Hijrah ke Bumi Lawang Kuari (Bagian 3)
Matahari mulai condong ke arah barat. Namun, kami belum sampai juga di tempat tujuan, Sekadau. Aku pun bertanya pada suamiku.
"Mas, masih jauh kah?"
"Beberapa jam lagi, Dik," jawab suamiku.
Dalam hati aku mengeluh, jauh sekali perjalanan ini. Beberapa kali suamiku bertanya. Apakah aku ingin beristirahat dulu ataukah terus melanjutkan perjalanan. Meskipun merasa lelah, aku memilih untuk terus melanjutkan perjalanan. Tujuanku adalah aku ingin segera sampai di tempat tujuan. Aku sudah membayangkan nyamannya mandi dengan air dingin dan segera beristirahat.
Kini matahari sudah benar-benar tak terlihat. Waktu magrib telah beberapa saat berlalu. Jalanan mulai gelap, sementara tak ada lampu penerangan di sepanjang jalan. Kami hanya mengandalkan sorot lampu sepeda motor.
Kami berhenti di spbu untuk mengisi bahan bakar. Saat aku hendak turun dari sepeda motor, aku kesulitan menggerakkan kakiku. Sepertinya kram karena lama duduk di atas sepeda motor yang melaju. Pantatku seperti mati rasa.
Aku berusaha turun dengan berpegangan pada tubuh suamiku.
"Aduh Mas, kakiku kesemutan," keluhku pada lelaki pujaanku.
"Sabar ya, Dik. Sebentar lagi kita sampai," jawab suamiku sembari membantuku berdiri tegak.
Aku segera mengerak-gerakkan kaki dan badanku seperti saat orang pemanasan sebelum berolahraga. Aku berharap akan merasa lebih nyaman. Dan benar saja, badanku terasa lebih hangat dan pegal-pegal berkurang.
Setelah motor terisi penuh bahan bakar, kami melanjutkan perjalanan. Setelah sekitar setengah jam, belum juga kami sampai tempat tujuan. Aku pun kembali bertanya pada suamiku.
"Mas, masih jauh kah?"
"Sebentar lagi, Dik. Nanti kalau sudah sampai jalan bagus dan ada jembatan yang sangat panjang, tidak jauh lagi sampai,"
Kembali aku fokus, mengarahkan pandanga ke jalan. Tak berapa lama kami sampai di jalan yang bagus. Sepertinya aspal masih baru. Garis marka pun masih jelas terlihat.
"Alhamdulillah," pikirku dalam hati.
Aku seolah tak sabar sampai ke tempat tujuan.
Tak lama berselang, kami sampai di jembatan panjang yang dijelaskan suamiku tadi. Hati ini semakin lega karena membayangkan tak lama lagi bisa segera beristirahat.
Setengah jam telah berlalu. Namun, lagi-lagi belum juga sampai ke tujuan.
"Mas, masih lama kah?" aku bertanya dengan pertanyaan ini lagi.
"Lima belas menitan lagi," jawab suamiku singkat.
Dia pasti sangat lelah berkendara hampir tujuh jam. Aku saja yang tinggal duduk lelah sekali.
Tak lama lagi kami sampai. Entah mengapa ada semacam rasa kasihan muncul. Tanpa sadar kupeluk suamiku, sesaat. Dan segera kulepaskan karena tiba-tiba aku malu sendiri. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan dengan perlakuanku tadi. Aduuh, mengapa aku begitu. Maluku semakin menjadi. Untung saja kami masih berkendara, jadi ia tidak melihat polahku yang salah tingkah.
Jalanan yang kami lalui terlihat terang dan ramai. Sepertinya ini adalah pusat kota. Suamiku menghentikan motornya di depan penginapan.
"Mas, kita mau kemana?"
"Malam ini kita menginap di sini, Dik. Besok baru melanjutkan perjalanan,"
Aku tak berpikir bahwa tempat yang kami tuju adalah penginapan. Aku pikir aakn langsung sampai ke rumah. Namun, aku tak banyak bertanya lagi. Aku ikuti langkah suamiku. Kami segera menuju ruang resepsionis untuk memesan kamar. Ketika suamiku hanya memesan satu kamar, pegawai penginapan bertanya apakah kami suami istri. Kami pun dimintai ktp. Aku segera bertindak. Kuambil selembar fotokopi akta nikah dari dalam dompetku. Pegawai tersebut memeriksanya. Setelah itu, ia mengantar kamk ke kamar yang kami pesan.
Pikiranku saat itu adalah mandi. Ya, aku ingin segera mandi. Pada saat sekitar pukul 21.00 Wib. Berarti sekitar tujuh jam perjalanan kami dari Pontianak sampai Sekadau.
Sampai di dalam kamar. Aku segera mengambil pakaian bersih dan handuk. Aku minta izin kepada suamiku untuk mandi dulu. Sementara ia menunggu...
Sekadau, 3 Agustus 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar