#TantanganGurusiana hari ke-23

Awalnya saya kaget juga menyaksikan harga minyak goreng yang melonjak-lonjak. Biasanya Rp28.000,00 untuk kemasan 2 liter, tahu-tahu sudah menjadi Rp 35.000,00. Berarti ada kenaikan Rp 7.000,00 per kemasan.  

Kalau biasanya kita menghabiskan 2 kemasan per bulan, berarti ada total kenaikan Rp14.000,00 untuk minyak goreng. Lalu kita ngomel-ngomel. Apa gunanya? 

Lalu bagaimana menyikapinya? Apakah kita harus panik? Kalau untuk konsumsi rumah tangga, sebaiknya kita tidak usah paniklah. Kita kurangi saja pemakaian minyak goreng tersebut, artinya kalau biasanya masakan kita banyak yang digoreng, ya sudah buat saja "asam padeh", tanpa minyak dan tanpa kelapa. Itung-itung sekalian mengurangi intake lemak dalam tubuh.

"Tapi, kalau masakannya nggak digoreng, rasanya kurang enak bunda?"

"Iya, saya juga setuju itu. Kalau kurang enak, berarti, makan kita bisa menjadi berkurang porsinya. Jadi bagus kan? Sambil diet rendah lemak sekalian untuk menjaga jantung dan pembuluh darah."

"Terus, untuk urusan industri kecil dan menengah yang perlu banyak  minyak goreng bagaimana?"

"Ahh...biarlah itu urusan pemerintah saja. Sambil kita berdoa, semoga lekas turun harganya."

Tidak usah sedih kalau harga MINYAK naik. Yang sedih itu, MINYAKsikan si Dia bergandeng tangan dengan orang lain...

23.01.2022

Wau, tanggal rancak kiranya.