Budaya Positif Menuntun Murid Mencapai Keselamatan dan Kebahag
Peran seorang guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah tidak bisa tidak dilepaskan, budaya positif dengan penerapan konsep inti dari disiplin positif. Disiplin positif di sini adalah perilaku yang harus dijaga dalam rangka untuk terus konsisten dalam penggalian potensi diri untuk mancapai tujuan mulia, sesuatu yang dihargai, dan bermakna. Tujuan mulia tersebut diantaranya adalah memotivasi murid-murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Seperti apa yang dimaksud oleh KHD mengenai Pendidikan dan Pengajaran, yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebagai guru, kesadaran diri akan tanggungjawab dari proses dan hasil belajar murid harus dijaga berkaitan dengan penyelesaian masalah pendidikan dan pengajaran, baik secara kolaboratif dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya ataupun dengan dengan terobosan-terobosan yang kritis dan kreatif yang muaranya adalah pendidikan dan pengajaran yang menyenangkan / berpihak pada murid dan ekosistem pendidikan di sekolah. Sehingga perwujudannya adalah terbentuknya pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan ciri utama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Disiplin positif di sini adalah perilaku yang harus dijaga dalam rangka untuk terus konsisten dalam penggalian potensi diri untuk mancapai tujuan mulia, sesuatu yang dihargai, dan bermakna. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif tersebut agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. Salah satunya adalah dengan cara restitusi, yaitu proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Restitusi juga adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Hal tidak terduga adalah pada video bagian akhir ( https://youtu.be/ssznZ5PsPus ) mengenai tanggapan murid yang berkaitan dengan posisi kontrol guru yang terbaik bagi mereka ketika mereka mengalami permasalahan. Salah satu murid bernama Mulki justru memilih guru penghukum, namun karena dia adalah bagian dari kelas yang saya walikan jadi setidaknya saya sedikit mengetahui alasan dibalik Mulki memilih lebih menyukai guru penghukum (maksudnya adalah guru yang tegas menegakan aturan/keyakinan kelas). Kebetulan dari dulu di awal tahun ajaran baru untuk kelas dimana saya adalah sebagai walinya selalu membuat kesepakatan berdasarkan “aturan” yang ada dari sekolah berkaitan dengan KBM di kelas dan di sekolah. Yang intinya saya selalu menerapkan ada konsekuensi terhadap semua kegiatan murid di kelas dan di sekolah. Ini mengingatkan tentang sebuah peribahasa “LAIN LADANG LAIN BELALANG” atau lebih detailanya adalah beda tumbuhan maka beda pula jenis penyakitnya. Hal tersebut juga memunculkan sebuah pertanyaan mengenai buku yang di tulis oleh Gossen tersebut, di mana melakukan penelitiannya? Jika cuma di Jerman sekiranya apakah hal tersebut sudah merepresentasikan penggambaran karakter budaya bangsa Indonesia yang beragam? Penggalan-penggalan kisah para sejarawan tentang dunia pendidikan di Nalanda (Budha) atau dunia pendidikan di Pesantren dimana sebuah konseksuensi adalah bagian dari pendidikan dan pengajaran.
Sebagai seorang guru, tetap belajar menggali dan teguh budaya positif di kelas dan di sekolah akan terus dipegang demi terciptanya budaya positif di kelas dan di sekolah. Terlebih ketika melihat tanggapan para murid memang tidak berbeda baik untuk kebutuhan syuting dan realita ketika mereka “curhat” terkait posisi guru mereka di kelas dan di sekolah. Terbesit dalam pemikiran mengenai posisi kontrol guru mulai dari guru penghukum, guru pembuat rasa bersalah, guru teman, guru pemantau, dan guru managerial. Yaitu tidak semua murid atau tidak semua permasalahan kita diharuskan berada pada posisi kontrol melulu sebagai guru managerial. Jika berdasarkan pengalaman dengan beberapa murid yang berbeda dan beberapa permasalahan yang beragam setidaknya penerapanya tersebut dapat diterapkan berjenjang baik pada posisi ataupun pada guru yang menanganinya.
Untuk beberapa hal sebelum mempelajari tentang disiplin positif yang baik yang paling sering adalah sebagai pemantau, hal tersebut tidak bisa terlepas dari murid-murid yang juga kebanyakan sudah lebih bisa menjalankan disiplin positif sehingga tidak terlalu sering memposisikan sebagai teman apalagi penghukum, hanya sebagian dari mereka dengan latar belakang permasalahan personal yang berimbas pada kegiatannya di kelas dan di sekolah. Jika berdasarkan tanggapan pada video, Mulki adalah murid yang pada awal tahun pelajaran merupakan salah satu murid dengan permasalahan yang kompleks, bisa dikatakan dulu penyelesaianya adalah bisa dikatakan menggunakakan segitiga restitusi (dulu saya tidak tahu tentang segitiga restitusi) dan pendalaman tentang segitiga restitusi ini yang menjadi perhatian saya meskipun secara jujur Mulki malah lebih memilih/menyukai dengan guru yang bertindak tegas. Berdasarkan itu, tantangan berikutnya adalah konsistensi dalam disiplin positif di kelas dan di sekolah merupakan kunci untuk bisa menuntun murid-murid supaya mereka bisa mencapai apa yang di dambakan. BADRA
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar