Esosistem di kelas 5 Hamzah
Hari ini, pertemuan kedua mengajar IPA di kelas 5 Hamzah, masih bahasan tentang ekosistem. Namun, kali ini aku memiliki ide istimewa. Sebelumnya, aku sudah menyiapkan sepotong tanah subur yang aku ambil dari pot di rumah. Aku ingin membawa kehidupan ekosistem langsung ke dalam kelas, dengan memperkenalkan siswa-siswa pada cacing tanah. Kita semua tahu betapa pentingnya cacing dalam ekosistem sebagai pengurai atau komposer. Cacing ini, dalam tatanan ekosistem, adalah salah satu elemen terakhir yang mengatur keseimbangan.
Ketika masuk kelas, aku meletakkan bungkusan plastik berisi tanah dan cacing dekat pintu. Aku merasa bersyukur karena tidak ada siswa yang iseng atau mencoba membuka bungkusan tersebut sebelum waktunya.
Setelah pelajaran bahasa Inggris selesai, aku merasa gugup. Ini adalah momen ketika aku ingin menghadirkan ekosistem hidup ke dalam kelas. Saat kelas sudah siap dan aku sudah memberikan pengarahan singkat, tibalah saatnya untuk menonton video tentang ekosistem yang aku siapkan dari YouTube. Aku mematikan lampu kelas, dan siswa-siswa mulai menikmati tayangan video yang memperlihatkan keindahan alam dalam berbagai bentuknya. Cahaya layar menyinari wajah mereka, dan sesekali terdengar komentar-komentar kecil yang menggambarkan kekaguman mereka akan keanekaragaman alam.
Setelah video selesai, suasana kelas terasa lebih hangat. Aku membagikan lembar kerja berisi gambar-gambar ekosistem kepada siswa-siswa. Ada tiga gambar yang berbeda, dan siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok. Mereka harus mengamati gambar-gambar tersebut dan mengidentifikasi unsur-unsur abiotik dan biotik. Aku juga mengajak mereka untuk membedakan produsen, konsumen, dan komposer dalam setiap gambar. Tidak hanya itu, mereka diberi kebebasan untuk menjelajah informasi tambahan melalui buku-buku referensi.
Waktu berjalan begitu cepat, dan hampir pukul 12. Kami hampir selesai dengan pembelajaran hari ini. Namun, ada satu momen yang ditunggu-tunggu oleh siswa-siswa. Mereka tahu bahwa aku membawa cacing tanah ke dalam kelas, dan mereka diberi kesempatan untuk melihat dan bahkan memegangnya. Kegembiraan bercampur dengan rasa penasaran saat aku membuka bungkusan tersebut. Ada yang tertarik dan berani mendekat, sementara ada juga yang merasa cemas.
Begitu bungkusan terbuka, siswa-siswa melihat cacing tanah yang bergerak perlahan di dalamnya. Beberapa dari mereka dengan berani meraih tanah dan menemukan sepotong cacing. Aku melihat wajah mereka yang penuh antusiasme dan kegembiraan. Ada yang mengeksplorasi tanah dengan hati-hati, mencoba memahami kehidupan yang ada di dalamnya. Namun, ada juga yang merasa takut, tetapi setidaknya mereka telah berani melihat dari dekat.
Ketika pelajaran berakhir dan siswa-siswa bergegas menuju masjid, aku merasa senang melihat betapa mereka telah merasakan pengalaman belajar yang berbeda dan berkesan. Meskipun aku belum tahu reaksi mereka dengan pasti, aku berharap bahwa momen ini telah memberikan mereka pandangan yang lebih dalam tentang ekosistem. Tidak hanya itu, momen tersebut juga mengingatkan kami semua akan pentingnya berani menjelajahi dunia di sekitar kita, termasuk bagian kecil yang sering kali terlupakan, seperti cacing tanah.
Tagur-6Buahati, 30/8/2023

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar