Belajar dari Corona Sang Motivator
Belajar dari Corona Sang Motivator
Beja Sutrisna, M.Pd. (Guru SD Negeri 1 Purwoharjo, Banyuwangi)
Sampai saat ini seluruh dunia masih dihantui oleh pandemi virus corona atau yang populer dengan nama Covid-19 (Coronavirus Disease-2019). Berdasarkan informasi yang sering kita saksikan dari berbagai sumber, baik dari media cetak maupun media elektronik bahwa Covid 19 atau virus corona pada dasarnya adalah keluarga besar virus yang dapat menyerang manusia dan hewan. Dalam kasus manusia, biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit serius, seperti MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe acute respiratory syndrome).
Sumber yang lain juga menyebutkan bahwa sebenarnya virus corona yang pertama kali diidentifikasi oleh Dr Almeida ditemukan pada tahun 1964 di laboratoriumnya di Rumah Sakit St Thomas di London. Covid-19 sendiri merupakan virus corona jenis baru yang ditemukan pada manusia di daerah Wuhan, Provinsi Hubei, China pada tahun 2019. Wuhan merupakan kota yang menjadi salah satu jantung industri dan transpotasi di kawasan pusat China. Sejak saat itu, virus corona tersebut menjangkiti negara lain, di mana saat ini per 24 Agustus 2020 sudah 23 juta lebih orang yang terinfeksi di seluruh dunia.
Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Covid-19 pada Senin 2 Maret 2020 alu. Saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun. Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan WN Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2020.
Itulah sekadar tinjauan kembali tentang asal-usul Covid-19 yang hingga saat ini masih menjadi perhatian dan ancaman bagi seluruh dunia. Selebihnya, biarlah para pakar dan pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya untuk memberikan analisis yang lebih detail dan komprehensif serta dapat memberikan pencerahan kepada masyarakakat pada umumnya.
Hal yang pasti dari pandemi Covid-19 ini adalah dampaknya yang masif terhadap berbagai sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mulai dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Mungkin sebagaian besar orang tidak pernah menduga bahwa Covid-19 ini akan berkembang sangat cepat dan pesat serta berdampak luas seperti yang kita semua rasakan saat ini. Ketika di saat-saat awal mewabahnya Covid-19 di Indonesia ada beberapa daerah yang telah mengambil langkah tegas untuk menghambat penyebaran virus berbahaya tersebut dengan cara-cara yang di anggap lebay (berlebihan), seperti: penutupan akses keluar masuk warga masyarakat, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), serta pemasangan pembatas jalan umum menggunakan bahan cor beton (Road Barrier Beton). Termasuk larangan mudik bagi perantau pada saat lebaran Idul Fitri yang sudah menjadi tradisi ritual tahunan. Bahkan ada daerah yang memberikan sanksi kepada pemudik yang bandel dengan cara yang cukup unik yaitu mengkarantinanya di “rumah hantu” untuk memberi efek jera. Dalam aspek peribadatan juga mengalami pembatasan. Pendek kata, semua dilakukan di rumah saja seperti: bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah, dengan slogan yang sangat familiar yaitu di rumah saja (just stay at home). Warga masyarakat sangat dianjurkan untuk tidak keluar rumah, kecuali untuk kepentingan yang sangat mendesak. Itulah beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19.
Kondisi seperti ini adalah ujian terberat bagi seluruh umat manusia di seluruh dunia termasuk Indonesia, karena dampaknya yang sangat luar biasa. Sehingga, beberapa negara maju di dunia seperti: Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, dan negara lainnya sudah masuk ke jurang resesi ekonomi atau kemerosotan ekonomi, yaitu suatu kondisi ketika produk domestik bruto atau Gross Domestic Product (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Sebagai umat yang Berketuhanan Yang Maha Esa kita harus legawa menerima kondisi seperti ini. Saling menyalahkan bukanlah solusi. Bergotong royong dan bergandeng tangan untuk saling berbagi, menumbuhsuburkan rasa empati, memupuk semangat agar tetap tegak berdiri seraya memohon pertolongan kepada Illahi, itulah cara-cara yang terpuji. Kehidupan memang tidak dapat terlepas dari ujian, karena ujian itu sendiri merupakan bagian dari kehidupan. Setiap ujian pasti ada sisi positifnya, walaupun terkadang kita lebih sensitif terhadap sisi negatifnya. Socrates, seorang filsuf Yunani kuno pernah mengatakan bahwa “The unexamined life is not worth living” (Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai). Oleh karena itu ujian ini harus diambil hikmahnya agar kehidupan kita ke depan menjadi lebih baik dan bernilai.
Berbicara tentang dampak pandemi Covid-19 ditinjau dari berbagai aspek tentu tidak akan ada habisnya. Tanpa dibicarakanpun semua sudah tahu dan sudah sama-sama merasakan. Oleh karena itu penulis hanya ingin fokus untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan dampak positif dari Covid-19, agar kita selalu optimistis.
Salah satu dampak positif Covid-19 adalah tumbuhnya kesadaran untuk hidup bersih dan sehat. Covid-19 juga mengingatkan tentang pentingnya kegotongroyongan dan rasa empati terhadap sesama. Bahkan Covid-19 telah mendorong tumbuhnya kreativitas dan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti: semakin maraknya perdagangan secara online / daring (dalam jejaring), belajar secara daring, rapat secara daring, seminar secara daring, wisuda secara daring. Pendeknya, hampir semua kegiatan dilakukan secara daring.
Kegiatan secara daring ini tidak dapat dipisahkan dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sehingga dapat dikatakan bahwa barang siapa yang tidak mampu menerapkan TIK bersiaplah untuk gulung tikar, atau paling tidak hanya jalan di tempat. Bahkan akan disalip oleh para kreator dan inovator. Di sinilah kita semua, termasuk para Guru dipaksa untuk menguasai teknologi.
Siapakah kreator dan inovator itu? Yaitu orang-orang yang mampu menciptakan hal-hal yang baru yang lebih berdaya guna. Munculnya daya kreasi dan inovasi itu salah satunya disebabkan oleh kondisi yang sulit dan memaksa. Lalu, siapakah penyebab kondisi sulit dan memaksa? Salah satunya adalah pandemi Covid-19. Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Corona adalah motivator lahirnya para kreator dan inovator. Terima kasih, Tuhan telah mengirim Corona ke bumi untuk menjadi Sang Motivator yang telah banyak memberi pelajaran kepada kita semua.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar