KISAH SANDAL JEPITKU (True Story) - Sebuah Kisah Sederhana

Oleh Heru S. Prabowo

Suatu hari ketika jemputan itu harus dihentikan, saya harus berjalan kurang lebih satu setengah kilometer menuju BAITUL ‘ATIEQ yang diselimuti kain sutera hitam yang disulam dengan benang emas.

Bersama seorang bapak tua, kususuri terowongan panjang yang terang dengan lampu-lampu. Entah suara mesin apa yang kudengar setiap melewatinya, seperti suara baling-baling helikopter terdengar cukup kencang di dalamnya.

Teman seperjalananku bilang bahwa dia sudah beberapa kali ganti sandal, karena hilang, karena rusak. Saya melihat sepasang sandal jepitku yang setia menemaniku sejak pertama saya pakai. Rasa bangga dan sombong mulai menyelimuti pikiranku dan hatiku.

Akhirnya kami sampai di ujung terowongan itu. Di depan sana, bangunan peribadatan yang luas, besar dan kokoh terlihat. Hingga mencapai jarak separo ke arahnya, tiba-tiba temanku yang berjalan di sampingku menggeser lebih dekat ke saya. Dan terinjaklah sandal jepitku. Putus!

Duh, mak jleb rasanya. Allah langsung menegur rasa bangga-ku. Seketika itu, tidak ada yang mampu kulakukan kecuali memohon ampun kepada Allah.

Hari itu saya memperoleh pembelajaran yang amat berharga bahwa tidak boleh ada kesombongan meski itu hanya hal yang nampak sepele. Tidak boleh merasa bahwa barang kita, fisik kita, pengetahuan kita, posisi kita, keelokan kita, banyaknya pertemanan kita, sepak terjang kita, dll, lebih baik dari orang lain.