PANDANGAN AGAMA TENTANG MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lembaga diperguruan tinggi mengkaji manusia, karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan lainnya. Para ahli mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyakknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economike (manusia ekonomi), dan sebagainya.
Agama islam sebagai yang baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang. Hal itu berlaku selama manusia itu menggunakan akal pikiran dan semua karunia Allah Swt dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari binatang. Sangat menarik pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang manusia menurut pandangan manusia.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalah, yaitu sebagai berikut.
1.2.1. Bagaimana pandangan agama tentang manusia?
1.2.2. Bagaimana pandangan filsafat tentang manusia?
1.2.3. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia ?
1.2.4. Bagaimana manusia sebagai makhluk sosial ?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ilmiah ini untuk mengungkapkan tentang, yakni sebagai berikut.
1.3.1. Keberadaan manusia berdasarkan agama
1.3.2. Sudut pandang filsafat tentang manusia
1.3.3. Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
1.3.4. Mengetahui manusia sebagai makhluk sosial
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1. Sebagai ilmu pengetahuan yang baru bagi pembaca.
1.4.2. Sebagai bahan literature-literatur filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PANDANGAN AGAMA TENTANG MANUSIA
Manusia memiliki peran ganda dalam dunia ini. Sebagai jasad ia adalah bagian dari dan berada di dalam alam semesta, tetapi sebagi ruh ia berada di atas atau di luar alam semesta. Dan karena kedudukan nya yang istimewa inilah manusia terpilih sebagai khalifah di muka bumi. Peranan manusia sebagai “klhalifatullah fil ardh” ini dijelaskan oleh Qur’an suci sebagai berikut.
“Dan Dia-lah yang telah membuatmu menjadi khalifah di muka bumi dan telah mengangkat sebagian dari kamu di atas yang lain guna mengujimu dengan sesuatu yang telah diberikan pada kamu sekalian ”. (Q.S, al-An’am, 6: 165)
Keyakinan tentang manusia itu makhluk yang termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagat ini. Allah karuniakan keutamakan yang membedakannya dari makhluk lain. Allah membekali manusia dengan beberapa ciri tertentu yang akan terangkan kelak kebahagiannya. Dengan karunia itu manusia berhak mendapat penghormatan dari makhluk-makhluk lain. Peri manusia di cipta dari segumpal darah atau dari tanah atau dari mani berubah menjadi segumpal darah. Ayat yang menjelaskan tentang kejadian manusia umumnya adalah dalam kontek memberi penghormatan atau supaya diambil i’tibar dari kejadian itu. Antaranya ada yang melukiskan tentang kekuasaan Allah untuk membangkit atau menghidupkan kembali insan itu dari kuburnya maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia ciptakan.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
- Turab
- Thien
- Shal-shal
- Sualalah
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.
· “Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”(Q. S. Al-Jatsiyah: 13).
· “Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”(Q.S. Ibrahim: 33).
· “Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”(Q. S. Ibrahim: 32).
Ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
· Jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 )
· Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ : 91 dan lain-lain)
· Nafsu (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain )
· Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain)
· Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ).
Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti :
· Lemah ( an-Nisa 28 )
· Suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ),
· Suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34),
· Suka membantah ( al-kahfi 54 ),
· Suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 )
· Suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya.
Hal itu semua merupakan produk dari nafsu, sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolbi. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolbi, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
2.2. PANDANGAN FILSAFAT TENTANG MANUSIA
Ada 4 aliran filsafat yang membahas tentang hakikat manusia, di antara lain sebagai berikut.
2.2.1. Aliran Serba Zat
Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia adalah zat atau materi (Muhammad Noor Syam, 1991).
2.2.2. Aliran Serba Roh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat adalah manifestasi dari roh. Menurut Fiche, segala sesuatu yang ada (selain roh) dan hidup itu hanyalah perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari roh (Sidi Gazalba, 1992:288). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa roh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada materi. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya betapapun kita mencintai seseorang, jika rohnya pisah dari badannya, maka materi atau jasadnya tidak ada artinya lagi. Dengan demikian, aliran ini menganggap roh itu ialah hakikat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.
2.2.3. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substransi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh dan roh tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan roh. Antara badan dan roh terjadi sebab akibat keduanya saling mempengaruhi.
2.2.4. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini, manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini.Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah SWT. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam materiil. Menurut Islam, manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan roh yang berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah roh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh roh semata. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.
2.3. PANDANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA
Hampir semua disiplin itu pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan dan mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan pendidikan adalah memahami dengan mendalam tentang hakikat manusia itu sendiri. Aritoteles (384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya ( Zaini dan ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat perbedaan antara manusia dengan hewan itu secara umum.
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu ( dan seharusnya) dimengerti untuk pemikiran selanjutnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini ( muhaimin, 1989 : 69). Untuk itu, adalah sangat penting membangun manusia yang sanggup melakukan pembangunan duniawi, yang mempunyai arti bagi hidup pribadi diakherat kelak. Dengan kata lain, usaha ilmu tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan progarm utama dalam pendidikan modern ( pendidikan yang lebih maju) pada masa-masa sekarang ini.
2.4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.
Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Bukti bahwa manusia makhluk berbudaya adalah kita dapat mengembangkan potensi perilau yang baik untuk bergaul dengan masyarakat dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan
Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya. Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip.
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Manusia memiliki peran ganda dalam dunia ini. Sebagai jasad ia adalah bagian dari dan berada di dalam alam semesta, tetapi sebagi ruh ia berada di atas atau di luar alam semesta. 4 aliran filsafat yang membahas tentang hakikat manusia, di antara lain: (1) aliran serba zat, (2) aliran serba roh, (3) aliran dualisme, dan (4) aliran eksistensialisme. Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab.
3.2. SARAN
1. Pembaca diharapkan bisa menginplementasi materi hakikat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Prawironegoro, Darsono. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Jakarta : Nusantara Consulting.
Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Norma, Ahmad. 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html (Diakses tanggal 28 Februari 2015)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar