Asep Saefur

Menulis adalah berkomunikasi dengan rasa. Menulis adalah ungkapan rasa tak bertepi. Tak ada batas ruang. Tak ada batas waktu. Menulis adalah berkomunikasi a...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kutitipkan Anakku dalam Doaku

Kutitipkan Anakku dalam Doaku

Kupandangi wajah kecil yang tengah tertidur pulas. Wajah polos yang begitu tenang tanpa beban. Kupeluk dia dalan tidurnya. Ada rasa nyaman mengalir dalam darahku.

Sekali lagi kupandangi wajah lugunya. Kucium pipinya. Ada getar aneh dalam jiwaku. Ada tenang memacu jantungku hingga mencapai kestabilan yang menyejukkan.

Aku jadi teringat akan masa kecilku dulu. Berlari di pematang sawah sambil membawa "kolecer" (baling-baling bambu) buatanku sendiri. Bermain mobil-mobilan dari bambu dengan roda terbuat dari sendal jepit bekas. Buatanku sendiri. Bermain layang-layang dari kertas tik yang sengaja kuminta dari pegawai kantor ayahku. Di tanah lapang ujung kampung layang-layang buatanku terbang mengangkasa membawa cerita tak terkatakan. Masa indah yang tergores lekat di ujung hatiku.

Kupandang wajah mungil anakku lebih dalam. Apakah hudup kecilmu seindah masa kecil ayahmu nak? Kini sawah tempat ayahmu berlari telah menjadi rumah-rumah mewah. Kini tanah lapang tempat dulu bermain layang-layang sudah menjadi pabrik kain milik orang asing. Yang tersisa untumu bermain hanyalah gang sempit yang bising dengan knalpot motor yang lalu lalang. Sesekali bisalah berlari-lari di jalan raya yang dibebaskendaraankan tiap minggu pagi. Alat mainmu semua berbayar nak. Kreatifitasmu terbelenggu uang dan barang dagangan. Ingin bermain futsal pun nanti kamu harus bayar.

Sekarang ini sehat itu mahal anakku. Air tanah telah tercemar, hingga minummu harus bayar mahal. Makananmu telah ternodai zat-zat kimia berbahaya, kecuali kamu mau merogoh kantong lebih dalam untuk mendapatkan makanan jenis organik yang katanya selama penanaman bebas dari zat-zat kimia buatan. Dan jika kamu sakit, dokter siap membantumu sepenuh hati karena kau telah bayar dengan begitu mahal. Itu belum termasuk obat-obatan yang adalah racun kimia. Oh iya, katanya kini beterbaran obat herbal namun tak semurni ramuan "pokok suhun" buatan nenekmu.

Kupeluk anakku dalam tidurnya. Jaman kehidupanmu memang jauh berbeda dengan kehidupanku. Namun aku percaya ketika di hatimu masih ada Allah yang menjadi tumpuan hidupmu, kamu pasti akan menemukan kebahagiaan yang kau cari. Anakku. Kebahagiaan itu sesungguhnya adalah ketika kita ikhlas akan segala ketentuan hidup ini, orang-orang di sekitarmu senang dengan prilaku dan tutur katamu, dan tentunya Allah ridho atas hidupmu.

Kupeluk anakku dalam damainya hati. Hingga tidurku pulas dalam kepasrahkan akan takdir illahi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post