Pro dan Kontra terhadap Kurikulum Prototipe
Semenjak dikeluarkannya kebijakan kurikulum prototipe (Kurikulum 2022) ke publik oleh Kemdikbudristek, banyak pendapat yang bermunculan , ada yang mendukung dan ada yang menolak. Pro dan kontra terjadi dengan persepsi dan pendapat maing-masing. Respon publik di media sosial beranekaragam, ada yang sinis, apatis, ada yang optimis dan senang.
Komentar yang populer "ganti menteri ganti kurikulum", ini menjadi tanggapan yang berkembang di masyarakat dan lingkungan pendidikan. Wajar saja mereka berpendapat seperti itu, karena sudah tradisi dalam pemerintahan di Indonesia setiap ganti rezim penguasa , ganti presiden, ganti menteri maka otomatis kebijakan dan regulasinya berubah, mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Termasuk juga perubahan kurikulum di dunia pendidikan.
Kondisi ini menjadi terpatri pada pendidik dan masyarakat kita. Mereka tidak melihat urgensi dan pentingnya perubahan yang dibuat. Mereka hanya melihat pemimpin dan kebijakan yang dibuatnya. Dua variabel ini menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Apapun perubahan yang terjadi di dalam pemerintahan ini merupakan kebijakan atau program dari pemimpinnya. Semua yang terjadi karena ditentukan oleh pemimpinnya.
Apapun alasan pergantian kurikulum bagi pihak yang apatis menganggap pergantian ini hanya karena ganti menteri. Tapi bagi pihak yang optimis perubahan itu diterima dengan baik dan mendukung sepenuhnya dengan perubahan dan konsekuensinya
Perubahan kurikulum bukan dibuat tanpa alasan, bukan karena ganti menteri baru ganti kurikulum. Hanya kebetulan pada saat kurikulum mau diganti terjadi pergantian kurikulum. Seloah-olah ganti menteri ganti kurikulum.
Perubahan ini menjadi sesuatu yang mendesak dan harus dilakukan karena tidak sesuai dengan perkembangan IPTEK. Disamping hasil evaluasi dan kajian dari pencapaian kompetensi murid yang tertinggal pada masa pandemi ini yang menyebabkan "learning loss.
Pergantian kurikulum 2013 menjadi kurikulum prototipe merupakan solusi untuk memulihkan kehilangan pembelajaran yang terjadi. Survei yang dilakukan di sekolah yang menggunakan kurikulum sekolah penggerak dan kurikulum darurat ternyata jauh lebih baik kompetensi literasi dan numerasinya dibandingkan dengan sekolah yang menggunakan kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil uji publik di sekolah penggerak dan survei maka Kemdikbudristek memutuskan untuk 2024 mengganti kurikulum 2013 menjadi kurikulum prototipe. Mulai tahun 2022 sekolah diberikan kesempatan untuk memilih kurikulum yang digunakannya, kurikulum 2013, kurikulum 2013 yang disederhanakan (kurikulum darurat) atau kurikulum prototipe. Opsi ini disesuaikan kebutuhan dan keinginan sekolah , Kemdikbudristek memberikannya secara bertahap sesuai level sekolahnya.
Perubahan kurikulum ini sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang lebih baik lagi yang tidak hanya mengejar ketuntasan belajar dan konten tapi pembelajaran yang kontekstual memperoleh pencapaian pembelajaran yang sesuai tingkat perkembangan murid.
#Gurumenulis #Tagur-14 # Kurikulum Prototipe
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya pa Arif
Ulasan yang sangat informatif. Salam sehat dan sukses selalu
Terimakasih bu
Krn kurang sosialisasi jadi masih banyak yg putih abu abu tentang kurikulum prototipe ini
Kita warnai pak Joyo biar cerah
Kita warnai pak Joyo biar cerah
Kita warnai pak Joyo biar cerah
Kita warnai pak Joyo biar cerah