Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dan Pak Guru Itu Adalah Aku (#29_Maaf Nak, Ayah Harus Gantung Dasi)

Krisis moneter datang tanpa menghiraukan pasangan muda yang sedang mengharap datangnya sang buah hati hasil cinta mereka. Akhirnya pasangan muda pun dapat merasakan penantian yang cukup mendebarkan akan datangnya si kecil buah cinta tanpa menghiraukan krisis nasional yang juga menimpa keluarga kecilnya. Benih cinta telah berkembang dan membuahkan sebuah ikatan yang akan semakin kuat dengan hadirnya si jabang bayi yang akan mewarnai keluarga muda ini. Namun krisis juga tetap berjalan sesuai kemauannya tanpa menghiraukan pula pasangan muda yang sedang menunggu lahirnya putra pertama. Kehadirannya sungguh dinantikan tidak hanya oleh kedua orang tuanya. Dunia pun sudah siap menyambutnya dengan berbagai perangainya. Termasuk krisis ini sudah memberikan salam hangat buat si kecil dengan harga-harga popok dan bedak yang harus dibeli dengan dolar. Maka lahir sajalah kau si mungil jangan pernah ragu. Tak usah kau hiraukan harga-harga yang menanjak. Biarkan dolar semakin naik dan menggilas rupiah yang semakin tak berharga. Biarlah Perusahaan-perusahaan itu tetap mem-PHK dan memecat dengan tidak hormat karyawannya. Biarlah krisis ini tetap memaksa sang ayah jabang bayi tetap susah mencari tempat untuk melabuhkan dirinya demi memberikan segelas susu anaknya nanti.

Karena semua situasi ini tak bisa dirubah dan dicegah, maka tetap saja aku kejar yang bisa kukejar. Biarkan bayi yang ada di rahim istriku itu tetap menyambutku dengan senyumnya ketika aku pulang dari menjajakan selembar ijazah SMA dan surat pengalaman kerja sebagai dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Adimnistrasi pada perusahaan photo dan video shooting yang takdirnya harus ditentukan oleh krisis yang kejam itu.

Maka tak perlu engkau ragu dengan kebaikan Tuhan, Suryo. Karena tuhan maha melihat bagi orang-orang yang mau berusaha. Tuhan maha mendengar setiap doa istri yang tulus dan ikhlas mensupport suaminya dalam setiap usahanya.

Pagi itu sinar mentari begitu hangatnya menyambut hari pertamaku untuk memulai lagi berkarya seperti pagi yang indah waktu itu. Waktu pertama kali aku melihat kantor baruku di photo studio dulu. Kali ini keberangkatanku ke tempat kerjaku yang baru ini tidak lagi disaksikan oleh Irwan teman kosku karena sejak menikah kami sama-sama sudah meninggalkan tempat kos bersejarah itu. Irwan pula yang lebih dulu meniti kehidupan baru dengan gadis pilihannya.

Aku berjalan lebih gagah dengan dasi merah maroon melingkar di leherku. Sepeda motor Honda C-70 pun menemani keberangkatanku tanpa ragu. Dengan senyum lebar aku menyapa tetanggaku di perumahan yang belum begitu akrab. Aku datang lebih awal di kantor itu dengan menenteng tas hitam cangklong. Aku langsung menempatkan diri di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan kursi berderet dan siap mendapatkan briefing dan motivasi pagi dari atasan. Semua kumpul di ruang itu. Beberapa kursi masih kosong dan briefing pagipun harus dimulai tanpa menunggu karyawan yang belum datang. Budaya on time diterapkan di perusahaan itu. Karyawan telat harus mempersiapkan otot tangan dan perutnya untuk melakukan push up sebagai konsekwensinya.

Motivasi dan briefing usai. Kami para karyawan baru harus siap dengan tantangan kerja paling pertama. Kami diangkut dalam sebuah kijang putih menuju sebuah perumahan cukup elit di kota itu. Kami di drop di pintu gerbang perumahan untuk bergerilya menggedor setiap pintu rumah yang memiliki prospek untuk bisa dikunjungi setelah deal dengan perjanjian kunjungan pada jam berikutnya untuk cek kebersihan rumah. Kami datang bukan sebagai petugas kebersihan dari dinas kesehatan, tapi kami mengetuk pintu rumah dengan modus/slogan bahwa kami datang untuk membantu memeriksa kebersihan rumah. Kedatangan kami disambut dengan berbagai perangai si tuan rumah. Bahkan beberapa pembantu rumah tangga tampak begitu arogan dan berkuasa sebagai wujud loyalitas pada majikannya.

