ILMU ITU CAHAYA
Menjelang masuk SMP dulu , ustad saya di kampung memberi wejangan tentang bagaimana cara menyerap dan mengikat ilmu dalam hati. Beliau memberi resep tentang cara belajar yang benar. Waktu belajar yang tepat menurut beliau adalah pagi hari, sekitar pukul 3 sampai menjelang subuh.
Sebelum membaca buku atau mengulang pelajaran saya dianjurkan untuk mandi dan mengambil air wudlu. Kemudian mengerjakan shalat tahajud dan ditutup dengan witir serta doa. Beliau menitipkan satu doa yang harus saya sisipkan dalam rangkaian doa yang saya panjatkan setelah shalat tahajud. Allahumma akhrijnii min zhulumaatil wahmi, wa akrimnii bi nuuril fahmi, waftahlii abwaa-bal-'lmi, wa zayyinnii bil 'akhlaqil-hasanati walhilmi, Allaahumma nawwir qalbii bi nuuri hidaaya-tika kamaa nawwartas-samaawaati wal-ardhi abadan bi rahmatika yaa arhamar-raahimin. Artinya, Ya Allah, keluarkanlah aku dari gelapnya keragu-raguan, dan muliakanlah aku dengan cahaya kefahaman, dan bukakanlah pintu-pintu ilmu untukku, hiasilah diriku dengan akhlak yang baik dan sikap lemah lembut. Ya Allah, sinarilah hatiku dengan cahaya petunjuk-Mu sebagaimana Engkau menyinari langit dan bumi dengan rahmat-Mu untuk selama-lamanya, wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Mengapa harus mandi, wudlu, shalat tahajud dan membaca doa itu? Beliau menjawab, bahwa sehabis bangun tidur kesadaran kita belum sepenuhnya pulih. Mata masih dihinggapi rasa kantuk. Syetan-syetan (kata beliau) masih bergelayutan di pelupuk mata, merayu kita untuk merebahkan diri lagi. Itulah mengapa kepala dan tubuh harus disiram dengan air yang dingin agar pikiran menjadi segar dan rasa kantuk hilang.
Wudlu meluruhkan dosa-dosa kecil yang menempel di badan. Ketika membasuh wajah, dosa-dosa kecil yang dilakukan anggota tubuh bagian wajah akan rontok bersama jatuhnya air wudlu ke tanah. Demikian pula dosa-dosa kecil yang disebabkan oleh maksiat tangan dan kaki juga akan bersih disaat terbasuh oleh air wudlu. Kepala yang diusap dengan air akan mensucikan diri dari dosa-dosa pikiran yang kotor dan membuatnya jernih kembali. Bersihnya dosa mengurangi beban hati. Hati menjadi ringan dan mudah menerima ilmu.
Shalat tahajud dan doa adalah ihtiar batin untuk mempersiapkan diri menyerap cahaya ilmu dari Yang Maha Pemberi Ilmu. Dalam satu riwayat dinyatakan, "ilmu adalah nur (cahaya) yang dicampakkan Allah ke hati siapa saja yang mempersiapkan diri untuk meraihnya." Ilmu hanya bisa diterima oleh hati yang siap, hati yang bersih bening. Hati yang bersih bening akan mampu menyerap cahaya (ilmu) dan memantulkannya seperti cermin yang menyerap dan memantulkan cahaya matahari. Agar hati ini selalu bersih bening maka perlu disucikan melaui shalat, dzikir, berdoa memohon dikarunia cahaya. Wa man lam yaj'alillaahu lahu nuraa famaa lahuu min nuurin, barangsiapan yang tidak mendapatkan cahaya (nur) dari Allah, maka tidaklah ia memperoleh cahaya sedikitpun. (QS. An Nuur ,24:40).
Saya menularkan resep ini ke teman dan sanak handai tulan. Kebersihan diri dalam menuntut ilmu itu mutlak. Kapan saja dan dimana saja. Kebiasaan ini tidak hanya berlaku ketika menjelang ujian nasional (UN) saja, tetapi setiap hari disaat akan belajar.
Sekolah-sekolah di Indonesia memiliki kebiasan kurang tepat dalam hal ini. Mereka menggelar acara motivasi dan doa bersama sebulan atau seminggu sebelum UN datang. Para siswa peserta UN dikumpulkan di sebuah ruang, diberi motivasi lalu ditutup dengan doa. Karena stres atau tekanan yang memuncak menghadapi UN, para siswa menangis meraung-raung bahkan ada yang tidak sadarkan diri. Tangisan dan raungan ini dianggap sebagai tanda keberhasilan acara doa bersama ini.Sebuah anggapan yang keliru.
Mestinya, motivasi , resep belajar , dan tuntunan doa diberikan kepada para siswa ketika mereka mengawali pembelajaran pada awal tahun pelajaran pertama mereka masuk, yaitu ketika kelas VII SMP atau kelas X SMA. Resep belajar dan tuntunan doa itu kemudian diterapkan dalam kegiatan belajar sehari-hari, baik dirumah maupun di sekolah setapak demi setapak secara terus menerus. Dan puncaknya adalah ketika mereka menghadapi ujian.
Segala sesuatu tidak bisa dibangun secara satu kali jadi, semuanya harus melalui tahapan-tahapan, sedikit demi sedikit. Sedikit tapi terus menerus, itulah resep melakukan sebuah kebaikan, apapun bentuknya. Orang arif mengatakan, "laa khaira fii khairin laa yadumuu, bal syarrun laa yaduumu khairan min khairin laa yaduumu." Artinya, "Tidak ada baiknya kebaikan yang tidak berlangsung terus, malahan keburukan yang tidak berlansung terus lebih baik daripada kebaikan yang tidak berlangsung terus."
Menyerap cahaya ilmu adalah sebuah kebaikan utama. Kebaikan ini tidak bisa dipersiapkan sekali lalu selesai karena ilmu Allah amat luas. Oleh karena itu setiap saat merupakan momen ilmu dan setiap saat harus siap menyerap ilmu. Karena ilmu itu cahaya, maka hanya hati yang bening yang mampu menyerap cahaya. Al ilmu nuurun, ilmu itu cahaya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar