Dasril

Perkenalkan saya Muhammad Dasril Guru Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN)A Saudi. Menulis adalah bagian dari hidupku tapi hanya saja Action sangat ku...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu, Mengapa Aku Berbeda?

Ibu, Mengapa Aku Berbeda?

Kamar yang berukuran 3x4 meter itu menjadi tempat segala-galanya bagi Halwa. Kamar itu berada di sebuah apartemen yang sudah hampir roboh seperti rumah bekas perang di Afghanistan. Tempat itulah yang dijadikan Halwa untuk tempat curhat, tempat menumpahkan kesedihan, juga tempat melampiaskan kekesalan. Kenapa Ia berbeda dengan anak-anak yang lain seusianya.

Halwa yang berusia hampir 9 tahun itu hidup sebatang kara saja di rumah tanpa siapa-siapa. Ketika ibunya berangkat kerja ke rumah majikan Arabnya di pagi hari sebagai sagala (pembantu).

Pada suatu ketika ibunya memanggil Halwa

dan menyampaikan sesuatu,

" Kalau Halwa mau makan dan minum semuanya sudah ibu sediakan di meja makan".

"ibu berangkat dulu ya, Nak!"

" ya, Bu!

Itulah keadaan yang harus diterima Halwa setiap harinya, siap tidak siap, mau tidak mau harus ikhlas menghadapi semua kenyataan ini.

Ibunya berangkat dengan memakai abaya hitam dan cadar pemberian majikan perempuannya yang dibalutkan di wajahnya.

Tinggalah Halwa di rumah sendirian yang ditemani oleh TV kesayangannya, yang bahasanya tidak dimengerti Halwa. Bagi Halwa itu bukan menjadi persoalan, yang penting bagi Halwa ada kedengaran suara manusia untuk mengusir rasa sepi dikala ibunya tidak ada.

Halwa tidak lagi memikirkan jika terjadi apa apa harus minta tolong sama siapa? sementara tetangganya bukanlah orang sebangsanya ada dari India, Yaman, Pakistan,Philipina, dan Banglades. Jika Halwa mau minta tolong pakai bahasa apa? karena Halwa sehari hari dengan Ibunya pakai bahasa Indonesia.

Suatu malam Halwa merengek minta sekolah

" Bu, Halwa ingin sekolah seperti anak anak lainnya Bu! pinta Halwa dengan beruraian air mata.

Sebenarnya bukan kali ini saja Halwa minta kepada ibunya untuk sekolah tapi ini adalah yang ketiga kalinya Halwa meronta ingin sekolah.

" Ibu mau kamu sekolah seperti yang lain Nak, tapi siapa yang mau mengantar dan menjemputmu setiap hari, karena kamu tahu kalau ibu pergi pagi pulang malam".

Mendengar jawaban itu akhirnya Halwa berusaha untuk memahami Ibunya, walaupun Ia ingin sekali memakai seragam merah putih seperti anak anak seusianya.

Kali ini ibu Halwa kepikiran terus dengan anaknya yang selalu minta sekolah setiap tahun. sampai-sampai di tegur oleh majikannya karena Ia melamun dalam bekerja

Keesokan harinya ketika diperjalanan menuju rumah majikan, Ibu Halwa melihat seorang supir menjemput anak sekolah ke imarahnya (rumah). dengan memberanikan diri Ibu Halwa menanyakan kepada Pak Supir

"Pak, bagaimana cara antar jemput anak sekolah ya, Pak? anak saya sudah berumur 9 tahun minta sekolah terus Pak?begitulah ibu Halwa meminta penjelasan dari Pak Supir

" Masya Allah, Bu!" kenapa Ibu tidak bertanya tanya kepada yang lain, saya sudah 20 tahun bekerja antar jemput anak sekolah Bu! sang supir kesal dengan sang Ibu dan kasihan dengan anak perempuannya yang bernama Halwa. sambil meminta nomor telpon mama Halwa, sang supir berlalu pergi.

Hari ini Ibu Halwa bersemangat sekali karena ada titik terang mengenai sekolah anaknya.

Halwa seharusnya sudah berada di kelas tiga SD saat ini.

Ibu Halwa ingin sekali waktu cepat berlalu karena tidak sabar lagi memberikan kabar ini kepada anaknya.

" Seandainya Halwa tahu pasti Ia senang sekali".

