BEJA SUTRISNA, M.Pd.

Laki-laki bernama lengkap Beja Sutrisna, M.Pd. ini lahir di Banyuwangi pada 6 April 1967. Ia alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Program Pascasarjana Ju...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jibeg

Jibeg

Jibeg

Jibeg! Benar-benar jibeg!

Seluruh anggota tubuh terasa meriang. Maaf, kata “meriang” di sini bukan istilah anak-anak milenial sekarang yang katanya bermakna “merindukan kasih sayang”. Sumpah, bukan itu maksud saya! Ini memang benar-benar meriang. Seluruh persendian terasa ngilu, otak terasa beku, dan lidah terasa kelu.

Apa pasalnya? Sudah sepekan berlalu mengikuti kegiatan Kelas Menulis Online dengan tagline Tukar Tugu (Satu Karya Satu Guru), jemari tanganku masih terasa kaku untuk menari di atas keyboard laptopku. Peserta yang lain sudah melaju tancap gas pol layaknya Valentino Rossi, sehingga sudah hampir sampai finish (baca: bukunya sudah hampir selesai).

Sementara aku, jangankan satu halaman, satu kalimat pun juga belum. Padahal untuk menjadikan sebuah buku minimal terdiri atas 50 halaman, tergantung dari jenis buku yang ditulis. Wow …! Sampai saat ini aku baru bisa menuliskan satu kata yang terdiri atas lima huruf, yaitu “Jibeg” (Bahasa Jawa) yang bisa dimaknai bingung, jalan buntu, belum ada ide, dan sebagainya.

Sebenarnya, meriam, granat, bom molotov, dan senjata lainnya yang dilontarkan oleh para nara sumber senior dari Gurusiana, sudah cukup membuat porak poranda istana zona nyaman saya. Mengapa saya katakan zona nyaman? Karena selama ini saya merasa sudah cukup untuk menjadi guru yang biasa-biasa saja. Ternyata zaman telah berubah dan berkembang sangat pesat yang menuntut guru untuk bermetamorfosis menjadi guru yang luar biasa.

Gempuran yang bertubi-tubi dari nara sumber telah membangunkan saya dari hibernasi, dan membakar semangat saya untuk menjadi guru yang luar biasa. Bagaimana caranya? Dengan berliterasi. Berliterasi yang bukan hanya sekadar membaca tulisan orang lain, melainkan dengan menulis agar bisa dibaca dan menginspirasi orang lain. Cakeep…! Tapi ini bukan pekerjaan yang mudah guys. Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, tapi juga bukan pekerjaan yang mustahil.

Itulah salah satu jembatan emas untuk menuju impian menjadi guru yang luar biasa. Penuh tantangan dan ujian memang! Karena hanya dengan tantangan dan ujian, kehidupan menjadi bernilai. Bukankah Socrates, seorang filsuf Yunani kuno pernah mengatakan bahwa “The unexamined life is not worth living” (Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai).

Saya sadar bahwa untuk menjadi penulis yang hebat harus sabar merangkak dulu sebagai penulis pemula. Saya ikhlas seandainya ungkapan kejibegan saya ini “diedel-edel” oleh nara sumber. Walaupun agak ngeri tidak apa-apa, saya nikmati saja. Sebagaimana jargon yang sering diucapkan oleh seorang politikus Sutan Bhatoegana, yaitu “ngeri-ngeri sedap”. Semoga setelah diedel-edel otak saya yang beku menjadi ambyaaaarrrr.

Harapan saya yang terakhir semoga Si Mah “mood” yang masih pergi merantau bersama Bang Thoyib segera kembali untuk menemani saya menyelesaikan penulisan buku sesuai deadline sehingga bisa indah pada waktunya. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Jibeg' nya..ringan dibaca.....s moga jibeg bisa mengawali tulisan berikutnya

17 Sep
Balas

Terima kasih Bu. Lha ya itu, mau mulai nulis kok jibeg.

17 Sep

Kalau sepanjang dan seluas si "Jibeg" ini saja enggan dinamai tulisan (baca: embrio lahirnya buku). Lantas "Sembelit"-ku mau kusebut apa??

17 Sep
Balas

Kita senasib Pak, tapi berbeda kasta. Bapak sudah mahir saya masih mikir, Bapak sudah manteb saya masih jibeg.Terima kasih.

17 Sep

Jibeg vs Jebeng milikku ya Pak

19 Sep
Balas

Pasti menang Jebeng Bu Lina. Ibu nulis Jebeng sudah hampir selesai, aku masih jibee...gg saja.Terima kasih Bu.

19 Sep

Weeiiiiyyy...ini maahh muanthull Pak Bejaa.Selalu sehat, sukses terus dan Barakallah

17 Sep
Balas

Aamiin, terima kasih Bu Oktin. Sambil nunggu Si Mah mood, jibeg dulu saya rela, yang penting tetap sehat semuanya. Aamiin.

17 Sep

Sudah tidak "jibeg" kan? Keren looo. Salam kenal dan salam literasi. Semoga terus semangat, sehat dan sukses.

17 Sep
Balas

Terima kasih Bu Rina.Yang lain sudah pada lari, saya kok masih jibeg.

17 Sep

Bagus ceritanya pak, dalem juga jibeg he..he..hr

17 Sep
Balas

Ikutan jibeg saja Bu, siapa tahu bisa menemukan Si Mah mood.Terima kasih.

17 Sep

Jibek yg mengasyikan

17 Sep
Balas

Monggo ikutan jibeg Bu!Terima kasih.

17 Sep

Hebat motivatorku....mantap Pak...

17 Sep
Balas

Saya sebenarnya ingin nulis, tapi begitu buka laptop, langsung jibeg. Tengak tengok tidak tahu mau nulis apa. Masalahnya Si Mah mood tidak mau bersahabat dengan saya.Terima kasih Bu Endang.

17 Sep



search

New Post