“Maaf, Mas. Sales ya?” Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan yang menyakitkan. “Maaf Mas. Enggak dulu ya.” Perempuan itu berlalu sambil menenteng sapunya. Masih bagus perempuan yang tampaknya pembantu rumah itu menolakku dengan kata maaf. Penolakan yang sangat manis.

Beberapa langsung menutup korden jendelanya begitu melihat kehadiranku dengan baju putih berdasi. Aku dulu berfikir bahwa seseorang bekerja dengan memakai hem dan berdasi tampak terlihat elegan dan cool. Tapi kenapa profesi ini sungguh ditakuti oleh para penunggu rumah-rumah mewah di perumahan itu? Apa yang salah dengan dasiku? Apa yang aneh dengan pakaian rapi hitam putihku? Apakah seburuk itu profesi ini bagi para pembantu rumah tangga itu? Bebrapa kali ditolak masuk rumah, semangat hari pertama kerjaku mulai melorot seperti dasiku yang juga mulai melorot.

Tak sembarangan aku memilih rumah yang siap diketuk untuk membuat perjanjian bahwa aku akan datang lagi di siang atau sore hari. Berdasarkan pelajaran yang diperoleh saat motivasi pada briefing pagi, bahwa produk yang kita tawarkan adalah produk mahal, jadi kita harus jeli menilai calon konsumen. Maka, model rumah, bentuk garasi, merk dan tahun mobil, jumlah kendaraan, menjadi pertimbangan kami untuk melangkah dan mengetuk pintu.

Setelah masuk ke rumah, kami tidak akan menarwarkan barang secara langsung. Tetapi kami akan terlebih dahulu meminta ijin untuk membantu bersih-bersih rumah. Sasaran bersih-bersih rumah akan mengarah pada perabot rumah tangga yang berhubungan dengan busa, permadani, karpet, dan spring bed. Mengapa perabot rumah seperti itu yang jadi sasaran kamai? Karena pekerjaan baruku ini adalah berjualan vacum cleaner. Di sinilah pekerjaanku harus berkutat dengan debu rumah tangga.

Awalnya aku hanya melihat seniorku melakukan ini. Dia begitu piawai memainkan peran di dunia penjualan ini. Aku mempelajari dari setiap geraknya dalam permainan bisnis yang cukup halus. Tangannya begitu terampil membersihkan dengan menyedot semua bagian perabotan sambil mulutnya tak henti mengunggulkan produk yang sedang digunakan. Bahasanya yang lihai mampu memprovokasi si tuan rumah untuk mengarahkan pada sebuah transaksi pembelian. Dia sangat mahir mempengaruhi mindset calon konsumen untuk bisa berfikir sehat. Sehat untuk membebaskan anggota keluarga dari debu yang mengancam keselamatan anggota keluaraga. Hingga terciptanya sebuah closing. Closing adalah sebuah akhir dari kerja keras kami untuk menciptakan uang. Closing artinya Calon konsumen tertarik dengan produk kita karena mengerti betapa alat tersebut bermanfaat buat keluarga, lalu tanya-tanya harga, harga deal, dan terciptalah sebuah nota pembelian. Konsumen bayar, barang dikirim, komisi turun buat kami. Penghasilanku saat ini sangat bergantung pada butiran debu. Karena semakin banyak debu yang mampu disedot dengan alat itu, semakin konsumen ingin memilikinya.

Hari pertama bekerja, keyakinanku untuk mendapatkan closing cukup kuat untuk dapat melakukan seperti seniorku yang hebat. Aku semakin optimis bahwa di sinilah aku akan dapat menyelamatkan istri dan anakku yang masih berada di rahim ibunya.

