Buku-Buku yang Dibaca R.A.Kartini

Hari ini Selasa, 21 April 2020 masih ada yang mengingat bahwa hari ini adalah Hari Kartini. Melalui media sosial seperti whatsApp, faceebook, instagram, twitter dan sebagainya masih ada yang saling berkirim ucapan, gambar, atau lagu tentang R.A. Kartini. Hanya pagi sampai siang saja ucapan dan gambar berseliweran di media sosial. Setelah sore sepi, tidak ada yang saling berkirim lagi.

Tidak ada foto atau video tentang lomba-lomba memperingati Hari Kartini. Sepi berita. Sekolah libur, kantor libur, masyarakat tidak boleh berdekatan apalagi berkerumun sangat tidak memungkinkan melaksanakan lomba. Lomba yang biasa diadakan dalam memperingati Hari Kartini seperti lomba berbusana adat, lomba memasak, lomba membuat tumpeng, lomba merias, lomab membaca puisi, membaca surat , lomba melukis, lomba paduan suara, lomba karaoke.

Lomba diadakan untuk mengingat perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita begitu kata panitia lomba. Disamping untuk menumbuhkan kekompakan, keberanian, kreativitas, dan cinta tanah air kata panitia yang lain menambahkan. Tentu panitia yang lain menambahkan lagi manfaat dan tujuan lomba dengan panjang lebar. Saya belum mengikuti, mendengar, menyaksikan lomba memperingati Hari Kartini yang bertujuan meningkatkan literasi.

Dari kecil hanya didengungkan bahwa Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Kartini memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita. Dalam istilah sekarang kesetaraan gender. Wanita zaman dahulu dipingit sekarang bebas. Intinya hanya itu. Tidak tahu persis bagaimana berjuangnya, mengapa beliau berjuang. Tidak penting dibahas. Yang penting berkat perjuangan R.A. Kartini sekarang banyak wanita yang jadi pejabat, pengusaha, tentara, polisi, guru, dokter, dan berbagai profesi yang sama dengan laki-laki.

Tidak diceritakan bahwa Kartini bisa memperjuangkan kaumnya dimulai dari ketekunannya membaca. Dengan membaca wawasan jadi luas. Semangat menggelora. Ide-ide muncul. Jiwa perjuangan membara. Semua itu karena buku yang dibacanya. Pergaulan semakin luas dan tanpa batas walaupun tubuhnya dipingit. Pola pikir yang maju terus dipupuk dengan buku-buku yang berkualitas.

Ilmu dan wawasam yang diserap dari membaca mempengaruhi pola pikir Kartini. Ide-ide, curahan perasaan dan gagasan-gagasan yang menggelora harus dituangkan. Bentuk penuangan berupa tulisan. Tulisan yang dipilih Kartini adalah surat. Surat kepada sahabat penanya yang jauh di seberang lautan. Lain benua lain budaya.

Berikut buku-buku yang dibaca R.A. Kartini yang diambil dari berbagai sumber. Buku yang suka dibaca beliau yaitu Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli. Buku novel ini menggambarkan kenyataan pahit kehidupan masyarakat Lebak di bawah cengkeraman kolonialisme dan feodalisme. Koran dan majalah juga dibaca Kartini. Koran Semarang, De Locomotief dan majalah wanita Belanda, De Hollandsche Lelie menjadi selingan diantara membaca buku.

Melalui majalah De Hollandsche Lelie inilah Kartini mempunyai sahabat pena. Ada iklan kecil yang digunakan Kartini untuk mencari sahabat pena yang bisa menjadi teman untuk bertukar pikiran. Gadis Belanda yang bernama Estelle Zeehandelaar serta pasangan suami istri Jacques Henrij Abendanon dan Rosa Manuela Abendanon. meresponnya. Merekalah yang selanjutnya menjadi sahabat pena Kartini.

Hilda van Suylenburg karya Goekoop de-Jong Van Beek en Donk menjadi buku favorit Kartini. Buku itut berbentuk roman. Roman tersebut berkisah tentang perjuangan wanita menentang kekolotan. Isinya sangat mempengaruhi Kartini. Buku Berthold Meryan karya Cornelie Huygens juga memikat Kartini. Buku ini membahas masalah sosialisme, perkawinan, dan kedudukan wanita.

Tentang nilai-nilai Jawa, ia mendapat tambahan wawasan dari buku Wedhatama, Centhini, dan buku hikayat-hikayat wayang. Di luar itu, buku Multatuli berjudul Minnebrieven yang terbit setelah Max Havelar memunculkan kesadaran kuatnya untuk membela pribumi.

Buku Moderne Maagden karya Marcel Prevost dibaca Kartini. Buku De Wapens Neergelegd karya Bertha von Suttner juga dibacanya . Buku ini bercerita tentang perjuangan memenangkan perdamaian sosial. Buku roman De Vrouw en Sosialisme karya Agust Bebel juga menjadi santapannya.

Roman karya Nyonya C Goekoop de Jong berjudul Hilda van Suylenburg menjadi buku tentang emansipasi wanita yang pertama kali Kartini baca. Buku ini yang turut mempengaruhi Kartini untuk memperjuangkan emansipasi

Kartini juga seorang santri. Beliau disebut sebagai santri dari Kiai Sholeh Darat. Kartini bertemu dengan beliau pada saat di rumah pamannya yang bernama Pangeran Ario Hadiningrat. Ketika itu Kyai menjelaskan tentang makna dari Surat Al-Fatihah.

Mbah Sholeh Darat menulis Tafsir Faidlur Rahman fi Tarjamati Tafsir Kalam Malikid Dayyan jilid satu ini ditulis selama sebelas bulan berjumlah 503 halaman dengan bahasan surat al-Fatihah dan surat al-Baqarah. Kemudian kitab Tafsir ini dicetak oleh percetakan HM Amin Singapura pada 27 Rabiul Akhir 1311 H/7 November 1893. Kitab ini kemudian dihadiahkan kepada Kartini saat ia menikah dengan Bupati Rembang R.M.A.A. Djojo Adiningrat pada 12 November 1903. Kitab yang kemudian mempengaruhi Kartini terutama dalam tafsir surat al-Baqarah yang ia baca tercetuslah kata Door Duisternis Tot Licht. Ungkapan itu sebenarnya dari petikan firman Allah SWT, yaitu Minadz Dzulumaati Ilan Nuur (Dari Gelap Menuju Cahaya), (QS. AlBaqarah:257)