(Hari ke-28)

Kobe sekonyong-konyong menghentikan langkahnya. Pohon besar tumbang melintang di jalan setapak. Kobe terpaksa memutar ke arah kanan agar bisa melanjutkan pengejaran Makhluk Pendekur.

Baru saja Kobe mencapai sisi kanan pohon yang tumbang, Ia dikejutkan oleh sebuah tendangan yang mendarat tepat di pelipisnya. Kobe tidak sempat menghindar karena posisinya berada di bawah. Sementara si penyerang melancarkan serangan dari atas batang pohon yang tumbang.

"Sial...! Kodok buntung...!" Kobe geram. Si penyerang langsung melarikan diri ke arah puncak bukit.

Kobe tidak membuang waktu. Ia memburu si penyerang. Sayangnya Kobe kehilangan jejak si penyerang. Lebatnya tumbuhan hutan menghalangi gerakannya. Berbeda dengan si penyerang yang mengusai medan Bukit Antaga.

Kobe tampak kelelahan. Nafasnya naik turun. Ia berhenti sejenak. Mata tetap awas mengamati keadaan sekeliling. Namun netranya tidak mampu mendeteksi keberadaan musuh. Tanpa sepengetahuan Kobe, empat orang sedang siaga mengamati pergerakannya dari atas pohon Beringin yang rindang. Mereka siap melesatkan anak sumpit ke tubuh Kobe.

Kobe tidak menyadari bahaya yang mengintai nyawanya. Hanya hitungan detik, satu anak sumpit melesat menghujam punggungnya. Kobe meringis. Ia mencoba menarik anak sumpit dari punggung. Sayang, pandangannya mulai gelap Kobe pingsan.

(Bersambung)