Si Anak sagu yang terlantar.
Merantau, sejak kecil hidupku harus berpindah-pindah. Berpindah karena dikeluarkan dari sekolah, semua karena kenakalanku. Aku yang nakal dan suka membuat onar, hingga membuat Ayahku dipanggil menghadap Bapak kepala sekolah. Bila Ayahku telah dipanggil di sekolah, hasilnya dipastikan Aku akan di DO dan solusinya dipindakan ke sekolah lain di luar pulau.
Konon, menurut tetua di kampung bahwa kenakalanku ini karena nama yang diberikan padaku tidak sesuai, maka harus diganti. Nama kecilku adalah nama pemberian mantri yang merawat ibuku semenjak mengandungku. Ayahku, memutuskan untuk menganti namaku, menurutnya nama tersebut yang membuatku menjadi anak nakal. Segala ritual pergantian nama telah dilalui. Harapan besar Ayah dengan nama baruku, untuk menjadi anak yang berbakti pada orang tua, agama dan Bangsa.
Nama baru, sekolah baru, tempat tinggal baru dan kawan-kawan baru. Namun, bukannya Aku menjadi lebih baik seperti harapan Ayah. Kebahagiaanku bila mengajak kawan kawanku bolos sekolah untuk mencuri ayam bapak penjaga sekolah. Ayam curian tersebut, Aku bersama kawan-kawanku panggan di kebun milik petani di belakang sekolah, makan ayam panggan sambil tertawa riang.
Guruku selalu mengeluh tentang ulahku kepada Ayah, karena ujian akhir SD tersisa beberapa bulan lagi, aku harus dipaksa harus menurunkan sedikit kenakalan supaya aku dapat diikutkan dalam ujian EBTANAS SD. buku membujukku untuk meluangkan waktu untuk belajar supaya dapat lulus. Sebulan sebelum ujian, aku diantar ibu untuk meminta doa kepada tetua kampung untuk didoakan agar dapat mengikuti ujian dan memperoleh hasil yang baik.
Alhamdulillah, setelah ujian akhir berlalu. Kenakalanku kembali menjadi jadi, saya memutuskan untuk berhenti sekolah, aku capek, tidak ingin melanjutkan ke SLTP. Namun Ayah secara diam diam menitipkan Aku kepada saudaranya yang menjadi guru di salah satu SLTP. Namun, Aku tetap tidak mau. Nama Aku didaftarkan oleh saudara Ayah yang menjadi guru di sekolah tersebut. Sebulan berlalu, kegiatan penataran P4 semacam orientasi siswa baru telah selesai. Guru tersebut, datang lagi ke rumah untuk membujuk Aku untuk masuk sekolah. Saat ini Aku tidak perlu untuk mengikuti kegiatan P4, namun langsung bergabung di kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar bersama siswa lainnya.
Bersambung…dst
-Bang Oni Tomsio-
Penulis adalah peserta Workshop bahan literasi GTK Paud dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Surabaya 2017.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengalaman yang tak terlupakan..
Semoga memberi inspirasi
Dah laku ya pak Oni
Apanya nih yang laku
Waah...lagi asyik-asyik baca, bersambung nich. Ditunggu kelanjutan ceritanya Pak Oni. O iya...penasaran nich nama kecilnya siapa, Pk Oni ? Nakalnya kelewat gtu. Hehehe.... Tpi tak tampak lagi masa nakal itu sekarang, yang tampak sekarang sesosok pemimpin dan guru yang telah mengantarkan anak negeri menuju ekonomi mapan dengan kulinernya...Dengan pendidikan profesi Chefnya. Sukses terus, Pk Oni...ditunggu kelanjutan ceritanya.