Duka Menyelimuti Desaku (44)
Duka Menyelimuti Desaku
Hari keempat PPKM aku tetap di rumah saja. Berusaha menghindari kerumunan. Bersyukur segala kebutuhan sehari-hari masih ada. Jadi, tetap bisa memasak.
Pagi hari sebelum beraktifitas kunyalakan TV. Kali ini aku ingin tingkatkan imun dengan berolahraga. Kok Pakai TV? Ya, aku mau memutar youtube senam lansia. Dua hari ini kok jadi kepikiran ingin olah raga tetapi tetap di rumah saja.
Aku bergerak-gerak sendiri sambil mengikuti musik dan gerakan di TV. Ya walau tidak maksimal, tetapi lumayan bisa gerak.
“Ayo yang tenanan biar berkeringat!” kata suamiku sambil berjalan ke belakang untuk memberi makan ayam-ayamnya yang lumayan banyak.
“Siap,” balasku singkat sambil terus bergerak dengan lagu-lagu yang apik. Tak kuduga banyak lagu-lagu indah. Badan memang kurang berkeringat mungkin karena di dalam rumah. Ya Lumayanlah dari pada tidak gerak sama sekali. Hanya dua lagu, kemudian aku mulai memasak.
Usai memasak, kubuka WA siapa tahu ada kabar dari sekolah. Benar juga sekolah menginfokan untuk mengisi data tentang monev administrasi Guru SMP Semester 2. Alhamdulilah sudah bisa mengisi dengan lancar. Sesaat kemudian aku buka grup RT dan RW, Ya, Allah ada kabar duka dari RT 05. Ibu Rien meninggal dunia di rumah sakit setelah dirawat di rumah sakit. Kami pun hanya bisa berdoa agar Mbak Rien sudah bahagia di sisi Tuhan, Grup pun ramai. Kami tak bisa mengantarkan karena situasi seperti ini. Rencana dari perwakilan ibu-ibu, akan ada yang keliling untuk menampung amplop-amplop ucapan sebagai bentuk ikut berduka. Setelah terkumpul uang tersebut akan diberikan ke tempat duka.
“Pak, kok belum ada yang ke rumah ya?” tanyaku, usai tidur siang.
“Ya, ya kok tidak ada,” kata suami
“Jangan-jangan pas tidur,” batinku sambil menuju kran untuk berwudhu. Aku pun shalat asar. Tak lupa kupanjatkan doa untuk saudara-saudaraku yang sakit. Juga yang telah dipanggilNya agar diterima di sisiNya. Aku memohon ampun atas segala kesalahan yang kami perbuat. Semoga Allah segera mengusir pandemi ini segera berlalu.
Segera kuambil HP barangkali ada info di grup RT tentang waktu ibu-ibu yang akan keliling. Namun, tiba-tiba rasa gemetar menyelimuitiku hari ini. Air mataku belum juga kering atas kepergian Ibu Rien, kini ada berita duka lagi yaitu Ibu Nik. Desaku berduka atas kepergian dua warga kami. Grup WA desa dan RW pun ramai. Ya Allah, rasanya tak percaya. orang-orang terbaik dipanggilNya. Semoga Kau berikan tempat di sisiMu. Keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan.
Mari kita tetap tenang dan waspada. Jaga kesehatan agar tambah imun. Semoga corona segeri pergi. Kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah.
Ambarawa, 7 Juni 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar