Kemarin, Surabaya diguyur hujan sepanjang hari. Bukan hujan biasa , tetapi hujan lebat. Beruntunglah , aku libur kuliah . Jadi saat hujan deras , aku berada di rumah. Pagi cuaca mulai mendung .Rintik air mulai turun pukul 9 pagi, trus… makin lebat dan lebat. Ku coba untuk keluar dan berdiri di teras rumah, jalan di depan rumah mulai tergenang air. Kulihat ke atas , langit masih gelap dan awan hujan merata.

Hujan begini, Surabaya sangat sejuk. Enaknya ngapain… ? Tidur. Masuk kamar , di tempat tidur terasa dingin. Kuambil selimut dan berangkat…Zz..Zz..

Ting..ting..ting .. suara penjual bakso lewat depan rumahku. Hujan begini ada pedagang keliling ? Aduh kasihan… . segera keberanjak dari tempat tidurku dan pergi ke depan.

“Pak, bakso “

Aku panggil Pak penjual bakso , meski sebenarnya aku tidak ingin membelinya.

“ Bakso dua, Pak” kataku sambil kuulurkan mangkok yang telah kuambil dari dapur. Setelah memberikan pesananku dan kubayar, Pak penjual bakso bersiap untuk pergi.

“Hujan… gak berhenti dulu ,Pak. Berteduh … mari “ kataku sambil membuka pintu pagar.

“ Nggak Neng, terima kasih. Bapak harus jalan . Lagian juga kalau nggak keliling, mana ada pembeli yang datang kalau hujan begini “

“Benar juga” pikirku.

Setelah Pak penjual itu pergi, segera aku menyantap bakso yang masih panas . Kusisakan satu mangkok untuk adikku tercinta. Sambil makan aku merenung ... Kalau hujan begini, kasihan pedagang keliling. Mereka harus menerjang air hujan demi keluarganya. Kalau dagangannya laku, kalau tidak ?

Hujan belum berhenti hingga sore hari . Genangan air di depan rumahku semakin tinggi. Air juga masuk di beberapa rumah warga .Pikiranku masih terbayang Pak penjual bakso. Pasti di luar sana banyak Bapak penjual lain yang senasib dengannya. Atau orang lain yang harus memperjuangkan hidupnya dengan menerjang derasnya hujan. Semoga hujan menjadi berkat bagi mereka. Tuhan yang Maha Adil menyertai dan melindungi mereka. Amin.

#Tantangan hari ke-30

#Salam literasi

Surabaya, 29 Mei 2020