BERGELUT TANPA CAHAYA (Bagian 4)
DO’A DALAM KEGELAPAN
(Bagian Akhir)
Oleh : Bambang Winaryadi
Mampukah kulayani permainan makhluk yang selalu menyapa tidurku? Malam ini kau ganggu aku dikegelapan. Pandanganku terbatas, tapi kau sapa aku dengan keasingan. Karena suara yang kau perdengarkan ditelingaku sungguh menggetarkan tubuhku. Bahkan batinkupun tak sanggup untuk menahan rasa takutku.
Malam ini kucoba melawan suara yang menggangguku. Suara berisik dan terdengar nyaring ditelingaku, kuputuskan untuk “berkompetisi” dengan membuat suara nada baru melalui kepalan tanganku yang kupukulkan ke dinding kamarku. Ternyata benar, suara itu hilang.
Alhamdulillah, suara itu hilang, yes merdeka batinku. Hilang rasa takutku, hilang gemetaran badanku, hilang kekhawatiranku. Rasa tenang itu membuatku berfikir tuk kembali mencari korek api yang biasa kugunakan menyalakan lilin-lilinku. Kuraba-raba dinding kamarku, tak juga kutemukan korek api itu. Hingga kucoba meraba bantal dan gulingku. Ah, ternyata korek api itu ada di bawah bantalku. Mungkin sekitar 10 menit diriku kesana kemari hanya untuk mencarinya.
Belum sempat kupetik korek apiku, kembali suara berisik itu menghampiriku. Kali ini diding kamarku seperti sedang dicakar-cakar. Kalau tikus tidak seperti ini pikirku. Kembali kupukulkan kepalan tanganku kedinding, tapi hanya berhenti sejenak, dan suara seperti sedang mencakar-cakar kembali terdengar. Apakah ini “kompetisiku” yang sesungguhnya. Kuusir dengan suara kepalan tanganku, tak juga berhenti. Malahan suaranya seolah mengajakku bersua.
Seandainya ini makhluk halus, insya’allah dengan do’a dan wirid yang kulafalkan, mungkin sudah pergi dan tak kembali batinku. Aku tak khawatir dan tak takut jika makhluk halus yang menggangguku. Tapi ini lain, yang menggangguku kali ini mencakar-cakar dinding kamarku. Suara langkahnya pelan, namun terdengar bak makhluk besar. Sampai akhirnya kuputuskan untuk mengundurkan diri dari “kompetisi adu suara” dengannya. Ternyata benar, akhirnya suara itupun hilang tanpa harus kuminta.
Usahakupun berhasil memantik korek apiku dan meraih lilin untuk kunyalakan. Pandanganku terasa nyaman, kumulai tenang dengan lilin yang menemaniku. Kupandangi jam dinding yang terus berputar di atas lemariku, dan seolah-olah ingin menyapaku dengan lembut dan berkata : om sekarang sudah pukul 5 pagi, waktunya salat subuh. Oh, malam ini kuhanya tertidur 2 jam saja. Bangun tidurku pun justru membuat badan ini semakin lelah dan ngantuk berat.
Menjelang matahari terbit, pak lurah menghampiriku dan menyapaku diteras rumah tempat tinggalku.
Pak Lurah : Bagaimana pak tidurnya tadi malam? Disini sejuk kalau pagi hari.
Saya : Hm, iya pak.
Pak Lurah : (Dengan pandangan penuh misteri) Sebenarnya sudah 2 kali orang yang menempati rumah ini dan selalu cerita minta pindah.
Saya : Mengapa mereka minta pindah pak? (jadi muncul rasa ingin tahuku).
Pak Lurah : Kampung kita ini kan rumah penduduk jaraknya berjauhan, dan masih hutan. (Sambil melirik kearahku lalu tersenyum dan melanjutkan ceritanya). Begini pak, sebenarnya di daerah sini masih banyak berkeliaran hewan buas.
Saya : Oh, begitu ya?
Pak Lurah : Iya pak. Apakah tadi malam bapak mendengar suara yang.......
Saya : (Langsung kupotong kalimatnya). Wah suaranya ngeri pak, sudah 2 malam ini saya terganggu. Dari arah dapur sudah terdengar suara yang mengganggu, bahkan suara itu juga menghampiri dinding kamar tidur saya dan terus seperti dicakar-cakar pak. Makhluk apa itu pak?
Pak Lurah : (Sambil tersenyum). Binatang buas yang sering menghampiri kami juga pak. Kalau sedang tak dapat buruan untuk dimakan, pasti mampir ke rumah penduduk untuk mencari makanan. Itu Beruang Hitam pak.
Saya : Hah, Beruang!!? (Hampir tak percaya)
Pak Lurah : Benar pak. Mari kita lihat di sekitar rumah ini. (Sambil menunjuk dinding-dinding rumah tempatku tinggal). Ini pak, itu pak, semuanya bekas cakaran beruang. Beruangnya kelaparan pak. Syukurnya disini tidak pernah ada yang kehilangan nyawa karena diterkam Beruang.
Saya : Selanjutnya? Saya harus bagaimana ini pak? Masa tiap malam tidak karuan tidurnya. (Kujawab sambil bercanda)
Pak Lurah : Nanti siang warga akan saya kerahkan memperbaiki beberapa bagian rumah ini dan membuat pagar kawat di sekitar jalan yang sering dilalui hewan ini. Insya’allah malam ini bapak bisa tidur nyenyak dan tak harus minta pindah.
Ternyata yang beberapa malam ini menggangguku adalah Beruang. Ini yang lebih kutakutkan daripada harus berhadapan dengan makhluk halus yang menyapaku. Syukurlah kalau malam ini menjadi malam yang mampu menenangkanku. Akhirnya ku tak harus bergelut lagi tanpa cahaya lilin-lilin yang biasa menemani malam-malamku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mengerikan juga ya, Pak. Rumahnya jarang, pinggir hutan, masih berkeliaran binatang buas, tanpa penerangan, lagi.
iya bunda... pengalaman yg tak terlupakan ini. 25 tahun yll. skrg sudah lumayan banyak penduduk kampungnya
Ternyata beruang yg mengganggu..
iya bunda,,, saya dulu jadi da'i ditempatkan di daerah terpencil... hehehe.
Keren pak, awalnya saya pikir kuntilanak hehehe
jangan kuntilanak bunda... ntar ga bisa tidur beneran saya... haha
Keren pak ceritanya
terimakasih bunda...
Wah keren ceritanya..mengejutkan dan wow pada akhir cerita
terimakasih bunda