Cahyadi Takariawan

Cahyadi Takariawan, penulis buku "Wonderful Family" Series...

Selengkapnya
Navigasi Web

Guru, Melejitkan Potensi Diri dengan Menulis

“Writing is a cost-effective way to share our ideas, and there are many opportunities for educators to have their voices heard” -- Andrea Marshbank, 2018

Ada sangat banyak cara untuk melejitkan potensi diri bagi para guru. Salah satu cara itu adalah dengan rutin menulis. Mengapa menulis bisa melejitkan potensi diri bagi para guru? Ada sangat banyak penjelasan untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, menulis adalah cara efektif untuk belajar menstrukturkan pemikiran

Para guru harus pandai menstrukturkan pemikirannya, agar bisa menyampaikan pelajaran dengan logis dan sistematis. Menulis membuat kita harus berpikir logis dan sistematis. Dimulai dengan membuat kerangka tulisan, mengajukan permasalahan, melakukan pembahasan dan memberikan solusi.

Kekuatan pengulangan dari proses menulis yang dilakukan para guru setiap hari, akan membuat terpatrinya cara berpikir logis dan sistematis. Cara berpikir ini akan sangat bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan mengajar di kelas, namun juga untuk kehidupan sehari-hari. Sangat banyak persoalan harus kita hadapi dan kita pecahkan, maka cara berpikir logis dan sistematis membantu kita mencari penyelesaian dengan tepat.

Kita semua pernah menjadi murid atau mahasiswa. Saya masih ingat betapa jengkel saat ikut kuliah dengan dosen yang membosankan, tidak sistematis, dan tidak menguasai materi perkuliahan. Saya sering merasa malas kuliah, apabila bertemu dosen yang menyampaikan materi perkuliahan dengan ‘mbulet-mbulet’, tidak terstruktur dan tidak dimengerti maksudnya.

Kedua, menulis adalah cara untuk mengikat makna

Jika membaca adalah menangkap makna, maka berbagai makna yang sudah kita tangkap akan mudah hilang dan terlupakan apabila tidak segera dituliskan. Kendati kemampuan otak manusia sangatlah luar biasa, namun tetap saja memiliki keterbatasan. Kita tidak akan mampu mengingat semua hal yang pernah kita baca.

Menulis adalah cara untuk mengikat berbagai makna yang sudah pernah kita tangkap dengan membaca. Sedemikian penting mengikat ilmu, hingga Abdullah bin Umar ra bertanya, “Ya Rasulullah, apakah ilmu harus diikat?” Rasulullah saw menjawab: “Ya.” Abdullah bin Umar bertanya lagi, “Apa pengikatnya?” Beliau saw menjawab, “Buku (tulisan).” (HR. Ath-Thabrani, Al Mu’jam Al-Kabir, No. 936, dan Al-Aausath No. 5056)

Orang-orang terdahulu dengan berbagai keterbatasan sarana menulis, sangat bersemangat untuk mengikat ilmu. Asy-Sya’bi berkata, “Apabila engkau mendengar sesuatu (ilmu), maka catatlah meskipun pada dinding” (Diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah dalam Al-‘Ilmu no. 146; shahih. Diriwayatkan juga Ad-Dulabi dalam Al-Kuna no. 1632).

Ketiga, menulis menuntut kita untuk banyak membaca

Aktivitas membaca, sepatutnya ditndaklanjuti dengan menulis. Sebaliknya, aktivitas menulis harus diimbangi dengan banyak membaca. Semakin banyak kita membaca, semakin mudah pula kita menulis. Kualitas tulisan kita juga akan selalu meningkat apabila rajin membaca berbagai ilmu pengetahuan.

Sangat berbeda antara guru yang rajin membaca, dengan guru yang tidak pernah membaca. Membaca bukan hanya menghasilkan wawasan serta ilmu pengetahuan, namun membaca juga mengasah kemampuan berimajinasi, menambah kosa kata dan memperindah kemampuan berbahasa. Hal yang sangat penting bagi guru untuk mengembangkan kemampuan mengajar.

Gabungan dari dua aktivitas positif –menulis dan membaca—membuat guru semakin memiliki ilmu pengetahuan yang meluas. Ada banyak ilmu yang dimengerti bahkan dikuasai, karena terbiasa dengan banyak membaca dan menuliskannya. Ada banyak keterampilan yang bisa didapatkan dari membaca dan menulis, yang akan semakin mengembangkan potensi para guru.

Saya membayangkan, betapa bahagia para murid saat mendapatkan guru yang memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Setiap mengajar selalu saja ada pengetahuan dan hikmah yang disisipkan di sela materi pembelajaran. Cara mengajarnya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan memadukan dengan kemampuan berimajinasi.

Keempat, menulis membuat guru bisa menyampaikan pendapat dan menebar manfaat

Para guru bisa sharing pengalaman mengajar –baik kisah sukses maupun kisah gagal, untuk menjadi pelajaran bagi guru lainnya. Para guru hendaknya bermurah hati untuk membagi tips serta resep mengajar yang menyenangkan dan disukai siswa, dengan menuliskannya.

Dengan cara menuliskan berbagai ide, tips, resep, rahasia, pengalaman dan saran, para guru bisa saling belajar satu dengan yang lain. Mendapat manfaat dari pengalaman rekan guru lainnya, dan menimba ilmu dari saran-saran para senior. Ini adalah cara pembelajaran diriyang mudah, murah serta efektif, karena semua bisa dikemas dalam bentuk tulisan.

Termasuk harapan dan rekomendasi kepada berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat, bisa disampaikan dalam bentuk tulisan. Ini yang disebutkan oleh Andrea Marshbank, “Menulis adalah cara yang hemat biaya untuk berbagi ide, dan ada banyak kesempatan bagi guru agar suaranya didengar”.

Selamat menulis.

Bahan Bacaan

Andrea Marshbank, How Teachers Benefit From Writing, www.edutopia.org, 2 Mei 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang keren Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik

23 Aug
Balas

Terimakasih mbak siti... aamiin...

23 Aug

Ilmu yang luar biasa. Jadi kangen buku-buku ustadz, nih. Baarakallah, Ustadz Cahyadi.

24 Aug
Balas



search

New Post