Sudahkah Kita Menjadi Orang Sukses?
Sudahkah Kita Menjadi Orang Sukses…?
By Danang Margono
Tagur H-24
Gerimis menyeka senja, ketika jemariku terpaut lembut keyboard ini. Lelah ini tak mampu membendung hasrat kebutuhan menderetkan untaian kata. Sehari ini nyaris tak meninggalkan nafas hanya tuk membersamai rajutan kapas berselimut meski sekejap. Teringat pesan indah seorang sahabat. Kesuksesan itu tidak dilahirkan, tapi diciptakan, dan kesuksesan adalah hak setiap orang.
Ya, pendapat ini tentu benar adanya. Bahkan kesuksesan adalah sebuah pilihan. Karena sejatinya hidup adalah pilihan. Akankah kita menjadi khairu ummah (manusia hebat) yang selalu berusaha menjadi sukses di setiap waktunya. Di setiap waktunya selalu menjadi mentari yang selalu menerangi kegelapan. Menjadi oase di tengah kering dan gersangnya gurun tandus.
Kalau saya lebih suka menyampaikan bahwa menjadi manusia sukses itu ketika kita mampu bermanfaat untuk orang lain. Bermanfaat dalam pengertian positif yakni untuk kemaslahatan orang lain atau umat. Jadi takarannya kita disebut suskes kalau kita bermanfaat untuk orang lain (sedikir atau banyak). Bukankan sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain. Khoirun nas anfauhum linnas.
Tapi ingatlah bahwa menjadi sukses itu tidak dilahirkan tapi diciptakan. Menjadi menusia hebat dan sukses memerlukan usaha dan latihan keras. Mungkin ada yang membahasakan melalui usaha berdarah-darah. Rajin melakukan latihan keras, bersemangat, tangguh, ulet, mempunyai kompetensi (kecerdasan) sosial dan emosional dan tentunya selalu dekat dengan Robb kita (kecerdasan spiritual). Setiap usaha, latihan keras dan pengorbanan tersebut semua harus dilandaskan pada tataran tertinggi yakni ikhlas.
Sebagai manusia, kebutuhan tertingginya adalah aktualisasi diri. Kita butuh aktualisasi diri. Membutuhkan ruang sebagai sarana bentuk pengakuan dari orang lain atas hasil kerja keras kita. Mungkin kita perlu menguji kelayakan sukses kita melalui sebuah game. Tapi ingatlah ketika hendak bermain game tentunya kita harus memahami aturan bermain game. Siap menang dan siap kalah.
Malu kalau kemudian kita bermain game, tapi tak siap kalah, tidak mengakui kekalahan. Bahkan ketika kalah kita mencari kembing hitam. Menyalahkan sana sini. Menyalahkan mesin, menyalahkan sistem, menyalahkan waktu, menyalahkan teman sepermainan bahkan menyalahkan game itu sendiri. Harusnya sebagai manusia hebat kita harus instrospeksi. Kitalah yang salah, yang belum memahami hakekat sebuah game. Kitalah yang salah, yang tidak memiliki persiapan matang untuk mengikuti game tersebut. Apalagi sampai menggunakan sosial media untuk meminta orang lain mengamini kesalahan kita. Waduuuh, kita belum dewasa.
Anak-anak kita yang lahir di zaman Z atau alpha aja paham banget bagaimana aturan bermain game. Masa kita yang lahir di zaman X atau Z tidak bisa menerima kekalahan, tidak memahami aturan bermain game?. Harusnya kita lebih dewasa dari anak-anak generasi itu. Malu ah.. (self reminder). Sekian.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren banget ulasannya
Luar biasa pak Danang penuh inspirasi
Keren banget ulasannya, sukses selalu untuk Bapak
Ulasan yg keren... salam literasi