Di ujung sore hari ini saya baru sadar kalau belum menyelesaikan tantangan menulis di hari yang ke 17. Nyaris lupa karena memang hari ini punya tugas khusus untuk menjaga si kecil seharian menggantikan mamaknya yang lagi berjibaku dengan bumbu-bumbu persiapan pengolahan daging qurban.

Seperti biasa kalau sudah bingung mau nulis apa, saya selalu menggunakan kenangan Facebook untuk mencari inspirasi. Biasanya kalau dapat kenangan berupa status ataupun foto di Facebook, saya akan kembangkan semaksimal mungkin menjadi tulisan. Minimal 300 kata seperti yang ditugaskan kemarin pada saat pelatihan menulis yang di inisiasi oleh PPPSU di Labuhanbatu Utara.

Ntah karena terburu-buru atau memang sudah buntu, hari ini saya sedikit tidak mudah untuk mendapatkan inspirasi walaupun sudah mengobok-obok kenangan di Facebook selama hampir lebih kurang 1 jam. Sampai akhirnya saya teringat di tahun 2018 dulu pernah mencoba serius untuk menulis bahkan sampai membuat website sendiri dengan nama budifajar.com. Website tersebut bertahan hampir 2 tahun dan akhirnya tutup karena memang tidak saya perpanjang lagi.

Alasan saya membuat website tersebut karena memang saat itu saya berencana untuk mengikuti kontestasi pemilihan legislatif. Saya berpikiran kalau pemimpin ataupun orang yang akan terjun kedunia politik harus mempunyai konsepsi politik. Dan itulah kenapa saya membuat website tersebut. Agar semua orang tau apa yang akan dan mau saya buat ketika saya terpilih nantinya. Secara tidak langsung saya berharap website tersebut mampu membentuk value saya.

Tidak mudah memang merubah mindset masyarakat. Belum lagi stigma kurang positif yang melekat di profesi ini seakan menambah beban kita untuk meyakinkan masyarakat bahwasanya perubahan itu nyata. "Uang adalah bahasa kalbu" penggalan lirik Iwan Fals ini seakan nyata terjadi di tengah-tengah masyarakat saat itu. Money politik merubah cara pandang masyarakat dalam memilih pemimpinnya.

Padahal angin segar perubahan terasa nyata seiring dengan hadirnya para caleg-caleg muda dengan semangat yang sangat luar biasa. Istilah "YANG MUDA YANG BERKARYA" seakan nyaring terdengar di bumi Labura. Labuhanbatu Utara seakan siap untuk menyambut bonus demografi saat itu.

Saya sendiri sebagai bagian dari milenial sepakat dan setuju dengan semangat perubahan yang digelorakan para caleg muda tersebut. Menurut saya sudah waktunya generasi muda yang turun tangan bukan hanya berpangku tangan. Mencari solusi bukan taunya hanya ribut tanpa aksi.

Namun, mimpi itu memang masih menjadi PR terbesar bagi bangsa ini. Mimpi besar perubahan masih kalah dan harus bertekuk lutut dengan angka-angka. Kekuasaan yang digunakan dengan sesuai selera juga menjadi benteng besar penghambat mimpi dan tujuan dasar dari demokrasi. Pembenaran-pembenaran politik seakan berperan besar membodohi masyarakat yang memang kurang teredukasi. Korupsi, Kolusi dan nepotisme seakan halal dengan alasan Human Right dan Asian Value. Tiga alasan kenapa Order Baru ditumbangkan saat itu kini dipertontonkan dan punya counternya sendiri. Counternya ya masyarakat juga. Rakyat seolah-olah dibenturkan dengan rakyat.

Fiuhhhhh. Jadi kemana-mana nih tulisan gara-gara terbawa suasana ha.. ha.. ha.. Mungkin hari ini sampai disini dululah. Kalau dilanjutin nanti malah ngalor ngidul kemana-mana. Mau keluar dulu beli bakso, sapa tau tukang baksonya bawa HT hi..hi..hi..

Aekkanopan 17 Juni 2024

#17