Seminggu kemudian, dengan berbagai upaya dan daya aku berhasil membuat janji pertemuan untuk program bersih-bersih rumah itu. Janji bersih-bersih rumah sebagai sebuah modus untuk bisa menjual produk yang ditawarkan. Walaupun diantara mereka banyak juga yang sekedar memanfaatkan keberadaan kami untuk memang benar-benar membersihkan rumah tanpa ada basa-basi untuk menanyakan harga alatnya berapa. Karena memang di awal saat perjanjian, kita sudah mengatakan bahwa ‘kami tidak jualan’ sebagai kata kunci agar bisa masuk rumah. Maka begitu rumah mereka dibersihkan mereka akan segera mengucapkan ‘Terimakasih, Mas. Tapi maaf, belinya lain kali saja ya.’ Aku tak boleh marah, dan tetap keluar rumah dengan senyuman ramah. Walaupun hati dan badan ini cukup lelah.

Perumahan demi perumahan, hingga kota demi kota aku dan team tak mengenal yang namanya pantang menyerah untuk mendapatkan sebuah closing yang artinya mampu menjual barang dan komisi yang lumayan bisa masuk kantong. Waktu pun terus bergulir. Puluhan hingga ratusan rumah sudah diketuk dan beberapa puluh rumah sudah dapat menghirup ruangannya tanpa ada debu lagi.

Lelah tak dapat disembunyikan dari kelopak mata ini yang selalu berangkat pagi hingga malam. Kelelahan istri yang sedang mengandung si jabang bayi pun begitu terlihat. Dia rela tak tidur sebelum melihat senyumku di ambang pintu ketika aku pulang kerja. Dia selalu merasa gusar untuk memastikan sang suami pulang dengan selamat dan harapan lain tentunya mampu menciptakan ‘closing’ demi sang bayi mungil di dalam perutnya. Dan catatan selama bekerja di tempat baru ini, hanya ada satu kali ‘closing’ yang mampu tercipta. Istriku tampak bersinar mendengar berita yang ditunggu-tunggu itu. Semangat kami kembali membuncah.

Hari-hari berikutnya tampak lebih berwarna. Dorongan untuk bisa membahagiakan istri dan anak yang masih dalam kandungan begitu kuat. Namun bukan salah bunda mengandung kalau ternyata para calon konsumen mulai enggan dengan harga mahal. Upaya atau modus yang disampaikan bahwa alat itu bisa membuat seluruh keluarga terbebas dari virus atau bakteri yang disebabkan debu rumah tangga sudah mereka tangkap dengan baik bahwa itu hanyalah modus belaka. Kaburlah mereka dari sasaran kami.

Tak kuat aku harus bertahan dengan tanpa adanya masukan dari proses penjualan. Empat bulan cukuplah bagiku untuk berpakaian rapi berdasi tanpa ada msukan yang setimpal. Semua harus kuakhiri setelah sesuatupun terjadi saat sepulang berkeliling di luar kota. Mobil yang kami tumpangi dengan empat bannya sudah tidak memiliki gerigi tergelincir menyeruak ke sawah. Kami semua bisa terselamatkan dengan sedikit memar dan lecet. Tapi trauma itu menambah ketakutan dan kecemasan istri yang sedang hamil tua. Bukan hanya alasan itu aku harus resign dari PT. Foxindo. Tiga bulan setelah closing yang pertama dan terakhir itu mendorong aku untuk secepatnya menggantungkan dasiku. Akhirnya aku pun gantung dasi. Aku lelah. Aku resign.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat cerpan nya oke....sampai 50 episode ya

10 Oct
Balas

Terimakasih Pak. Perkiraan begitu Pak.

10 Oct

Perjuangan seorang bapak yang luar biasa. Semoga barokah

10 Oct
Balas

Amin, Amin, Amin. Mudah mudahan barokah.

10 Oct

Perjuangan Suryo sangat luar biasa. Saya ikut larut membayangkan lelahnya Suryo. Tapi, saya yakin Allah punya rencana indah buat mas Suryo dan dhe Dian. Lanjuuuutttt. Salam sehat dan sukses selalu, pak guru. Barakallah.

10 Oct
Balas

Inshaallah Bunda. Mudah-mudahan ada secercah cahaya terang di kemudian hari.

10 Oct

Suka duka seorang anak manusia...sabar Suryo..

09 Oct
Balas

Mudah-mudahan tetap sabar Bu.

10 Oct



search

New Post