Menjadi Guru Berjiwa Muda
Seorang guru dan juga orang lain pasti dipenuhi beragam keinginan dan harapan. Khusus guru banyak keinginan yang ada dibenaknya agar proses pendidikan tercapai sesuai yang diharapkan. Begitu pula dengan siswa, bahkan mereka selalu dipenuhi dengan banyak keinginan. Semakin dewasa seseorang siswa, semakin besar dan kuat keinginannya. Namun keinginan tersebut harus dilandasi dengan diri pribadi masing-masing. Sebab masing-masing individu siswa masih dalam tahap perkembangan dan masih dalam pengawasan, baik oleh guru atau pihak orangtua di rumah, dan yang bersangkutan hendaknya juga dapat menilai dan mengevaluasi dirinya sesuai dengan kompetensi yang ada, layak atau tidak layaknya, pantas atau tidak pantasnya keinginan tersebut segera dimiliki.
Dalam dunia mengajar salah satu keinginan guru adalah berjiwa muda. Istilah jiwa muda di sini identik dengan sifat seseorang yang memilki semangat, arti semangat di sini bukannya bermakna konotatif atau yang lainnya. Tapi, memiliki semangat yang tinggi seperti anak muda, penuh vitalitas dan kesehatan prima, dapat menjiwai batin siswa seperti halnya menjiwai guru sendiri. Kebutuhan berjiwa muda pun adalah perangkat beradaptasi dengan siswa dan sebagai siswa juga sudah pasti sangat membutuh guru yang seperti itu, tempat untuk bercerita , terbuka dan tahu dengan sifat-sifat mereka dalam hal perkembang psyikologisnya menghadapi situasi pembelajaran. Masa siswa adalah masa dimana guru mampu mengatasi emosinya dan tidak cepat marah apalagi geram dan otoriter( kekerasan dalam membina) Untuk itu hanya guru muda yang mampu mendominasi dalam menghadapi siswa yang selalu banyak keinginan, suka over acting, mencari jati diri dan berkata seenaknya serta ingin menang sendiri.
Jadi untuk bisa menjembataninya dalam situasi belajar dan menjaga harmonisasi belajar, berjiwa muda adalah pilihan yang harus diambil guru untuk memaksimalkannya. Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana trik-trik guru menerapkan konsep jiwa mudanya kepada anak didik.
Pertama sekali guru harus masuk ke dalam kelas dan pura-pura bergaul dengan separo baya. Selanjutnya tugas guru harus menyelami setiap karakter individu siswa dengan bersahabat untuk mengenali sifat diri siswa, kemudian saling berbagi pengalaman dengan tujuan untuk mengondisikan siswa dalam masa transisinya. Lalu menggontrol diri siswa untuk tidak menggunakan bahasa negatif yang dinilai menyalahi budaya agar tidak menjadi suatu kebiasaan, dan langkah selanjutnya ciptakan kebersamaan bersama siswa ibarat menjadi sosok sebaya guna memperbaiki diri siswa yang menghadapi kekeliruan.
Suger,18 Februari 2020
📚🖋
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar