Jainul arifin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hutan Terkutuk Lereng Gunung Penanggungan (3)

Hutan Terkutuk Lereng Gunung Penanggungan (3)

(Bagian 3)

Kuberanikan diri mengucap salam kepadanya,

”Assalamu’alaikum …” ucapku dengan gemetar.

Tidak ada sahutan, kilatan halilintar kembali muncul, membuat hati menciut, ternyata di depanku memang yang kuanggap sosok hitam besar itu.

Benar saja aku perhatikan lagi sosok besar itu tak bergerak, kusipitkan mata seraya berkonsentrasi, dan ternyata sosok itu hanyalah batu besar berdiri di depanku.

Kuhembuskan nafas lega. Untung saja teman-temanku tak ada, jika mereka melihatku, dengan posisiku saat ini mereka pastinya akan menertawakanku, malulah diri ini.

Kulihat remang-remang cahaya lampu redup dikejauhan, kuucap syukur karena ada orang atau bantuan yang datang, tak ada akar rumputpun jadi, siapapun itu jikalau dapat menolongku meminta bantuan penduduk desa untuk mencari teman-temanku yang menghilang, sejak kemarin akan sangat membantuku.

Rumah itu kelihatan reyot, dengan bilik terbuat dari bambu, entah ini rumah atau kandang untuk hewan ya, maklum orang dikampungku selalu membuat kandang seperti rumah namun terbuat dari bambu itu diperuntukkan untuk hewan, ah tak kuambil pusing dengan semua itu.

Kuucap salam, tanpa menjawab nenek tersebut mengambil gayung air, ia menyuruhku untuk meminum air tersebut, akupun menurutinya, lelah penat seketika hilang sungguh aneh bin ajaib sekali, setelah meminta ijin untuk berteduh, aku berganti pakaian dengan pakaian kering takutnya masuk angin.

Beruntung, aku bawa perbekalanku, sehingga untuk makan malam sudah siap makan, kucoba menawarkan makananku kepada nenek tersebut tetapi ditolak dengan gerakan tangan dan gelengan kepala, takkupaksakan keinginanku untuk berbagi dengan sang nenek yang baik hati itu.

Kembali kurasakan desir aneh saat nenek tersebut membolak-balik sesuatu dipenggorengan, sepertinya nenek tersebut memasak sesuatu, kembali pikiranku menerawang sungguh sangat berbahaya jika meneruskan perjalanan diwaktu hujan deras seperti ini, kulanjutkan saja besok pagi saat tidak hujan untuk mencari pertolongan ke penduduk desa, demikian tak terasa matakupun merasakan kantuk yang tak dapat kuhindari.

Aku terbangun, kala si Yani mengguncang tubuhku dengan keras,

”Rip, Arip,…BANGUN…BANGUN”

Nampak wajah khawatir teman-temanku, Yani, Sentot, Andra dan Bimo ada di dekatku, tak kulihat gubuk reyot dan si nenek yang baik hati, terkesiap melihat sekelilingku, ternyata aku tidur ditumpukan kayu dekat makam yang ada di tengah-tengah hutan terkutuk dilereng gunung penanggungan, mereka menangis entah karena apa.

Yani membuka suara dan menceritakan kepadaku kejadiannya, bahwa aku telah hilang selama 1 (satu) minggu di hutan terkutuk, dan sudah dicari oleh Tim SAR gabungan selama seminggu penuh.

Menurut dukun kampung sebelah jika dalam satu minggu tidak ketemu, maka hanya mayat yang akan dibawa pulang. Begidik diri ini.

Kembali akupun pingsan setelah mendengar bahwa mereka tidak pernah menjelajah di hutan terkutuk di lereng gunung penanggungan. Terus selama ini aku pergi dengan siapa dong. Hiiii ....

(TAMAT)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah..cerita yang penuh imajinasi..semangat terua Pak.menulisnya..semangat..

13 Apr
Balas

Terima kasih, semangat ibu

17 Apr
Balas



search

New Post