Itulah kata ibunya Halwa dalam hati, sambil bernyanyi nyanyi kecil mengelap kaca jendela kamar.

Waktu beranjak malam ibu Halwa pulang dengan hati gembira

ning...nong...ning...nong

Bel itu menandakan kalau waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 tepat, dilihatnya Halwa sudah tertidur pulas sambil memegang remot TV di tangannya.

Ibu Halwa tidak kecewa. Ia tahu hari sudah larut malam sudah saatnya Halwa tidur.

Ibu Halwa baru pulang dari rumah majikan dengan membawa beberapa potong kue kesukaan Halwa dan sedikit sambal pemberian majikannya.

Hampir setiap hari Halwa dibawakan Ibunya kue dan sambal, karena majikannya selalu berpesan

" Jangan lupa kue-kue dibawakan untuk Halwa dan juga sambal nya, sehingga tiba di rumah tinggal istirahat".

Ibu Halwa beruntung sekali dapat majikan yang baik hati dan penyayang, walaupun gajinya sudah beberapa bulan ini belum dibayar.

Hal ini disebabkan majikan laki lakinya belum terima gaji dari perusahaan yang hampir gulung tikar karena perekonomian yang lagi merosot di negaranya.

Ibu Halwa termasuk sagala(pembantu) yang sangat setia kepada majikannya. Ia hidup seadanya dari uang tabungan sebelumnya yang dikumpulkan dan sebagian tabungannya sudah dikirim ke saudara yang membutuhkan di kampung.

Keesokan hari setelah semuanya disiapkan ibunya seperti biasa, dilihatnya Halwa sudah bangun. dengan tidak sabaran lagi Ia mengatakan,

"Alhamdulillah Nak, Ibu bertemu orang yang bisa mengantarkan cita-citamu untuk sekolah, namanya Pak Herman.

" Alhamdulillah Bu, berarti Halwa akan memakai seragam sekolah seperti yang lain,Halwa akan bertemu teman baru, ye..ye...ye...ye... Halwa melonjak kegirangan malam itu malam yang yang penuh bintang gemintang di hatinya.

Ibunya melanjutkan perkataanya,

"Halwa, sepertinya Pak Herman supir yang baik hati suka membantu. Ibu harapkan perlakukanlah Pak Herman sebagaimana Bapak mu sendiri, disiplin bangun pagi dan jangan biarkan Pak Herman berkeliling mencarimu di sekolah, Nak!

"Setelah pulang sekolah langsung pergi dimana mobil Pak Herman berhenti.

"Mengerti kamu Nak, apa yang Ibu sampaikan?".

"Mengerti Bu!

Setelah ibunya membelikan seragam serba baru serta peralatan sekolah lainnya yang serba baru. Halwa sangat bersyukur sekali karena tanda-tanda mau sekolah sudah di depan mata.

Tahun ajaran baru sudah di mulai, Halwa sudah siap menunggu kedatangan Pak Herman di depan imarahnya.

" Halwa, ayo naik nanti telat! suara lelaki paro baya itu memanggil Halwa dengan nada mengayomi.

Halwa bergegas naik ke dalam mobil IC itu.

Halwa disambut oleh teman-teman satu sekolahnya yang bernama Intan, Beno dan Noni.

Di hari pertama sekolah Halwa tidak merasa sendirian lagi sudah banyak teman barunya di sekolah.

" Ahlan wa sahlan di sekolah mu yang baru, sekarang kita akan mengadakan permainan".

Pak Minto mengajarkan suatu lagu perkenalan.

Hy hello siapa namamu?

hy nello siapa namamu?

kemudian Pak Minto menunjuk Halwa ,

dengan spontan Ia menjawab

" Saya Halwa.

lalu temannya yang lain menjawab

" dia Halwa".

tra la...la...la...la...la..la ...la ...

mereka bernyanyi dengan serempak.

Hari-hari Halwa penuh dengan cerita indah, lucu yang penuh keceriaan di sekolah. Baik bersama gurunya, teman satu kelas , serta teman satu sekolah.

Tiga bulan berjalan di sekolah Halwa, tiba-tiba asmanya kambuh lagi, kali ini agak sedikit parah.

Penyakit asma ini dirasakannya ketika pulang sekolah, tidak lama setelah Pak Herman mengantarkan ke imarahnya.

bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post