Darman mulis

Lahir dan besar di kota Gelamai, menyelesaikan Pendidikan Dasar dan Menengah juga di kota yang sama. Seorang Guru Kimia yang hobby Olahraga dan menulis melanjut...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenangan Kampung Halaman

Kenangan Kampung Halaman

Kenangan Kampung Halaman

Langit membiru

Bukit dan sawah menghijau

Padi menguning, siapa yang tak rindu

Memanen padi milik kita

Tersimpan berjuta kenangan. Rasanya baru kemarin. Berlarian di pematang sawah sambil membawa setengah karung padi yang baru siap di panen. Bagi bapak bapak itu mungkin sudah biasa tapi bagi anak muda yang masih duduk di bangku sekolah itu pilihan yang tak terhindarkan. Anak muda ogah ogahan di ajak si bapak memanen padi di sawah tapi ketika pulang anak muda itu akan cepat sekali, terbayang olehnya kulitnya harus di kusuak (dibersihkan) lebih awal sebab kalau tidak mangabuk* kulitnya karna lama terkena lumpur. Resiko besok dia ke sekolah malu kalau kondisinya demikian, malu sama anak gadih etek tu.

Ketika musim layang layang tiba maka berdatangan lah para pemuda bersama bapak bapak membawa layangannya. Tempat menjemur padi berubah fungsi menjadi tambin (finish) ketika para pecandu layang layang melakukan sprint menarik layang layangnya. Kemudian dua orang juri dari tempat tersembunyi melakukan penilaian. Hehe.. Saat itu tidak memakai teropong karena "mata" juri masih tajam dan terang karena juri rajin makan buah rimbang.

Arena layang-layang tidak hanya di penuhi oleh peserta tapi juga, calon pebisnis. Mulai yang jualan jagung, karupuak kuah, es tongtong dan makanan khas ala kampung. Emak emak dengan sebagian anak gadih kampungpun ikut meramaikan. Mereka berkumpul ditempat yang agak teduh dibawah pohon jua, sambil tertawa dan menantikan layang siapa yang menang.

Anak muda yang ikut pertandingan layang-layangpun terpecah konsentrasi. Sekali melihat keatas dan sesekali melihat ke bawah pohon jua tadi, " a yo manih anak gadih etek tu yo" kata pemuda dalam hati. Karena terbagi perhatiannya layang layang sudah keluar jalur alias sudah berpilin benang dengan benang layang kawan disebelahnya. Alhasil layangpun putus, karena angin agak kencang layangpun diterbangkan jauh sampai ke balik bukit. Pemuda merasa lebih bertenaga berinisiatif mengejar layang tersebut. Dia berlari di depan pohon jua tadi dan melompat ke sawah. " kenapa lah bujang ko lewat di bawah pohon itu larinyo, padahal layang layang arahnya bukan kesitu" kata kawannya. Heeh.. Jang jang. Ada udang di balik bakwan.

#Day 7

#tantanganmenulisgurusiana

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post