Dua Putri Kecil Penjual Wedang Ronde
Tantangan hari ke-14
#TantanganGurusiana
Ketika kami rekreasi di kota Batu Jawa Timur, kami menemukan salah satu wahana yang menarik. Wahana ini menyajikan berbagai properti anak-anak untuk bermain peran. Salah satunya, properti gerobak ronde beserta perlengkapannya. Melihat properti itu, kami pun langsung tertarik dan mencoba bermain peran. Nada dan Caca, dua putri saya langsung memerankan diri sebagai penjual wedang ronde. Sementara saya dan suami berperan sebagai pembeli. Jadilah, kedua putri saya sibuk mengambil mangkuk dan menuangkan wedang ronde dengan properti yang ada.
Dua putri saya Nada dan Caca usianya hanya terpaut 2 tahun. Nada berusia 6,5 tahun sedangkan Caca berusia 4,5 tahun. Karena hanya terpaut 2 tahun itulah, ketika saya mengajak mereka bepergian ke tempat umum, setiap orang selalu menganggap mereka berdua anak kembar. Apalagi, mungkin karena sama-sama perempuan, barang-barang yang mereka beli selalu sama. Termasuk, pakaian yang dikenakan keduanya nyaris selalu sama.
Mengenai wedang ronde, kali pertama saya mengenal ketika tinggal di kota pahlawan. Awalnya, saya penasaran seperti apa rasanya wedang ronde itu. Bersama suami, saya mencoba membeli wedang ronde ke pedagang kaki lima di pinggir jalan sekitar kapas krampung Surabaya. Begitu menyeruput minuman ini, rasanya nikmat dan tubuh menjadi hangat.
Sebagai minuman yang menghangatkan, wedang ronde sangat cocok jika diminum saat musim hujan. Ada dua komponen utama dalam minuman ini yakni jahe dan ronde berbentuk bulatan berbahan tepung. Jika ingin lebih bervariasi, minuman ini juga bisa dicampur dengan kolang kaling, irisan roti dan kacang tanah. Yang pasti, dengan mengonsumsi wedang ronde badan menjadi hangat, terutama pada tenggorokan, dada dan perut.
Sekadar diketahui, air jahe dalam minuman ronde dibuat dengan merebus jahe, gula merah (atau gula pasir) dan daun serai hingga mendidih. Selain itu, bisa juga dicampur dengan cengkeh dalam rebusan air jahenya. Sedangkan untuk ronde adalah adonan khusus yang terdiri dari campuran tepung beras ketan berisi kacang tanah yang sudah dihancurkan, dibentuk bulatan-bulatan kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih hingga mengapung. (*)
Surabaya, 28 Januari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar