Belajar hal Sederhana dari Chiang Mai
Tantangan Hari ke-1884
#TantanganGurusiana-6
***
Sebenarnya bagi banyak orang adalah hal biasa, manakala ada kendaraan yang saling mendahului. Kalau dalam bahasa gaul antar sesama Bus Kota, ada istilah yang sangat familiar kita dengar, sesama Bus Kota dilarang saling mendahului. Walaupun pada kenyataannya, mereka kejar-kejaran dan bahkan ugal-ugalan di jalanan.
Rabu pagi, rombongan Asean Astronomy Camp (AAC) 2025 bergerak menuju TNRO (Thai National Radio Observatory). Ini merupakan yang pertama sepanjang kegiatan AAC dilaksanakan. Karena memang Teleskop Radio ini belum lama di operasikan.
Yang menjadi perhatian saya pribadi, pada tahun 2016-2018, saya merasa bahwa ini mungkin sebuah kebetulan. Iring-iringan kendaraan yang mengantarkan peserta ke setiap lokasi kegiatan selalu berjalan sesuai urutan nomor yang ditempelkan di kendaraan. Berbeda dengan yang pernah terjadi di negeri sebelah. Adalah hal biasa, manala ada kendaraan dengan nomor urut 3 berada paling depan, begitu juga dengan nomor yang lainnya. Namun tidak di sini. Walaupun kendaraan dengan nomor urut 7 bisa saja melaju dengan lebih cepat, tapi itu tidak dilakukan. Tetap saja sang sopir memberikan kesempatan kendaraan sesuai dengan nomor urutnya berjalan terlebih dahulu.
Saat mobil yang membawa rombongan sampai di kawasan parkir, maka semuanya berjejer sesuai dengan nomor urut. Begitu pula dengan siswanya. Satu hal yang membuat hati ini kok agak bagaimana begitu. Siswa dari Thailand tidak mau berjalan mendahului gurunya. Karena mereka tahu kita adalah Official Observer.
Jadi mereka akan berjalan kalau kita yang meminta mereka untuk lanjut saja berjalan terlebih dahulu. Berbeda dengan di negeri sebelah. Di depan gurunya cuek saja alias slonong boy alias cuek bebek (padahal bebek saja tidak begitu). Begitulah kira-kira peradaban mereka di sana dengan yang sebelah. Memang tidak semua sih, tapi sekarang sudah menjadi barang langka bisa menemukan anak yang rasa hormatnya kepada guru luar biasa.
Selama kegiatan kunjungan di TNRO, memang terlihat semangat anak-anak hebat ini juga luar biasa. Semuanya tertib, sehingga panitia pendamping tidak terlalu sibuk mengatur peserta. Cukup memberikan perintah dengan suara yang lembut, mereka sudah berbaris rapi, tidak seperti yang disebelah lagi. Sampai keluar urat leher gurunya, masih saja siswanya pada masa bodoh dengan arahan sang guru.
Kadang saya berpikir, apanya yang salah dengan negeri sebelah. Sudahlah pendidikannya bermasalah, kelakuan siswanya juga makin parah. Apakah harus kembali ke zaman dahulu kala, agar mereka bisa menjadi paham. Siapa yang salah? Entahlah. Tidak tahu lagi mau mulai dari mana. Yang jelas, saya menyampaikan kepada anak-anak. Yang mau diajak menjadi anak baik, ayo mari bergabung bersama saya, sama-sama belajar menjadi lebih baik. Kalau tidak mau ya sudah. Toh apapun yang mereka lakukan, tidak membuat saya rugi. Manakala naik akhlaknya, Insya Allah akan baik pula harapan kedepannya.
Itulah pelajaran sederhana yang saya dapatkan hari ini. Selain tentu saja banyak juga ilmu dari kunjungan ke Thai National Radio Observatory (TNRO). Semoga kedepan makin baik pula apa yang telah diniatkan.
***
~~ Taman Nasional Doi Inthanon, 130325 ~~
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantul diak, sehat dan sukses selalu
Terimo kasih banyak Uni. Sukses selalu
Ya betul. Rasa empati siswa di negara sebelah itu sudah sangat memprihatinkan. Nilai-nilai moral tak lagi menjadi perhatian. Mereka akan lebih protes jika nilai rapornya rendah ketimbang perilaku. Pun orang tua, lebih percaya nilai rapor ketimbang akhlak anaknya sendiri.
Terimo kasih banyak Uni. Sukses selalu
Ya betul. Rasa empati siswa di negara sebelah itu sudah sangat memprihatinkan. Nilai-nilai moral tak lagi menjadi perhatian. Mereka akan lebih protes jika nilai rapornya rendah ketimbang perilaku. Pun orang tua, lebih percaya nilai rapor ketimbang akhlak anaknya sendiri.
Mantap banget, salam sukses
Terima kasih banyak Pak Su. Sukses selalu
Sedih ya Pak. Negera Konoha itu makmur, tapi sayang yang makmur bukan rakyatnya
Hatur nuhun pisan Teh. Sukses selalu
Masyaallah, sedih ya, kemanusiaan yang adil dan beradab, tapi peradan di segala bidang lebih dominan di negeri Thailand. Sukses Mas.
Mantap ulasannya, Pak. Sala sukses selalu!
Terima kasih banyak Mbak. Sukses selalu
kembali ke contoh perilaku semut mas ustadz, lebih mulia mana antara hewan seperti semut dengan or**g? salam sukses mas ustadz
Benar sekali Mas ustadz. Sukses selalu