Apa Itu Coaching?
Apa Itu Coaching…?
By Danang Margono
Mendengar kata coaching yang terbersit dalam pikiran kita pasti proses pelatihan. Proses melatih kemampuan seseorang di bidang seni atau olahraga. Ya, begitulah sebagian persepsi kita, dan mungkin persepsi semua orang begitu kata coaching disebut. Pelatihnya sering disebut coach. Ada coach sepak bola, coach basket, coach nyanyi, coach music dan lainnya.
Lalu bagaimana sesungguhnya makna coaching itu ? Apa juga bedanya dengan mentoring? Yang ahlinya disebut mentor. Dan apa pula bedanya dengan konseling? Yang ahlinya dikenal dengan konselor. Ataukah jangan-jangan ketiga istilah tersebut sesungguhya bermakna sama atau hampir sama.
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sementara itu konseling diartikan sebagai hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Gibson dan Mitchell, 2003). Sedangkan menurut Grant (1999) Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.
Dari ketiga teknik ini, coaching dianggap sebagai teknik paling strategis yang harus dikuasai. Guru juga hendaknya mempunyai kemampuan coaching. Alangkah indahnya jika guru juga mampu melaksanakan praktik coaching. Tentunya untuk memberdayakan potensi murid atau rekan sejawat. Proses inilah yang membedakan coaching dengan mentoring atau konseling. Coaching lebih menekankan kepada pertanyaan reflektif dan mendalam. Seorang coach akan menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.
Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.
Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini. Selain keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar perlu dimiliki oleh seorang coach. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu: keterampilan membangun dasar proses coaching, keterampilan membangun hubungan baik, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Harapannya jika semua guru menerapkan teknik coaching ini maka guru akan mampu memfasilitasi murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Melalui implementasi coaching maka masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik sehingga potensi murid akan tumbuh dan berkembang dengan optimal. Bagaimana cara melaksanakan coaching ? simak ya diulasan artikel selanjutnya..
Ndalemwangan, 11 Juni 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar