Artha Kristanti

Mengajar di SMPN 5 Yogyakarta, salah satu keberuntunganku. Ditengah tengah siswa cerdas, membuat aku tidak boleh berhenti belajar dan berinovasi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
DONAT TAUFIK

DONAT TAUFIK

Ada yang beda pagi ini. Di meja panjang ruang guru sudah tersaji donat aneka warna. Kami semua terkejut. Siapa yang menyiapkan. Tiba-tiba datang Taufik salah satu siswaku. Dia terseyum lebar sambil berbisik:” Ibu, semua donat itu untuk Bapak/Ibu Guru”. Aku kaget sambil balas bertanya:”Berapa yang harus Ibu bayar untuk semua donat ini”. Maklum karena sehari-hari Taufik memang berjualan donat. “Tidak perlu membayar Bu, ini syukuran dari bapak saya.

Walikota Yogyakarta memiliki program baru dalam bidang pendidikan.Yaitu memberi kesempatan penduduk miskin, pemilik KMS (Kartu Menuju Sejahtera) untuk mendapat kesempatan yang lebih besar masuk sekolah di negeri. Caranya dengan membuka lebih dulu pendaftaran siswa baru khusus siswa KMS. Sehingga banyak siswa KMS yang nilai USBN lebih rendah dari siswa reguler bisa diterima di sekolah negeri. Ada dua masalah yang muncul pada hampir semua siswa KMS. Permasalah ekonomi dan akademik. Pemicunya mereka ada ditengah tengah siswa reguler memiliki nilai USBN tinggi dan perekonomian orang tuanya mapan. Perbedaan yang menyolok itulah yang kadang juga menyebabkan permasalahan sosial bagi anak KMS. Biasanya mereka lebih pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Padahal sebenarnya siswa reguler tidak menjauhinya.

Salah satu siswa KMS itu adalah Taufik. Dia tidak menyerah dengan permasalahan ekonomi. Dia tidak minder apalagi menarik diri. Buktinya, agar bisa memiliki laptop dia mau berjualan donat sejak kelas 7. Hanya dia satu-satunya siswa di kelasnya yang belum memiliki laptop. Setiap pagi tanpa malu dia membawa dua sampai tiga boks berisis donat. Temannya sekelas menjadi langgananya. Jika donatnya belum habis dia akan menjual ke kelas yang lain. Tanpa segan dan malu dia akan berkeliling dari kelas ke kelas. Jika saat pulang dan ada donat yang belum laku, biasanya aku panggil ke ruang guru. Mulailah aku memprovokasi teman-temanku untuk membeli donatnya. Rutinitas itu yang dilakukan Taufik sampai awal kelas sembilan.

“Bu, besuk senin saya ijin tidak masuk, saya akan disunat”: tutur Taufik seolah berbisik . Mungkin dia tidak ingin seluruh temannya tahu. Spontan aku jabat tangannya, kulihat matanya yang berbinar bahagia. ”Boleh mas, Ibu harap kamu cepat sembuh ya”: bisikku tak kalah pelan. Saat itu aku betul-betul bahagia. Dalam hati aku akan menyarankan siswaku membeli kado. Tak lupa aku juga akan mengajak guru-guru untuk berkunjung ke rumahnya.Sebelum mengakhiri pelajaran karena bel sudah berbunyi , aku panggil ketua kelas untuk menemuiku di ruang guru. Singkat kata mereka akan membelikan kado sepatu bermerek terkenal .

“Bu, sepatu bermerk yang asli tidak ada yang ukuranya 36.Kami sudah keluar masuk toko sepanjang jalan Malioboro”: sms ketua kelas. Aku langsung menelepon mereka:”beli merek apa saja mas, asal ukurannya cocok”. Aku ingat saat seisi kelasku sepakat membelikan sepatu bermerek terkenal yang asli. Mungkin mereka tahu, Taufik juga ingin memiliki sepatu seperti yang mereka pakai. Tubuhnya memang kecil maka ukuran sepatunya berkisar 35- 36.

Hari Senin Taufik tidak masuk. “Dia benar-benar disunat”: batinku. Dimeja ruang guru tersaji donat aneka warna.Tidak hanya guru dan karyawan yang menikmati. Aku membagi donat itu sampai tukang kebun dan Cleaning Cervis. Hari itu kami pesta donat. Saat istirahat,kami sepakat berkunjung ke rumah Taufik. Dengan mobil sekolah kami berangkat bersama-sama . Walaupun lokasinya dekat sekolah, kami harus tanya sana sini. Maklum rumahnya ada ditengah kampung perkotaan. Untuk sampai ke rumahnya mobil kami harus melewati gang sempit berkelok kelok. Taufik ternyata sudah menunggu di depan pintu. Wajahnya tampak berseri-seri saat menerima kedatangan kami. Aku selipkan di saku bajunya amplop isi uang tali asih dari seluruh guru dan karyawan sekolahku

Taufik ternyata hanya tinggal dengan bapaknya. Kakak perempuannya tinggal di sekolah berasrama. Aku pikir ibunya sudah meninggal dunia. Dugaanku salah. Di depan teman-temanku, Taufik menceritakan kalau ibunya sudah meninggalkan bapaknya sejak dia masih belum sekolah. Kabarnya dia tinggal di Jakarta dan sudah menikah lagi. Sejak saat itu dia tinggal berpindah-pindah bersama bapaknya. Ada nada getir dalam kata-katanya. Kami semua terdiam, Bu Tri temanku yang paling sensitif sudah beruraian air matanya. Pak Noor Khan guru agama kami langsung memeluk Taufik. Aku sekuat tenaga menahan air mataku. Terbayang saat anak-anakku sakit, mereka tidak mau kutinggal bekerja. Mulai dari mandi, makan, dan minum obat, mereka hanya ingin aku yang melayaninya. Sedangkan Taufik... Aku tercekat. Tiba-tiba terdengar suara laki-laki batuk, mungkin memberi isyarat kedatangannya. Kami tersadar, dan spontan melihat laki-laki itu. “ Bapak, ini guru-guruku”: kata Taufik sedikit manja. Bersamaan kami berdiri, menyambut laki-laki itu. Dia tampak kesulitan menjabat tangan kami. Ternyata salah satu tangannya cacat, sepertinya terkena Polio. Oh...makin hancur hati kami saat melihat kondisi itu. Taufik....anak yang luar biasa. Aku makin menyayanginya.

Dua hari kemudian Taufik sudah masuk. Dengat tertatih-tatih dia berjalan di lorong sekolah. Kali ini dia tidak membawa donat dagangannya. Aku panggil dia dan aku ajak ke laboratorium Fisika. Sesuai pesan teman-temannya, karena mereka akan membuat kejutan. Aku beri banyak nasehat untuk Taufik. Intinya, Taufik harus belajar keras agar bisa menjadi orang yang sukses. Ada tiga hal yang aku tekankan. Yang pertama, harus takut akan Tuhan, yang kedua harus menghormati orang tua, dan yang ke tiga harus mengasihi sesama. Taufik mendengarkan sambi menduduk. Aku yakin di akan mengingatnya seumur hidupnya. Bel berbunyi,semua siswa masuk ke kelas masing-masing, suasana mulai hening. Aku bawa Taufik ke kelasnya. Penasaran membayangkan kejutan siswaku padanya.

Pintu yang tertutup rapat aku buka, agak sulit. Taufik spontan membantuku. Tidak kudengar suara dari dalam kelas, tak biasanya siswaku hening saat tidak ada guru di kelasnya. Pintu berhasil terbuka, tiba-tiba suara gitar dan keybord mengalun merdu. Arsya, siswaku menyanyikan lagu Arti Sahabat ( Nidji). Hebatnya semua siswa terdiam. Kami semua menikmati lagu ini. Terasa sangat nyaman hatiku. Bahagia melihat siswaku saling memperhatikan saling menyayangi satu dengan yang lain. “Nak, jaga rasa ini sampai kalian dewasa”: doaku . Sebelum lagu berakhir, Rio sang ketua kelas menyerahkan kado, cukup besar jika berisi sepatu. Aku penasaran apa lagi yang dibeli siswaku. Taufik menerima kado itu, tak kusangka dia langsung memeluk Rio sambil menangis. Terbata bata dia berkata: “ Terimakasih, ini kadoku yang pertama seumur hidupku”. Kami semua tercekat, beberapa siswa perempuan mulai mencari tisu. Kembali aku berusaha menahan tagisku, dan gagal. Aku peluk Taufik erat sekali sambil menyembunyikan air mataku. Suasana cair saat Arsya kembali menyanyikan lagu “ Kepompong”. Aku ajak semua siswa menyanyi bersama-sama. Suasana riang mulai terasa. Tiba-tiba pintu kelas diketuk, deg... aku sedikit kuatir, jangan-jangan temanku yang mengajar di kelas sebelah. Saat kubuka ternyata Bu Santi mama Rio mengantar dos besar isi ayam goreng merek terkenal kesukaan anak-anak. Tak ketinggalan ada susu coklat dalam kemasan gelas plastik. Pesta kelaspun dimulai. Kami semua bahagia.

Saat kisah ini aku tulis, Taufik diterima di SMA Negeri di dekat rumahnya. Selama persiapan UN, dia dibiayai ibunya Arsya untuk mengikuti bimbel. Walau nilai UN nya tinggi dia tetap memilih sekolah yang tidak favorit. Alasannya sederhana, agar bisa berangkat ke sekolah berjalan kaki. Dia tidak harus mengeluarkan biaya untuk naik angkutan umum. Menurut Taufik semua sekolah baik, asal belajar keras, di manapun sekolahnya dapat tetap sukses. Donat Taufik sudah mengajari banyak orang untuk tetap berjuang dalam kekurangan , tetap bersyukur dalam segala hal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post