Pagiku yang Sibuk
Sebuah konsekuensi yang harus diterima dari sebuah pilihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karier. Persiapan pagi hari sebelum berangkat ke tempat tugas adalah hal yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa dihindari. Namun apa boleh buat itu adalah pilihanku. Aku harus menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Karena memang sudah menjadi kewajibanku sebagai ibu rumah tangga. Sengaja kami lakukan semua kegiatan di rumah tanpa adanya asisten rumah tangga. Namun kami sepakat bahwa pekerjaan rumah tangga kami kerjakan bersama tanpa adanya itung-itungan.
Aktivitas dimulai dari subuh, dari memasak (memotong sayuran, membuat bumbu, masak nasi, sayur dan lauknya). Bagian suami adalah cuci piring sambil mutar cucian, dan sering tidak sampai menjemurnya, karena waktu yang terbatas. Komitmen kami, pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama. Karena menyadari bahwasanya kita berdua sama-sama harus bekerja. Bertambah repot lagi saat anak-anak sudah mulai bangun, apalagi si bungsu yang maunya minta ditidurkan lagi. Belum lagi menyiapkan kakak-kakaknya yang juga mau berangkat ke sekolah. Tapi alhamdulillah anak nomor dua sudah mandiri.
Kupastikan sebelum berangkat, mereka harus sudah sarapan pagi semua. Dan tak pernah aku beli makanan di warung, karena sebisa mungkin selalu masak sendiri. Setelah semua selesai, kedua anakku berangkat sekolah, suami berangkat kerja, si bungsu dititipkan. Terakhir aku yang persiapan untuk berangkat bekerja. Ada kalanya aku terlambat lima sampai sepuluh menit, tiba di sekolah. Begitu seterusnya setiap hari. Bahkan kegiatan membersihkan rumah, tidak cukup waktu jika dikerjakan pagi hari. Membersihkan rumah biasanya selonggarnya, hal ini bisa dikerjakan pada sore hari. Harus dimaklumi, karena kami dua-duanya harus kerja dan ketiga anak kami masih kecil semua. Hampir setiap hari, mainan berhamburan dari bagian depan rumah hingga ke belakang. Ah semua ini akan menjadi kenangan saat mereka sudah besar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Bapak.. lebih curhat sebenarnya Bapak... Salam literasi..
Jadi ingat waktu dulu... pagi begitu sibuk terkadang tak bisa sarapan di rumah. Sekarang mereka sudah pada gede...Salam sukses bu..
Inggih tak bisa dipungkiri Ibu, sudah jadi kodrat wanita, menghandle kerja domestik dan kerja luar rumah.. tapi yakin bahwa itu semua kan berlalu..salam sukses juga buat ibu...
Hahaha... Iya begitulah konsekuensi yang harus ditanggung. Anak-anakku wes gede2, tapi ya tetep rumah nggak bisa jauh dari kata "berantakan". Entahlah, tak terima dengan ikhlas saja tak anggap takdir. La gimana lagi, dua orang dengan sudut pandang berbeda menyikapi arti rumah. Aku nganan wonge ngiri, wes bedo dalan. Wakakkakak... Loss doll akhire walau kadang dalam hati ngenes.
Wah klo bgtu jenengan perlu jasa asisten rumah tangga.. hehe..Dinikmati wae, insyaAllah nikmat...