Nilai Kearifan Lokal Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya: Weduk Parung Bedas Karang Mandala Teu Kacarita
Di tengah derasnya gempuran budaya-budaya asing yang menyerang ketahanan budaya bangsa Indonesia sehingga pada akhirnya akan meluluhlantakkan bangunan bangsa Indonesia, maka Indonesia perlu menggali keluhuran nilai-nilai ajaran leluhur bangsa untuk memperkuat ketahanan identitas nasional bangsa.
Salah satu sumber ketahanan identitas nasional bangsa adalah kearifan lokal yang banyak tersebar di tanah air dan sudah terbukti menjadi perisai tangguh ketahanan bangsa. Sebuah pepatah mengatakan "Jika ingin meruntuhkan ketahanan bangsa, maka hancurkanlah ingatan kolektif generasi muda terhadap sejarah masa lampau". Kemudian pepatah lain mengatakan "Kehancuran sebuah peradaban besar hanya bisa diruntuhkan oleh keruntuhan di dalam peradaban budaya itu sendiri".
Sebagai salah satu pusat kebudayaan sejarah Sunda di tatar Priangan dengan berdirinya Kabuyutan dan Kerajaan Galunggung dilengkapi dengan tumbuh berdirinya Kerajaan Saunggalah, Keeajaan Sukakerta dan Kabupaten Sukapura, maka di Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya memiliki sejarah budaya Tanah Mandala yang memiliki cerita di masa Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi mempunyai 100 orang putra dan putra le-75 yang bernama Munding Jaya Kawati diberikan Tanah Mandala yang luasnya di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciwulan, sebelah utara dengan Kahiyangan Galuh Cismis, sebelah timur dengan Kecamatan Manonjaya dan sebelah selatan dengan Laut Selatan dan diberikan 6.000 prajurit dipimpin oleh 5 kandaga lante/hulu jurit (panglima). Ketika masa penyebaran Islam oleh Kean Santang putra Prabu Siliwangi, Munding Jaya Kawati mengikuti Prabu Siliwangi ke Gunung Seda dan tilem/ngahiyang disana, namun keempat putra Munding Jaya Kawati mengikuti pamannya Kean Santang memeluk agama Islam. Ketika meninggal dunia, keempatnya dimakamkan di Taman Seda Perdagalih Pasir Oang di Ranca Kecamatan Salopa. Kermpat putranya adalah Batara Mandala, Raja Mandala, Raja Kayangan dan Sareupeun Mandala Darmasiksa. Khusus Sareupeun Mandala Darmasiksa memiliki keturunan di Desa Kaputihan Kecamatan Jatiwaras yaitu Sareupeun Ageung berputra Sari Gading yang putrinya Nyi Punai Agung menikah dengan Entol Wiraha putra Raden Kusumahdiningrat putra Sunan Jolang/Sunan Seda Krapyak dari Demak dan berputra Raden Wirawangsa yang menjadi bupati pertama Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha I yang menjadi cikal bakal Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.
Di Tanah Mandala, tersebutlah sebuah ungkapan "weduk parung bedas (gagah) karang mandala teu kacarita" yang berarti weduk adalah tidak mempan terhadap senjata tajam yang diartikan tidak mudah terpengaruh oleh setiap godaan negatif karena memiliki parung yang dalam kamus bahasa Sunda berarti batu kecil dan besar di tepi dan tengah sungai untuk menyeberang sungai dan air deras dari atas ke bawah di aliran sungai yang diartikan ilmu pengetahuan, sehingga weduk parung adalah ilmu pengetahuan yang didapat agar supaya tidak mudah terpengaruh okeh setiap godaan sesat. Bedas karang yang artinya bedas kuat bertenaga dan besar, karang yang artinya batu yang merupakan asal muasal tanah yang menumbuhkan tanaman untuk makanan manusia dan hewan sehingga terpenuhi makanannya. Oleh karena itu dengan memiliki ilmu yang membuat tidak mudah terpengaruh godaan sesat akan mendatangkan kesejahteraan kepada masyarakat. Mandala teu kacarita artinya mandala adalah konsep dunia tempat menuntut ilmu dan tempat suci bagi para orang mulia karena dikelilingi oleh kesucian dan dekat dengan kesucian, sehingga artinya manusia yang bersih tak ternoda dan penuh dengan amal. Sehingga arti lengkapnya weduk parung bedas karang mandala teu kacarita adalah "kewajiban menuntut ilmu yang bermanfaat sehingga memberikan keberkahan kepada diri dan masyarakat".
Dari paparan di atas, tergambar jelas makna yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut yaitu "TUNTUTLAH ILMU SETINGGI MUNGKIN" untuk kesejahteraan diri dan masyarakat.
Maka tepatlah kiranya jika kearifan lokal itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menuntut ilmu setinggi-tinggiya agar supaya derasnya budaya asing bisa kita saring untuk kemajuan bangsa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar