Berdiri di depan jendela sambil memandang ke depan. Itu kebiasaan ku setiap pagi begitu pagi tiba. Rasanya ada yang kurang jika tak kulakukan. Itu kulakukan selama sepuluh sampai lima belas menit. Lantas apa yang kupandang? Tentu saja kebun cabai yang semakin membuatku sayang jika terlewatkan memandangnya. Buah yang merah dan menggoda. Meskipun harganya semakin anjlok. Tetapi tak membuat patah semangat. Kusyukuri karena ada tambahan aktivitas. Daripada hanya bengong saja atau melakukan aktivitas yang kurang bermanfaat. Ya kan?

Memang Si Merah, cabai kesenanganku semakin hari semakin subur Sajam Kini sepekan sudah dapat dipetik sepuluh sampai enam belas kilogram. Lumayan untuk jajan Di Bocil.

Lantas kaitan Si Merah dengan menulis apa? Tadi di awal kuceritakan tak memandang Si Merah dalam sehari terasa ada yang hilang. Begitu pula yang kurasakan selam menjadi penulis di Gurusiana. Tak menulis sehari saja rasanya jadi tidak enak, hambar, bahkan aku merasa sakit. Sehingga dalam keadaan sibuk ataupun kurang fit seperti sekarang, aku masih sempatkan menulis. Mungkin ada yang menganggap aku berlebihan. Tetapi itulah yang kurasakan. Di antara beberapa yang beranggapan demikian, ada juga ribuan bahkan jutaan sepertiku yang tak ingin berhenti menulis. Semua karena cinta, cinta dengan literasi.

Oke gaes nantikan ceritaku esok ya. Berhari libur dengan Si Merah. Salam literasi.