PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI DISIPLIN POSITIF
1. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu media untuk membentuk karakter anak, karena sekolah merupakan satu-satunya lembaga yang terdekat dengan anak setelah keluarga. Mengapa karakter anak perlu dibentuk? Karena keberhasilan suatu bangsa dilihat dari etika dan moral anak-anak generasi penerusnya. Etika, moral, dan karakter merupakan salah satu indikasi penting untuk sebuah bangsa dapat dikatakan beradab. Hal ini ditunjukkan dengan cara seseorang mengambil keputusan, pola berpikir, kejujuran, dan bertanggung jawab atas apa yang diembannya. Maka dari itu, karakter perlu dibentuk sedini mungkin agar karakter baik tertanam dan mendarahdaging pada jiwa sang anak.
Kondisi yang ada di lapangan ternyata belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada sebagian siswa yang belum memiliki karakter baik yang ditunjukkan dengan sikapnya terhadap guru dan teman-temannya. Siswa tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, meremehkan dan bahkan menunjukkan ekspresi tersenyum yang terkesan menganggap tutur kata guru sebagai lelucon. Hal ini membuat beberapa pendidik geram, sehingga dengan terpaksa mengambil tindakan dengan mengeluarkan kata-kata yang keras tapi terkesan tegas. Selain itu, pemberian reward dan punishment juga dilakukan untuk menciptakan kedisiplinan. Menurut pendapat saya pribadi, hal ini justru dapat membuat si anak tidak tulus dalam melakukan segala hal, karena orientasinya adalah tentang perolehan reward dan punishment, bukan didasarkan atas ketulusan dari hati untuk melakukan segalanya secara sukarela.
Siswa-siswi SMP tergolong pada usia-usia remaja di mana ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada saat proses ini guru berperan penting untuk mengarahkan anak sesuai dengan kodrat dan keinginannya. Selain itu, pada masa ini, emosi seorang anak sedang berada pada titik labil sehingga dibutuhkan peran guru untuk memfasilitasi segala curahan tentang gejolak yang ada pada diri siswa agar anak merasa memiliki pegangan dan perlindungan pada saat melewati tahap-tahap menuju pendewasaan. Maka dari itu, seorang guru harus menjadi orang yang paling dekat dengan siswa dan mampu berbaur dengan semua siswa tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
Melihat kondisi di atas, maka diperlukan satu langkah tepat untuk membentuk budaya positif di kelas maupun di sekolah, yaitu dengan pembentukan kesepakatan kelas. Melalui kesepakatan kelas ini, siswa memulai kedisiplinannya dengan dimulai dari diri sendiri bersama-sama dengan teman-teman satu kelasnya. Jika kebiasaan baik ini diterapkan di kelas, maka tidak menutup kemungkinan akan terbawa pada kebiasaan di sekolah, bahkan di rumah dan masyarakat luas.
2. Deskripsi Aksi Nyata dan Alasan
Di saat pandemi seperti ini, ruang gerak kita sebagai guru serba terbatas sehingga diperlukan langkah-langkah tepat agar pembelajaran dapat tetap berjalan dan budaya positif tetap dapat terwujud. Karena adanya peraturan dari pemerintah yang melarang adanya pembelajaran tatap muka di sekolah guna mencegah penyebaran Covid-19, maka pembelajaran daring terpaksa dilaksanakan dengan segala keterbatasan yang ada. Pembelajaran tetap dapat dilakukan secara daring melalui digital tools seperti penggunaan Google Suite maupun aplikasi-aplikasi sederhana yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa seperti Whatsapp. Begitupun dengan keberlangsungan penciptaan budaya positif, tetap dapat berjalan secara daring. Saya menggunakan aplikasi yang saat ini menjamur di kalangan masyarakat karena penggunaannya yang mudah, yaitu Whatsapp Group. Saya mengajak siswa-siswi untuk membuat kesepakatan kelas mengenai hal-hal yang harus dilakukan saat pembelajaran daring dilakukan selama masa Pandemi Covid-19 ini maupun pada saat pembelajaran luring. Saya menggali keinginan-keinginan siswa-siswi mengenai bagaimana kelas impian versi mereka. Kami bertanya jawab di Whatsapp Group tentang keluhan-keluhan mereka selama pembelajaran baik daring maupun luring. Misal, penggunaan kata-kata yang sopan pada saat pembelajaran, tidak dianjurkan mengirim gambar-gambar yang tidak berkaitan dengan materi pembelajaran, partisipasi aktif dari peserta didik pada saat bertanya jawab dengan guru, tidak mengumpat/mengejek atas jawaban teman yang dinilai masih belum tepat, masuk grup tepat waktu, dan sebagainya. Dari keluhan-keluhan itu kemudian saya ajak mereka berdiskusi mengenai apa yang melatarbelakangi permasalahan yang dihadapi. Lalu kami bersama-sama mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Dari solusi-solusi itulah maka kami jadikan sebagai kesepakatan kelas dengan ditambahkan hal-hal lain yang dapat menciptakan pembelajaran dan kelas yang aktif dan konsdusif.
