Pandemi covid-19 belum juga menampakkan tanda-tanda berakhir. Korban justru semakin bertambah dan meluas wilayah yang terpapar. Akibatnya anak-anak masih harus tetap belajar di rumah. Guru memberikan tugas melalui wa grup ataupun pembelajaran secara daring. Orang tua, khususnya ibu menggantikan peran guru. Menjadi pendamping belajar bagi putra-putrinya.

Namun ternyata tidak sedikit orang tua yang mengeluh, karena tidak sabar menghadapi anak sendiri saat belajar. Kondisi ini memicu emosi orang tua, sampai menimbulkan korban jiwa. Ibu tega membunuh anak sendiri karena emosi dan jengkel saat mendampingi anaknya mengerjakan tugas. Sungguh tragis.

Mari bunda saya sangat menghimbau dan mengajak untuk lebih bersabar dalam mendampingi si buah hati. Dampingi dengan penuh kasih sayang, penuh kesabaran dan kelembutan. Jangan emosi, namun gunakan hati saat mendampingi belajar si buah hati. Apabila emosi yang dikedepankan suasana belajar tidak nyaman. Kreativitas anak menjadi tidak berkembang.

Suasana kejiwaan yang penuh emosi saat mendampingi anak belajar membuat perkembangan kejiwaan anak akan terganggu. Anak akan semakin bandel, nakal dan temperamental. Atau sebaliknya anak menjadi penakut, rendah diri karena merasa bodoh. Tidak berani berpendapat. Apakah kondisi yang demikian yang bunda harapkan ? Tentu saja tidak.

Saya bisa memaklumi bila bunda gampang emosi, karena tugas mengurus rumah tangga itu memang tidak pernah ada habisnya. Melelahkan dan menguras tenaga dan pikiran. Tetapi alangkah baiknya bila kita bisa mengendalikan diri. Salam hormat (*).