Hanya Ada Cinta
Hanya Ada Cinta
Jam 03.00 dini hari tadi, aku baru sampai ke Bekasi. Semalam menyusuri jalanan Bekasi-Garut. Mengira uwa ku sedang dirawat di RS, area kabupaten Garut. Maklum uwa ku orang Garut.
Mungkin karena takut mereporkan seluruh keluarga, info sakitnya uwa ku yang untuk kesekian kalinya ini tidak disebarluaskan infonya. Jadilah kami dapat info secara kebetulan ketika kakakku iseng melihat-lihat facebook. Jadi tanpa info jelas, RS mana, kami pun nekad ke Garut.
Olala, sampai Garut barulah didapat info jelas. Uwa ku dirawat di RS area kota Bandung. Hehehe, maka malam itu juga balik lagilah kami dari Garut ke Bandung.
Sesampai di sana, jam besuk pasien sudah lewat. Untunglah satpam begitu pengertian. Beliau bijaksana antara peraturan dengan perjuangan kami yang sudah babak belur melacak keberadaan uwa kami yang seperti dirahasiakan keberadaanya.
Nah ini dia. Saya suka sekali bila berhadapan dengan orang yang sudah bisa bijaksana. Akhirnya dengan serentetan wejangan dari satpam tentang etika berkunjung pasien terutama di luar jam besuk, masuklah kami ke ruang uwa dirawat.
Begitu melihat uwa. Jiwaku langsung ambruk lemas. Ingin menangis. Beliau yang sudah berusia 90 tahun ini kemarin masih perkasa. Banyak mendongeng pada kami. Kini terbaring lemah tidak berdaya.
Tubuhnya tergolek di kasur RS. Penuh dengan selang di sekujur tubuh. Wajahnya berwarna kuning kunyit. Balon udara dipasang karena sudah sulit bernafas. Beraneka infus ukuran sangat besar bergelantungan. Alat rekam jantung dan kabel benda medis lainnya berseliweran.
Uwa ku tak bisa bicara lagi dengan leluasa. Setiap dua jam serangan hebat terjadi. Hanya melalui tatapan mata, kami berkomunikasi. Oh, aku sangat ingin memeluknya. Tapi tak bisa. Seluruh alat-alat medis ini tak memungkinkan tubuh itu didekap walau hanya sebentar.
Barulah aku mengerti kenapa semua ini dirahasiakan. Ternyata berat sekali untuk pasien berhadapan dengan penengok. Berekspresi sedikit saja langsung megap-megap seperti orang tenggelam di lautan. Uwa ku orang yang supel dan menyenangkan bila berbicara. Fans nya banyak sekali. Tak terbayang bila tahu Beliau sakit. Pasti RS ini penuh dengan penengok Beliau. Pasti tidak bisa beristirahat dengan sempurna.
Aku baru tahu malam ini bahwa uwa ku bukan sakit biasa. Tapi divonis kanker empedu stadium empat. Bilirubinnya 30 padahal orang normal 1,3. Semakin hari bilirubin uwa ku meninggi. Diperkirakan besok, semakin meningkat bilirubinnya. Akibatnya Uwa akan hilang kesadaran. Seluruh organ tubuhnya akan teracuni.
Dilema terjadi. Tindakan high risk tak terelakkan. Harus diambil keputusan. Bila ditindak kemungkinan selamat fifty-fifty karena usia tua dan sesak nafas berat. Bila tidak ditindak, bilirubin semakin meninggi tak terkendali.
Uwa, semua pasrah. Hanya bisa berdoa. Melihat uwa kini, kami tak mampu berucap apa pun lagi. Lidah terasa kelu. Kaku menyelimuti. Hatiku hanya punya cinta. Lebih dari sebelumnya. Takut kehilangan. Terbayang semua kelincahan dan kasih Uwa selama ini pada kami yang begitu tulus.
Bekasi, 26 Oktober 2018
Untuk Uwa tercinta
By: IK
belajar menulis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa, cerita yg bikin hati terenyuh. Smoga rahmat Allah tercurah. Barakallah