini ajari ibu. Bu Dewi baru sekarang main volli", jawabku sambil tersenyum.

"Iya.. tidak apa Bu. Saya dulu waktu kelas 2 (sekarang kelas 5) sering bermain volli di rumah"

"Wah, hebat kamu nak. Sini ibu mau belajar sama kamu. Kalau ibu salah mainnya ditegur ya"

"Iya Bu", jawab Irus dengan sungkan.

Mungkin dalam benaknya guruku belajar sama aku. Bukannya terbalik. Biasanya ibu yang ngajari saya. Hehehe

Kesempatan inilah yang paling saya tunggu. Merubah mindset semuanya. Dari sudut pandang siswa, inilah gurumu. Tidak semuanya dia bisa, dia kuasai. Dari sudut pandang guru, jangan pernah malu/minder/gengsi untuk belajar pada yang lebih muda (sekalipun itu siswa kita).

Dan inilah makna dari qoutes Albert Einstein "Semua orang jenius. Tetapi jika Anda menilai seekor ikan dengan kemampuannya memanjat pohon, ia akan hidup seumur hidup dengan percaya bahwa itu bodoh."

Kenapa pada murid kadang kita terlalu memaksa mereka untuk menguasai banyak hal. Menurut saya fokuskan mereka pada bakatnya. Untuk yang lain cukup dasarnya saja. Kalaupun ada di dunia ini yang pandai dalam segala hal, itu tidak banyak. Karena mustahil untuk dilakukan.

Yah, betul sekali. Bentuk perlombaan bola volli gembira ini aturan mainnya disetting oleh panitia untuk semua kemampuan. Sehingga lebih memudahkan dewan guru berolahraga dengan gembira.