3. Hasil Aksi Nyata yang dilakukan
Dengan menerapkan kesepakatan kelas yang telah dibuat, terlihat ada perubahan meskipun tidak terlalu signifikan. Misal, siswa sudah dapat masuk grup kelas tepat waktu, hubungan yang semakin dekat antara guru dengan siswa di mana siswa dapat saling curah pendapat atas apa yang dihadapinya di kelas melalui chat pribadi Whatsapp, ada beberapa siswa yang awalnya tidak pernah aktif di kelas menjadi sedikit lebih aktif, serta munculnya respon positif berupa penggunaan kata-kata ajaib oleh siswa sebagai bentuk penghormatan kepada guru, seperti kata maaf, terima kasih, sama-sama, dan lain-lain.
4. Kegagalan dan Keberhasilan dari Pelaksanaan
Kegagalan yang terlihat dari penerapan kesepakatan kelas ini adalah tidak semua siswa mau melaksanakan ha-hal yang telah disepakati bersama dengan berbagai alasan. Mereka cenderung pasif pada saat mengikuti pembelajaran. Ketika saya mengirim pesan secara pribadipun, ada beberapa anak yang tidak merespon sama sekali, dan yang lainnya karena tidak memiliki paket internet atau kesulitan signal untuk mengikuti pembelajaran daring.
Keberhasilan yang dapat dilihat adalah beberapa siswa menunjukkan keaktifannya dan respon yang cukup positif selama mengikuti pembelajaran. Anak-anak ini adalah mereka yang setiap harinya aktif di kelas dan anak-anak yang rajin. Mereka lebih bersemangat lagi ketika kesepakatan kelas diberlakukan. Ada beberapa dari mereka yang mengirim pesan kepada saya untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Dengan ini, hubungan yang dekat dapat terjalin antara siswa dengan guru dan guru di sini berperan sebagai teman mencari solusi di kala siswa mengalami kesulitan.
5. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang
Di masa yang akan datang, kesepakatan kelas yang ada akan saya perbaiki lagi setelah saya coba terapkan pada satu sampel kelas. Kemudian saya evaluasi hal-hal apa saja yang perlu diubah, dikurangi, ditambahkan, dan diperbaiki sesuai dengan kondisi kelas. Setelah dirasa baik, maka akan saya terapkan pada kelas lain sesuai dengan kondisi masing-masing kelas, karena tentunya setiap kelas memiliki kondisi yang tidak sama. Jika keberhasilan sudah dapat terlihat pada semua kelas, maka kesepakatan kelas ini akan saya imbaskan kepada guru mapel lain agar dapat dijadikan inspirasi dan harapannya ada ide lain dan inovasi dari semua guru mapel tentang program kesepakatan kelas ini, sehigga nantinya dapat dijadikan sebagai program sekolah dan budaya positif dapat tercipta melalui penerapan disiplin positif yang didukung dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya. Salam literasi