Arif Fauriyuddin #Tagur 28

Sebagai seorang pemimpin terutama pemimpin sekolah dalam menghadapi perubahan yang terjadi, perubahan prilaku guru, murid, dan lain sebagainya, mau tidak mau, senang atau tidak senang harus dihadapinya. Meskipun perubahan itu membuat situasi menjadi tidak nyaman, membuat diri pemimpin menjadi menderita dan tertekan.

Tidak ada alasan, semua harus dihadapi. Kalau tidak bisa dihadapi berarti eksistensi kepemimpinannya terancam. Pemimpin tersebut bakal tersingkir dan tergilas dengan perubahan tersebut.

Bagi yang tidak bisa menyesuaikan diri, kemungkinannya ada dua, pertama pindah tugas ke sekolah lain atau mencari tempat yang sesuai. Kedua, melepaskan jabatannya menjadi guru biasa

Pemimpin yang survival, bisa bertahan adalah pemimpin yang adaptif, pemimpin yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, baik perubahan bersifat teknis atau non teknis, perubahan akademik dan non akademik dsb. Apapun perubahannya, pemimpin tersebut mampu menyesuaikan dirinya. Inilah pemimpin yang diharapkan . Pemimpin yang adaptif.

Sekarang dibutuhkan sosok pemimpin yang adaptif. Pemimpin yang bisa membawa perubahan. Perubahan yang lebih baik dari perubahan sebelumnya. Pemimpin yang bisa menggerakkan guru dan siswa ke arah yang lebih baik lagi.

Pemimpin yang adaptif mampu membaca situasi, mampu membaca sinyal perubahan yang berkembang di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Semua itu dapat dilihat setelah dipelajari. Artinya seorang pemimpin tidak lepas dari belajar. Belajar memahami perubahan ini. Belajar hal-hal baru yang sedang berkembang. Tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan motor penggerak untuk menghadapi perubahan ini.

Pemimpin adaptif butuh belajar dan teman untuk tempat bertanya dan belajar. Sehebat apapun seorang pemimpin pasti ada kelemahannya. Nah, itulah perlunya teman sehingga kelemahan tersebut dapat ditutupi. Dengan adanya teman membuat semangat belajar tidak hilang bahkan semakin kuat. Kelemahannya menjadi peluang untuk menjadi lebih baik lagi