Cerita Kayu Penghukum
# Tantangan Menulis Gurusiana hari ke 11 tanggal 04 Juni 2022#
Pembentukan karakter anak seperti membentuk pohon kecil yang masih dalam proses pertumbuhan, ketika pohon masih kecil dapat dibentuk, dibengkokkan ke kanan atau kiri, keatas bawah, kedepan atau kebelakang. Tapi jika pohon sudah sangat tua dan tinggi tidak dapat diubah lagi seperti yang kita mau, karena batang dan ranting-ranting sudah sangat keras, enggak bisa diubah lagi.
Begitulah pemahaman yang dimiliki orang tua bahkan guru kita pada zaman dahulu. Hukuman fisik yang keras dianggap memberikan efek jera sehingga anak tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.Memang enggak mengulangi kesalahan yang sama karena takut dipukul atau dibentak dengan kata kasar yang melukai hati.
Tapi yang menjadi dampak kejiwaan akibat pukulan dan makian itu adalah membekas luka jiwa dan hati yang enggak dipulihkan sehingga menimbulkan akar pahit dan kebencian berisi dendam yang besar ke orang lain.
Dulu asal kita salah ngomong, atau bicara kasar ke orang lain atau orang tua dianggap enggak sopan bisa cabai digosok ke bibir kita atau dicubit bibir kita agar enggak mengulangi mengatakan kata- kata kasar atau perkataan yang enggak bagus.
Jika duduk enggak sopan atau kaki ngangkang sehingga pakaian dalam dan paha kelihatan, langsung paha dicubit sampai memar kebiruan sehingga menimbulkan efek jera dan enggak diulang lagi.
Saat bermain di diluar bersama teman dan lupa pulang untuk makan, mandi sore, mengerjakan tugas dirumah, tidak menjaga adek, tidak mengangkat air, tidak mencari kayu maka ibu atau bapak kita akan mengambil kayu untuk menghukum kita dengan memukul kayu ke betis kita sehingga betis kita memar.
Saat nilai raport rendah dan enggak juara kelas, maka sapu lidi bertangkai akan dipukul ke tubuh kita dengan harapan orang tua agar belajar lebih keras lagi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi di kelas.
Saat guru pun dikelas sering memukul kepala dengan penggaris kayu saat kita tidak mampu menjawab pertanyaan mereka di kelas. Sampai terkadang penggaris kayu terbelah di atas kepala kita sangking kerasnya penggaris kayu itu dipecahkan diatas kepala kita.
Semuanya itu jika diingatkan dan dipilah akan dianggap sebuah pola pendidikan yang sadis dan kejam. Tidak ada perikemanusiaan atau sangat mengerikan sekali menerapkan pola pendidikan dengan hukuman fisik yang enggak dibenarkan karena bisa diadukan ke kantor polisi sehingga banyak guru yang diadukan maka banyak yang terjadi pembiaran di dalam kelas.
Semua pilihan hidup memberi konsekuensi.Pendidikan anak ditengah keluarga harus kembali di galakkan. Keluarga adalah taman kecil tempat bibit karakter yang baik mulai bertumbuh dari teladan orang tua yang baik dari nilai hidup, perilaku, perkataan, tindakan, kerja keras dan berbagai nilai kebaikan lainnya.
Keluarga yang memiliki waktu berkualitas yang tinggi akan memberikan dampak positif yang mengikat seluruh anggota keluarga dan memberikan kenyamanan dan kebahagiaan penuh penerimaan tanpa merasa dihakimi atau dituntut dengan berbagai alasan dengan adanya cinta tanpa syarat dalam keluarga.
Keluarga juga harus punya peraturan tegas yang disepakati bersama dengan berbagai reward atau hadiah jika melakukan peraturan dengan baik dan ada konsekuensi hukuman jika melanggar peraturan. Adanya rules atau peraturan yang disepakati dan dl lakukan bersama seluruh anggota keluarga membuat keteraturan yang terjadi dalam keluarga.
Adanya jam spiritual atau jam untuk mempelajari ajaran agama dengan baik akan memberikan pondasi yang baik untuk seluruh keluarga yang memiliki iman dan kepercayaan yang tangguh untuk meraih kemenangan dan kesuksesan dalam kehidupan dengan kerja keras dan penuh kejujuran atau integritas.
Hidup dalam perjalanan kehidupan yang penuh semangat keluarga untuk tumbuh bersama dalam karakter yang baik dengan melakukan banyak nilai kebaikan dan ketulusan.
Cerita kayu penghukum itu bukan untuk membunuh atau mematikan anak kecil tapi jangan menjadi sebuah pelampiasan atau bentuk ketidakmampuan atau ketidakdewasaan dalam mengelola emosi atau kekurangan secara finansial meluapkan kepada anak.
Hidup adalah proses pembelajaran dan perbaikan pola pikir manusia sehingga orang tua yang selalu mau berproses dan mau belajar akan memiliki anak yang bagus pertumbuhan dan perkembangan perilakunya karena orang tua akan selalu sigap untuk mencari tahu atau menemukan cara mengatasi masalah yang terjadi dalam diri anaknya.
Semoga semakin bertambah semangat orang tua di Indonesia ini untuk mau belajar dan belajar berproses mencari pengertian dan pengetahuan baru demi perkembangan buah hati ke arah yang lebih baik.
Balimbingan, 04 Juni 2022





Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya keren
Terima kasih banyak Ibu Rismalasari.. salam literasi Ibu
Pembentukan karakter anak seperti membentuk pohon kecil yang masih dalam proses pertumbuhan. Cerita kayu penghukum sepertinya cerita legenda yang pernah ada di seluruh pelosok negeri ya ibu Bestina Ruminda? Semoga sehat dan sukses selalu
Terima kasih banyak Pak Bambang . Salam literasi Pak
Mantap ulasannya dan informatif bunda Bestina, jadi teringat dulu waktu saya sekolah ayah dan guru tegas mendidik. Semoga sehat selalu
Terima kasih banyak Ibu Sri Rahayu.. Salam literasi Ibu