Kearifan Lokal Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis: Ajaran Kapanjaluan (Mangan Karana Halal Pake Karana Suci Ucap Lampah Sabenere
Kecamatan Panjalu merupakan kecamatan yang berada di arah utara Kabupaten Ciamis, berbatasan dengan Kecamatan Ciawi dan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, berada di kaki Gunung Sawal Kabupaten Ciamis sehingga membuat kontur daerahnya berbukit-bukit dipenuhi dengan keasrian hutan dan sumber mata air yang tidak pernah habis berupa sungai dan telaga. Beberapa objek wisata alam yang memukau pemandangan mata adalah Curug Tujuh dan Situ Lengkong lengkap dengan wisata sejarah Bumi Alit dan upacara Nyangku pembersihan pusaka peninggalan Prabu Sanghiyang Borosngora dan legenda mitos harimau Panjalu Bongbanglarang dan Bongbangkancana.
Menurut sejarahnya, Panjalu dulunya merupakan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang wanita yang gagah perkasa sehingga meskipun seorang wanita tapi seperti seorang laki-laki sehingga disebut pan (sifat) dan jalu (laki-laki). Dalam masa selanjutnya, Panjalu dipimpin oleh seorang prabu yang akan madeg pandita/lengser keprabon (turun jabatan) dan meminta salah seorang anaknya menjadi putra mahkota menggantikan kedudukan raja yang bernama Prabu Sanghiyang Borosngora dengan terlebih dulu mencari ilmu sejati (elmu sajatining elmu) yang akhirnya didapat dari tanah Arab dari Bagenda Ali yang mengajarinya agama Islam dan memberikan kepadanya air zamzam yang dibawa dengan gayung bungbas (gayung berbolong di bawahnya sehingga tidak mungkin membawa air), cis, kuluk dan toga. Air zamzam dikucurkan dari Pasit Jambu dan menjadi Situ Lengkong dan gayung bungbas dilemparkan ke puncak Gunung Sawal menjadi kulah karantenan dan cis, kuluk dan toga disimpan di Bumi Alit dan selalu dibersihkan dalam upacara Nyangku.
Dibalik cerita sejarahnya itu tersimpan kearifan lokal Panjalu yaitu amanat/ajaran Kapanjaluan yang berbunyi "Mangan karana halal pake karana suci ucap lampah sabenere". Bagi yang ingin mendapatkan kemuliaan hidup maka harus mencari penghidupan dari pekerjaan yang halal sehingga makanan yang dimakan (mangan) menjadi halal dan mendapatkan keberkahan, pakaian harus menutupi aurat dan bisa juga ditafsirkan tingkah laku yang baik harus menjadi baju kehidupan dan ucap lampah sabenere yang artinya ucapan dan perbuatan harus sesuai.
Dalam perilaku murid, maka seyogyanya guru selalu mengajarkan kebaikan dalam makan dan makanan, ilmu pengetahuan, berpakaian, berbicara dan bertingkah laku sehingga diharapkan peserta didik akan memjadi manusia sejati yang perkasa seperti kesatria.
Kearifan lokal itu akan menjadi benteng peneguh sikap-sikap baik siswa.
Semoga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar