Crysna Rhany Ningrum

Saya hanyalah seorang guru dari kota kecil yang tidak punya banyak harta untuk berbagi...tapi memiliki sebidang lahan di hati yg sangat luas untuk berbagi ilmu....

Selengkapnya
Navigasi Web

Pesan Allah Melalui Penjual Roti Bakar

#cerita_crysna

Pesan Allah Melalui Penjual Roti Bakar

“Bagaimana rasa roti bakar milo dan tiramisu, Mbak?” tanya penjual roti bakar langganan kami sambil membolak balikkan roti bakar yang kami pesan.

“Lho, Mas belum pernah nyoba?” tanyaku keheranan.

“Belum, Mbak.” Jawabnya sambil tertawa.

“Kenapa nggak nyoba, Mas?”

“Eman, Mbak.”

“Kok eman?”

“Ya eman, karena kalau saya makan satu roti bakar saja, berarti saya harus menjual 8 roti bakar, Mbak. Padahal jual lima roti bakar semalam saja susah.”

Mendengar jawaban penjual tersebut saya jadi tertampar. Kami begitu mudah membeli dan menikmati roti bakar kapanpun kami mau, sedangkan dia yang berprofesi sebagai penjual roti bakar malah belum pernah mencicipi menu terbaru dagangannya.

Inilah kehidupan. Harus pandai-pandai membaca pesan yang dititipkan Tuhan lewat tangan-tangan yang dipilih-Nya. Mendapati kejadian malam ini, saya semakin merasa bersyukur, karena Allah telah memudahkan apa yang kami inginkan. Tidak semua orang bisa mendapatkan apa yang diinginkan secepat yang ia mau. Ada rasa gemetar dalam batin ini. Gemetar karena dicintai Allah sebegitu besar. Dialah zat tak kasat mata yang selama ini selalu mencintai hamba-Nya tanpa syarat.

Sebelum selesai membakar roti kedua pesanan saya, saya menambah satu lagi pesanan roti bakar.

“Mas, tolong tambah satu lagi, ya.”

“Rasa apa, Mbak?”

“Milo dan tiramisu. Nanti plastiknya dipisah, Mas.”

“Baik, Mbak.”

Saya dan gadis remaja kami kembali menunggu pesanan dibuat.

“Anaknya jam segini sudah tidur belum, Mas?”

“Sudah mungkin, Mbak. Kalau ibunya yang selalu nungguin saya.”

“Nanti gerobaknya dititipin di sini atau dibawa pulang, Mas?”

“Dibawa pulang, Mbak. Dekat kok rumah saya. Tuh, gang kecil di depan rumah sakit lurus ke barat.”

“Oh daerah situ.”

“Kalau dititipin nanti saya harus bayar sewa, Mbak. Nggak kuat bayarnya.” Penjual itu menjawab sambil tertawa.

Bagi penjual kecil seperti ini, uang beberapa ratus ribu sebulan akan sangat berarti bagi kelangsungan hidupnya.

Anak perempuan kami mendengarkan pembicaraan kami sambil berulang kali menatap haru pada penjual itu. Hal kecil seperti ini yang akan selalu teringat dalam benaknya, bahwa mencari rejeki itu tidak mudah. Semua harus diupayakan. Semua harus diperjuangkan.

Akhirnya pesanan kami selesai dibuat. Kami adalah pelanggan terakhir karena jam sepuluh malam ia akan menutup kiosnya.

Setelah membayar dan menerima uang kembalian, saya menyerahkan sebungkus roti bakar yang tadi kami pesan terakhir untuknya.

“Mas, ini titip ya buat anaknya di rumah.”

“Lho, apa ini, Mbak? Tidak usah.”

“Tidak apa-apa, Mas. Tolong diterima, Mas.”

“Jangan, Mbak. Tidak usah.”

“Mohon jangan ditolak, Mas. Ini tasyakuran kami. Anak kami ini sedang berulang tahun. Besok umurnya genap berusia tujuh belas tahun. Mohon diterima, ya.” Ucap saya sambil menyerahkan kembali roti bakar yang tadi sempat ditolaknya.

“Masya Allah, makasih, Mbak. Semoga putrinya panjang umur.”

“Aamiin. Terima kasih, Mas. Sampaikan salam saya buat istri dan anaknya di rumah.”

Hati dan mata ini tiba-tiba menghangat ketika tanpa sengaja saya melihat ada sekumpulan butiran bening di mata penjual itu. Kejadian malam ini menyisakan rasa haru dan bahagia di hati kami.

Sepanjang perjalanan, gadis remaja kami yang esok hari genap berusia tujuh belas tahun tak henti-hentinya mengucap Alhamdulillah. Ketika saya tanya kenapa kok mengucap Alhamdulillah berulang kali? Dengan mata berkaca-kaca dia menjawab, “Kakak bersyukur punya Mama yang baik, yang selalu peduli pada orang lain. Kakak juga bersyukur karena Allah memberikan pelajaran berharga bagi kakak lewat mas penjual tadi.”

Kami pun akhirnya berpelukan. Berulang kali kuciumi pipi dan keningnya.

“Oh, bayi mungilku. Terlalu cepat waktu berlalu. Tak terasa kamu sudah sebesar ini. Tetap cantik dan sholehah ya, sayang.”

Ponorogo, 4 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post